untuk informasi

send an email

YAYASAN  ISLAM  RIYADHUL  JANNAH


 

 

Mukadimah

Buletin

Aqidah

Manhaj

Info Maluku

Tanya-Jawab


   

15 September 2000

RMS Putar Balikkan Fakta Di Depan Presiden
                                                          
Ambon, MHI (15/09/2000)
Cap pembohong yang disandang umat kristen selama terjadinya kerusuhan di bumi Ambon yang dinampakkan diberbagai forum resmi maupun tindakan provokasi terhadap warga Ambon, pada akhir-akhir ini kembali ditampilkan kembali oleh tokoh-tokoh mereka, bahkan ucapan kebohongan dan tipu daya tersebut dikemukakan di hadapan presiden Abdurrahman Wahid.

Kebohongan pihak kristen tersebut, diungkapkan 13 tokohnya selaku delegasi kristen, ketika menghadap presiden Abdurrahman Wahid, Sabtu (02/09/2000) yang lalu, dalam rangka memenuhi panggilan presiden yang meminta keterangan secara langsung seputar pertikaian Maluku. Pada hari yang sama pula, delegasi umat sebanyak 13 perwakilan Islam juga diterima oleh presiden dalam waktu yang berbeda.

Rupanya delegasi kristen yang dipimpin langsung oleh ketua Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) yang juga ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Wilayah Maluku, Pdt. Sammy P. Titaley, STh dan Uskup Diosis Amboina, Mgr. P.C. Mandagi, MSC tersebut memanfaatkan kelemahan presiden yang tidak dapat melihat dan mendengar dengan baik.

Tokoh-tokoh RMS yang memberikan keterangan tersebut hanya menyodorkan pokok-pokok pikiran dalam rangka proses penghentian pertikaian Maluku. Dalam memberikan keterangannya tersebut, semuanya merupakan kabar bohong dan tipu daya yang sangat jauh dari kenyataan.

Dari pokok-pokok pikiran pihak kristen yang berhasil liputan MHI peroleh naskahnya, pada hari kemarin, Selasa (13/09/2000) menunjukkan bahwa RMS merupakan gerakan separatis yang sudah tidak mempercayai lagi terhadap pemerintahan Indonesia dan segala komponennya.

Secara jelas disebutkan bahwa pihak Kristen dengan tegas menyatakan tindakan makarnya, yakni mengutarakan ketidaksenangannya terhadap kehadiran TNI dalam menangani pertikaian di Ambon. Bahkan RMS memaksa Presiden Dur untuk menarik semua pasukan TNI /Polri yang diBKOkan di Ambon, selanjutnya diganti oleh pasukan DK PBB.

RMS Kristen secara tegas pula meminta kepada Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) agar secepatnya mendatangkan pasukannya di Ambon untuk melakukan intervensi dalam menyelesaikan semua bentuk pertikaian antara Muslim dan Kristen yang berkepanjangan.

Tindakan ini tidak mungkin dilakukan oleh warga yang setia pada NKRI, sebab permasalahan yang terjadi adalah masalah nasional, jika RMS meminta intervensi PBB, berarti konflik di Ambon merupakan pertikaian terbuka antara seluruh negara Muslim dengan Kristen, bukan masalah satu negara saja.

Ini semua membuktikan kalau kristen Ambon tidak lagi percaya dan mengakui keberadaan bangsa Indonesia. Dan semua itu memang benar adanya karena saat ini kristen Ambon mengakui kalau dirinya bukan bangsa Indonesia, tetapi bangsa Maluku Kristen.

RMS Bohong Besar
Pemberian keterangan pada Presiden dan berbagai kalangan tersebut membuktikan bahwa pihak Milis Merah telah berkali-kali melakukan kebohongan besar, demi mendapatkan simpati sepihak dari presiden yang selalu memusuhi umat Islam dalam berbagai komentarnya tersebut.

Dalam setiap kesempatan, Milisi militan Kristen selalu memutarbalikkan kronologis terjadinya pertikaian, serta selalu menyatakan bahwa pemicu kerusuhan di Ambon adalah umat Islam. Sebagai contoh kedustaannya mengenai pertikaian kecil di terminal Batu Merah antara Nursalim dan Joppie Lauheri. Padahal, semua warga Ambon (walaupun Kristen) mengerti dan mengakui, kalau yang memulai pertikaian adalah pihak kristen yang melakukan penyerangan terhadap warga muslim yang saat itu merayakan Idul Fitri, 19 Januari 1999.

Delegasi Muslim
Dilain pihak, musliminpun berupaya menemui Presiden Dur pada pukul 19.00 WIB yang terdiri dari 13 orang yang dipimpin, Drs. Thamrin Elly, SH dengan maksud yang sama, yakni menyampaikan pokok-pokok pikiran dan solusi penghentian konflik di Ambon.

Pada kesempatan tersebut, perwakilam umat Islam itu meminta dan mendesak kepada Presiden Dur menangkap dan mengadili tokoh-tokoh Kristen RMS yang terlibat pada kerusuhan pertama, sebab merekalah yang menjadi provokator dan penggerak massa saat meletusnya kerusuhan pertama, yang terkenal dengan Idul Fitri Berdarah.

Selain itu para delegasi umat Islam itu menyampaikan kepada Presiden Dur akan tekad umat Islam di Ambon yang mendukung keberadaan TNI/Polri di Ambon dan menolak secara tegas rencana dan desakan pihak Kristen yang menginginkan kehadiran pasukan PBB di kota Ambon. Sebab kehadiran pasukan asing akan menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengkesampingkan kedaulatan negara atas wilayahnya sendiri. (Zhr)

                                        Muslim Tulehu Hadang Tim Investigasi Kristen Di Waai

Ambon, MHI (15/09/2000)
Umat Islam di desa Tulehu, pada hari Selasa (12/09/2000), sekitar pukul 14.00 WIT, dibuat geram. Pasalnya, sebanyak 5 mobil yang berisi 29 warga kristen memasuki desa Waai yang sudah hancur dengan kedok mengantar lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari Belanda untuk melakukan investigasi dan pengambilan data di bekas desa kristen tersebut.

Melihat kejadian itu, maka ratusan muslimin Tulehu dan Hurnala yang telah mendapati bekas-bekas pembantaian ummat Islam di Abad 18 yang lalu di desa Wai, kecamatan Salahutu, Kodya Ambon tersebut segera menghadang jalan. Kaum Muslimin yang terdiri dari bapak-bapak, Ibu-Ibu dan para pemuda serta anak-anak bersama-sama menghadang rombongan antek-antek penjajah Kristen yang hendak kembali ke Ambon tersebut.

Setelah umat Islam berhasil menghentikan rombongan mobil kristen di perbatasan desa Hurnala, kemarahan warga semakin memuncak, karena ternyata diantara 5 mobil tersebut terdapat 19 orang penumpang warga desa Waai yang dikawal oleh sekitar 10 aparat keamanan.

Maka secara spontan warga muslim tersebut merengsek maju, menghadang dan menerjang barisan aparat yang melindungi rombongan kristen, yang ternyata dipimpin langsung oleh backing RMS selama ini, Staf Ahli Penerangan Darurat Sipil, Mayor Marthen Luther Djari. Pasukan gabungan tersebut berada dibawah komando langsung Dansektor A murtad, Kolonel Siswanto.

Melihat gerakan masa muslim yang serempak dan bersatu tersebut, maka sebanyak 3 penumpang ke luar dari mobil dan berlari mendekati pos aparat di samping jembatan Hurnala. Sedangkan, yang lainnya tetap di atas mobil, dan kembali masuk di reruntuhan desa Waai, sambil dikawal ketat aparat.

Ketiga penumpang yang lari tersebut berhasil ditangkap massa, satu orang diantaranya bernama Bernadus Talaperu (40) yang selanjutnya dihajar hingga tewas di tempat itu juga. Sedangkan yang dua orang lainnya berhasil diamankan aparat di wilayah desa Waai.

Demi melihat mangsanya lolos, maka massa memblokir jalan keluar dari desa Waai. Kondisi pasukan gabungan yang semakin tidak menguntungkan tersebut diatasi dengan meminta bantuan ke induk pasukan di Ambon.

Sehingga sekitar pukul 16.50 WIT, sebanyak 8 truk Mercedes penuh pasukan, 3 panser dan sebuah mobil Taft, datang ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi rombongan Kristen RMS tersebut. Diperkirakan saat itu jumlah pasukan yang diturunkan hampir setengah Batalyon, atau sekitar 300 orang. Menurut informasi HT yang berhasil disadap, terdengar instruksi dari Siswanto untuk menembak di tempat seluruh umat Islam, untung saja warga tidak terpancing dengan provokasi Marthen di lapangan.

Tidak Resmi
Walaupun rombongan yang dipimpin oleh Marthen tersebut menggunakan mobil berplat merah, namun sifatnya tidak resmi, tetapi hanya bersifat pribadi orang-orang kristen saja. Demi menyukseskan misi pribadinya tersebut, pasukan Milisi tersebut sengaja mengelabui warga dan seluruh aparat dengan menggunakan mobil dinas milik Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan kantor Gubernur.

Unsur Muspika Salahutu, baik Camat, Kapolsek maupun Danramil, kepada liputan MHI menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah mendapatkan pemberitahuan akan rencana investigasi tersebut, apalagi mengikutsertakan LSM asing. "Sama sekali kami tidak pernah mendapatkan pemberitahuan maupun permintaan izin," kata para pejabat setempat.

Hal serupa juga dinyatakan oleh aparat dari kesatuan 521 dan 407 yang saat itu mengadakan penjagaan di perbatasan desa Waai dan Hurnala maupun seluruh kecamatan Salahutu, bahwasanya aparat setempat tidak pernah mendapatkan pemberitahuan sebelumnya, sehingga ketika terjadi aksi massa aparat tidak dapat berbuat banyak.

Menanggapi kejadian tersebut, sejumlah tokoh muslim dai Salahutu maupun di kota Ambon menyatakan kalau semua tindakan dan langkah dari pihak RMS Kristen tersebut merupakan suatu upaya investigasi pribadi yang menggunakan sarana pemerintah sebagai kedoknya. (Zhr)

16 September 2000

Gubernur Minta Bantuan Panglima Laskar Jihad

Ambon, MHI (16/09/2000)
Demi mengupayakan penyelesaian berbagai bentuk konflik dan menciptakan kondisi yang aman dan damai di kota Ambon yang dilanda kerusuhan sejak 20 bulan yang lalu, maka Penguasa Darurat Sipil dan Gubernur Maluku, Dr. Saleh Latuconsina meminta bantuan kepada Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah, Ustadz Ja'far Umar Thalib.

Keinginan Gubernur tersebut disampaikan kepada ustadz Ja'far Umar Thalib pada acara silaturahmi yang dihadiri pula oleh Kapolda Maluku Brigadir Jendral (Polisi) Firman Gani, di kediaman Kapolres Kodya Ambon, kemarin Kamis (14/09/2000).

Dalam pertemuan dan silaturahmi dengan Panglima Laskar Jihad yang pertama kali dilaksanakan penguasa Darurat Sipil tersebut, selain meminta bantuan kepada Panglima Laskar Jihad, Gubernur juga meminta untuk dapat menjalin komunikasi dan kerja sama yang baik antara Laskar Jihad dengan penguasa Darurat Sipil.

Dalam upaya mewujudkan hal itu, Gubernur menyatakan bahwa saat ini umat Islam telah mempunyai kantor Sekretariat Bersama (Sekber) yang diharapkan dapat menjadi sarana komunikasi antara umat Islam di kota Ambon dalam memecahkan segala persoalan yang dihadapi, khususnya saat terjadi kerusuhan seperti saat ini.

Dalam kesempatan tersebut, ustadz Ja'far Umar Thalib kembali menegaskan kepada Gubernur dan Kapolda bahwa kehadiran Laskar Jihad yang dipimpinnya di Ambon bertujuan menyelamatkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang saat ini tercabik-cabik, dimana kewibawaan pemerintah sekarang ini tidak ada sama sekali. Terlebih dengan sikap pongah Dewan Keamanan PBB yang diprovokasi oleh milisi RMS yang hendak mengintevensi propinsi Seribu Pulau.

Selain itu, ustadz Ja'far juga menyatakan bahwa kehadiran Laskar Jihad di Ambon ini sebagai reaksi atas terakumulasinya penderitaan umat Islam yang selama kerusuhan tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat.

"Sejak 2 tahun yang lalu umat Islam di Jawa resah atas kejadian di Maluku dan Maluku Utara, disaat umat Islam dilecehkan dan diserang oleh RMS. Berdasarkan hasil investigasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, maupun organisasi massa Islam lainnya, didapat kenyataan bahwa selama terjadi kerusuhan umat Islam tidak mendapat perlindungan yang layak", kata ustadz Ja'far.

Sebenarnya, sebelum memutuskan untuk datang ke Ambon, Forum Komunikasi Ahlu Sunnah wal Jamaah telah mengirimkan surat terhadap Presiden, yang isinya meminta agar presiden memperhatikan dan melindungi umat Islam Ambon yang dibantai milisi RMS Kristen.

"Namun semua himbauan tersebut tidak mendapatkan respek dan perhatian dari Presiden Abdurrahman Wahid, bahkan terkesan presiden menempatkan umat Islam sebagai warga negara kelas kambing dibawah umat Kristen, sehingga semua tuntutan umat Islam dikesampingkan. Bahkan Presiden balik menuduh ummat Islamlah sumber penyebab pertikaian tersebut", tegas ustadz Ja'far.

Kenyataan tersebut menambah keresahan umat Islam, apa lagi setelah presiden Abdurrahman Wahid sudah menyerah dan menyatakan kalau kasus Maluku harus diselesaikan orang Maluku sendiri.

Maka diambillah langkah-langkah untuk menjawab keresahan itu, umat Islam yang dikoordinir oleh Forum Komunikasi Ahlussunnah Wal Jama'ah (FKAWJ), dengan Laskar Jihad sebagai satgasnya memutuskan segera datang ke Ambon guna membantu kehidupan masyarakat Muslim di Maluku. Faktor lain yang menjadi dasar keberangkatan Laskar Jihad ke Ambon adalah untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang saat ini terancam perpecahan.

"Kondisi yang terjadi di Ambon saat ini persis seperti yang di alami di Timor-Timur, yang dimulai dengan aksi teror, pengusiran dan pembunuhan, dan akhirnya diteruskan dengan permintaan referendum dan intervensi PBB", ungkap Panglima Laskar Jihad.

Sebagai bagian umat Islam di Indonesia dan Maluku pada khususnya, maka Laskar Jihad datang ke Ambon dengan tujuan agar umat Islam di Ambon jangan sampai menyerah dan mengungsi, sebab bila umat Islam mengungsi maka akan membuka jalan bagi gerombolan laten PKI dan RMS di Maluku. (Zhr)



17 September 2000

Massa Habisi Tokoh RMS

Ambon, MHI (17/09/2000)
Niat warga Ambon untuk membuat perhitungan dengan tokoh-tokoh gerakan separatis Republik Maluku Sarani (RMS) kemarin Jum'at (15/9), kembali menuai hasil. Massa Ambon berhasil membunuh Eliya Noiya (55), yang selama ini dikenal sebagai tokoh RMS yang juga penggerak massa Kristen di desa Halong Atas, kec. Sirimau, Kodya Ambon.

Keberhasilan kali ini diperoleh setelah sebanyak puluhan massa mengadakan pengintaian di perbatasan wilayah dusun Ulima, Batumerah (komplek STAIN), dengan desa Halong Atas sejak pagi hari.

Sekitar pukul 08.00 WIT, salah seorang warga melihat seseorang yang berjalan mengendap-endap dibawah pohon sagu di wilayah Air Bak, Halong Atas. Setelah beberapa lama diamat-amati ternyata orang tersebut adalah Eliya Noiya.

Menurut salah satu warga, Eliya adalah tokoh RMS yang disegani di desa Halong. Selain itu dia juga merupakan tokoh penggerak massa Kristen dari kalangan mahasiswa Unpatti untuk menyerang STAIN.

Begitu mendapat kesempatan, massa langsung menyergap tokoh RMS di Halong itu tanpa mendapat banyak perlawanan dari Noiya. Setelah itu, tokoh Kristen RMS itu ditawan dan diinterograsi.

Massa langsung menginterogasi tokoh RMS tersebut, bahkan Eliya mengakui bahwa dirinya selama ini memang pentolan RMS, yang menjadi penggerak massa Kristen dalam melakukan penyerangan terhadap komplek STAIN beberapa kali, pada saat awal meletusnya kerusuhan di Ambon.

"Orang inilah yang menjadi pemimpin massa Kristen RMS saat melakukan penyerangan di komplek kampus STAIN", ungkap seorang warga Muslim, yang saat ini mengungsi sekaligus menjadi Mujahidin di posko STAIN.

Setelah mendapatkan data yang lengkap dari mulut Noiya, massa langsung menghabisinya, sebab saat itu yang keluar dari mulutnya bukanlah permintaan maaf dan pernyataan tobat, melainkan umpatan dan makian terhadap umat Islam. (Zhr)

                                          Laskar Jihad Tingkatkan
                                        Optimisme Muslim Maluku

Ambon, MHI (17/09/2000)
Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah, Ustadz Ja'far Umar Thalib menyatakan misi kedatangan Laskar Jihad ke bumi Ambon adalah untuk menumbuhkan semangat optimisme di kalangan muslimin Ambon secara keseluruhan.

Hal tersebut diungkapkan ustadz Ja'far kepada sejumlah wartawan dari media cetak dan elektronik, seusai acara silaturahmi antara Panglima Laskar Jihad dengan Gubernur yang dihadiri pula oleh Kapolda Maluku, Brigjen Firman Gani dan ketua MUI Maluku, R.R. Hassannusi, di kediaman Kapolres Kodya Ambon, Kamis (14/9).

Menurut ustadz Ja'far, usaha menumbuhkan semangat di kalangan umat Islam diperlukan guna meredam jangan sampai warga muslim punya pikiran untuk mengungsi keluar dari Ambon.

"Kalau umat Islam punya pikiran untuk tetap mengungsi, maka seluruh Maluku terancam terpisahkan dari negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI)", tegas ustadz Ja'far.

Menurut ustadz Ja'far, bila umat Islam banyak yang mengungsi, maka tujuan pihak Kristen untuk meneror dan mengusir umat Islam dari Ambon akan tercapai, selanjutnya pihak Kristen Ambon akan meminta referendum dan mendatangkan pasukan PBB ke Ambon.

Laskar Jihad
Sementara itu, dalam menanggapi komentar tokoh-tokoh Kristen di Ambon yang memojokkan umat Islam, ustadz Ja'far menyatakan bahwa para tokoh Kristen yang selalu memojokkan Laskar Jihad adalah hanya orang-orang yang bernafsu untuk membuat kekacauan dan melancarkan program gerakan separatis.

"Tokoh-tokoh Kristen itu tahu, bahwa kehadiran Laskar Jihad di Ambon adalah untuk membela umat Islam dan memelihara keselamatan NKRI dari kaum separatis, sehingga mereka selalu memojokkan keberadaan Laskar Jihad", tegas ustadz Ja'far. (Zhr)


 

18 September 2000

Muslimin Lancarkan Serangan Balasan,
                                        Ratusan RMS Kristen Rutung Mengungsi

Ambon, MHI (18/09/2000)
Tekad massa yang hendak membalas perlakuan RMS Kristen dari desa Rutung, kec. Sirimau, Kodya Ambon, Kamis atas warga Ulima akhirnya kemarin (14/09/2000) dapat terlaksana.

Serangan balik kali ini dilakukan oleh puluhan massa yang bergerak menjelang subuh menuju perbatasan desa Rutung. Saat memasuki perbatasan wilayah desa Rutung, massa melihat 3 orang pasukan merah yang berjaga-jaga di perbatasan desa.

Massa melihat adanya peluang untuk melakukan penyerangan balik, maka langsung terjadi pertikaian kecil dengan kekalahan dipihak RMS. Demi mendengar permintaan tolong para penjaga tapal batas desa tersebut, maka saat itu pula Kristen Rutung mulai panik, dan akhirnya berbondong-bondong pergi ke pantai untuk menaiki kapal yang akan membawa mereka pergi ke tempat pengungsian.

Dari atas ketinggian tanah, liputan MHI dapat menyaksikan dengan teropong, ratusan orang berebut naik kapal. Tidak berapa lama kemudian, sebanyak 3 kapal yang bermuatan penuh mulai meninggalkan desa Rutung untuk mengungsi ke desa Passo.

Seperti diberitakan sebelumnya, 3 warga dusun Ulima, yakni La Ini, Djufri dan Mija disergap perusuh Kristen saat mereka sedang memetik ubi di kebunnya. Saat penyergapan terjadi, Djufri dan Majo berhasil meloloskan diri, sementara La Ini ditawan pihak Kristen.

Dalam proses penawanan tersebut La Ini dihajar bertubi-tubi, dan akhirnya ditendang hingga masuk jurang. Setelah masuk jurang itulah akhirnya dia selamat. Perlakuan inilah yang memicu massa tersebut menyelesaikan urusannya dengan pertempuran yang lebih kesatria melawan RMS desa Rutung tersebut. Tiada henti-hentinya kelompok RMS Kristen menebarkan kekacauan di bumi Maluku hingga detik ini. (Zhr)


 

 

19 September 2000


Pelajar Ambon Desak
                                        Penangkapan Provokator Kristen

Ambon, MHI (19/09/2000)
Seluruh pelajar di kota Ambon menuntut agar para provokator Kristen, segera ditangkap dan diadili, sebab merekalah yang menjadi pemicu dan penggerak massa dalam melakukan penyerangan terhadap umat Islam di awal kerusuhan, 19 Januari 1999 yang silam.

Tuntutan tersebut disampaikan para pelajar Sekolah Menengah Umum (SMU) Ambon saat melakukan dialog dengan Kapolda Maluku Brigjen Firman Gani, di SMU Alternatif yang berlokasi di desa Galunggung, kec. Nusaniwe, Kodya Ambon kemarin (17/09/2000).

Para pelajar SMU tersebut menyatakan dihadapan Kapolda bahwa kerusuhan di Ambon ini disebabkan ulah para provokator Kristen RMS, antara lain Dicky Watimena, Sammy Titalay, Jhon Mailoa dan sejumlah tokoh Kristen RMS lainnya.

"Kalau memang hendak menyelesaikan masalah Ambon, maka para provokator tersebut harus ditangkap dan diadili, sebab merekalah yang jelas-jelas menjadi pelaku kerusuhan," tegas Ali, salah satu murid SMU Negeri Ambon.

Laskar Jihad
Berkaitan dengan Laskar Jihad, para pelajar yang berasal dari seluruh SMU di kodya Ambon tersebut menyatakan mendukung keberadaan Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah di kota Ambon.

Sebagai konsekuensinya, mereka menolak dan menentang keras keinginan kelompok Kristen yang mendesak Kapolda untuk memulangkan Laskar jihad dari Ambon. Apalagi mengenai desakan DK PBB yang hendak mengintervensi pemerintah Indonesia dengan berbagai macam cara.

"Selama di Ambon, Laskar Jihad banyak membantu masyarakat melalui berbagai kegiatan, seperti pembukaan Poliklinik umum di perkampungan Islam yang tersebar di seluruh kodya Ambon, da'wah dan kajian Islam serta berbagai kegiatan sosial lainnya," ujar para pelajar tersebut.

Mereka berpendapat tidak ada alasan apapun untuk memulangkan Laskar Jihad, apalagi mereka juga berhak tinggal dan melakukan kegiatan apapun di Ambon, karena Ambon masih termasuk wilayah negara Republik Indonesia.

Para generasi muda tersebut justru meminta kepada Kapolda untuk memanggil dan memeriksa para tokoh Kristen RMS yang mengeluarkan ungkapan-ungkapan miring tentang Laskar Jihad. Bahkan yang pantas meninggalkan Ambon justru tokoh-tokoh separatis Kristen RMS itu, karena telah banyak bukti yang menunjukkan pergerakan mereka dalam wadah gerakan separatis Republik Maluku Sarani. (Zhr)

                                            Ditemukan 2 Ruangan Bawah Tanah:
                                        Kristen Ambon Terbukti Rencanakan Makar

Ambon, MHI (19/09/2000)
Kecurigaan warga kecamatan Salahutu, Pulau Ambon bahwa desa Waai menjadi lokasi penyimpanan persenjataan Kristen RMS terbukti kebenarannya.

Setelah diadakan penggalian oleh aparat di desa Kristen tersebut, ditemukan 2 ruangan bawah tanah yang cukup luas. Diduga, ruangan itulah yang menjadi gudang senjata para pemberontak Republik Maluku Sarani (RMS).

Seperti diberitakan sebelumnya, aparat keamanan dari kesatuan-kesatuan elit, Kopassus (AD), Paskhas (AU) dan Marinir (AL) melakukan penggalian di desa Waai yang diduga menjadi lokasi penyimpanan senjata. Hanya saja selama 5 hari melakukan kegiatannya, warga masyarakat dilarang masuk di lokasi penggalian. Pelarangan ini menimbulkan teka-teki di kalangan masyarakat, mengenai jumlah senjata yang ditemukan dan disimpan aparat tersebut.

Keinginan dan keheranan warga baru dapat terpenuhi dan terobati setelah warga masyarakat diperbolehkan masuk ke lokasi penggalian. Melihat peluang tersebut warga berbondong-bondong ke desa Waai, tak ketinggalan pula tim liputan MHI.

Berdasarkan pengamatan MHI di desa Waai, Ahad (17/09/2000), 2 ruang tanah tersebut terletak di bawah rumah salah satu penduduk yang terletak di pinggiran desa, tepatnya di dekat jembatan yang menghubungkan desa Tulehu dengan Liang.

Adapun 2 ruangan bawah tanah tersebut terletak dibawah ruang tamu dengan luas 5 X 5 meter persegi dengan tinggi 1,5 meter. Satu ruangan lagi terletak di bawah kamar dengan luas 4 X 4 meter persegi dengan kedalaman 1,5 meter dan semuanya terbuat dari konstruksi beton.

Di ruang yang pertama, terdapat 2 pintu khusus yang terbuat dari besi, dengan tangga beton untuk jalan masuknya, sedangkan di ruang bawah tanah yang kedua tidak ditemukan tangga. Sehingga untuk membuka ruangan tersebut, aparat membuat lubang di salah satu sudutnya sekaligus sebagai lubang penerangnya.

Diduga, dari ruang kedua inilah puluhan senjata berhasil diambil oleh aparat, bahkan menurut warga dari desa Tulehu, sebanyak 2 peti berisi 70 pucuk senjata organik telah diangkut dengan truk tentara.

Sedangkan di ruang pertama, karena terdapat 2 pintu masuk yang mudah dibuka, diperkirakan senjatanya telah diambil oleh pihak Kristen RMS guna melancarkan serangannya ke berbagai wilayah muslim di Ambon dan di sekitarnya. Dan berdasarkan lebarnya ruangan, jumlah senjata yang disimpan mencapai ratusan pucuk.

Dua Lubang
Selain 2 ruang bawah tanah tersebut, di belakang rumah juga ditemukan 2 lubang yang berhasil digali oleh aparat dengan luas 1 meter persegi dengan kedalaman 1 meter.

Terbongkarnya rahasia tersebut semakin jelas menunjukkan bahwa pihak Kristen RMS telah merencanakan terlebih dahulu semua kerusuhan di Maluku. Bila tidak ada perencanaan yang matang, tidak mungkin milisi kafir Kristen tersebut menyimpan persenjataan di ruang bawah tanah.

"Kami heran, mengapa pemerintah tidak berani menindak pihak Kristen yang benar-benar telah terbukti merencanakan makar dan pemberontakan di bumi Maluku ini dengan kibaran bendera RMS-nya," tegas Irfan, warga Liang kepada MHI di lokasi tersebut.

Rentetan peristiwa ini semakin membuktikan bahwasanya gerakan Kristenisasi Internasional di Maluku benar-benar terencana dan matang dengan dukungan paduan suara PBB, Organisasi Pemecah Belah Bangsa-Bangsa dunia. Maka inilah kesempatan bagi muslimin menunjukkan kemuliaan dan kewibawaannya di muka bumi dengan satu kata yakni Jihad fi Sabilillah hingga titik darah penghabisan. (Zhr)


 

Kembalinya Desa Waai Salam,
                                            Warga Salahutu Sepakat Bangun Desa Waai

Ambon, MHI (20/09/2000)
Semenjak penjajah kolonial Eropa merambah Nusantara pada awal abad XVI, maka desa-desa muslim yang naas di seluruh penjuru Nusantara dimurtadkan oleh para penjajah Portugis, Spanyol dan Belanda secara silih-berganti hingga menjadi desa Kristen. Termasuk desa Waai, kecamatan Salahutu yang berada di kepulauan Ambon. Alhamdulillah, semenjak muslim meraih kemenangan maka sejak tanggal 31 Agustus yang lalu desa Wai resmi menjadi desa Waai Salam.

Ummat Islam berhasil merebut desa yang dikuasai oleh pihak Kolonial Kristen sejak tahun 1670 setelah berlangsungnya pertempuran antara ummat Islam dan pihak Kristen RMS, yang dimenangkan oleh kaum muslimin.

Kembalinya desa Waai ke pangkuan umat Islam diiringi dengan desakan warga Salahutu atas pihak Muspika Salahutu, yakni Camat, Kapolsek dan Danramil untuk segera membangun kembali desa Waai Salam sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh kaum muslimin, khususnya para pengungsi yang saat ini berada di berbagai tempat pengungsian.

Menanggapi desakan dari masyarakat, maka pada hari Jum'at (15/09/2000), Camat Salahutu mengadakan pertemuan dengan para raja di kecamatan tersebut yaitu, Raja Liang, Tulehu, Tial dan Tengah-Tengah, guna membicarakan pembangunan kembali desa Waai. Pertemuan tersebut berlangsung di rumah salah satu warga Liang, kecamatan Salahutu, Kodya Ambon.

Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah, Ustadz Ja'far Umar Thalib, Kapolsek, Danramil, tokoh-tokoh pemuda dan ketua Posko-Posko Jihad di seluruh kecamatan Salahutu. Pertemuan ini dijadikan wahana untuk merapatkan barisan kaum muslimin Maluku yang telah dirampas tanahnya sejak 5 abad silam di beberapa tempat di Nusantara, bahkan terus aktif digencarkan oleh Dunia Kristen Internasional hingga abad 21 ini.

Dalam pertemuan itu, Ustadz Ja'far mengusulkan agar di desa Waai dibangun sebuah masjid Raya Ambon di atas tanah bekas masjid kuno abad XVI serta pondok pesantren Ahlu Sunnah wal Jamaah yang dilengkapi pula dengan poliklinik, perpustakaan. Berikut pula direncanakan pembangunan sekolah-sekolah Islam, pasar dan pertokoan serta perkantoran desa. Hal tersebut perlu ditempuh supaya umat Islam senantiasa menghidupkan kembali ajaran Islam yang dulunya pernah tegak di desa Waai.

Sepakat
Masukan dari Panglima Laskar Jihad tersebut didukung berbagai komponen yang hadir dalam acara tersebut bahkan setiap wakil menyatakan akan selalu mendukung dan siap membantu agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar.

Tanggapan senada juga dilontarkan para pemuka desa Salahutu yang menyatakan bahwa pihaknya sangat senang bila masyarakat muslim mau menempati kembali desa Waai tersebut. Maka dengan ditempatinya kembali Waai oleh muslimin, diharapkan desa-desa yang berada di sekitarnya merasa aman dari gangguan orang-orang Kristen RMS yang selalu memancing dan membuat kekacauan serta kerusuhan.

Pertemuan yang hanya berlangsung selama 2 jam itu menghasilkan kesepakatan tekad yang bulat untuk membangun desa Waai yang akan dijadikan kembali menjadi pemukiman muslim beserta sarana dan prasarana penunjangnya. Bahkan salah satu peserta pertemuan tersebut sependapat dengan pemuka warga Salahutu bahwa desa-desa di kecamatan Salahutu akan aman jika desa Waai bebas dari perusuh separatis Kristen RMS. (fzi)

                                            Muslim Ambon Tetap Akan Berperang

Ambon, MHI (20/09/2000)
Pihak Kristen RMS selalu mendengungkan siasat kuno berupa ajakan damai atau rekonsiliasi guna menghentikan penekanan umat Islam atas RMS di Maluku. Namun muslimin tetap tidak terpengaruh, bahkan seluruh kaum muslimin menyatakan akan tetap berperang terus melawan pihak Kristen RMS.

Tekad untuk meneruskan peperangan tersebut disampaikan para tokoh muslim dan para ketua Posko Jihad yang berasal dari seluruh pulau Ambon dan sekitarnya, saat melakukan dialog bersama di masjid Kapaha, desa Kapaha, kec. Nusaniwe, Kodya Ambon, Senin kemarin (18/09/2000).

Dialog yang dihadiri 134 peserta yang berasal dari seluruh Posko Jihad di Ambon tersebut, diprakarsai oleh muslimin Ambon, dengan tujuan menyatukan tujuan dan merapatkan barisan dalam mengantisipasi manuver-manuver Kristen RMS saat ini.

Menurut pengamatan liputan MHI, saat ini pihak Kristen mengajak untuk bersama-sama menciptakan perdamaian, namun dibalik itu terdapat usaha-usaha mempersiapkan kekuatan untuk menghancurkan umat Islam, dan jalan semacam ini telah ditempuh oleh pihak Kristen berkali-kali.

"Kita tidak boleh lengah dengan ajakan damai Kristen RMS serta himbauan dari pemerintah daerah yang semenjak dahulu membela kepentingan RMS walaupun bertujuan untuk menciptakan dan menjaga situasi yang aman dan kondusif. Karena saya yakin dibalik itu semua terdapat rencana makar pihak Kristen RMS untuk menghantam lagi umat Islam disaat RMS merasa kuat. Maka keputusan muslimin sudah final, kita harus terus berperang hingga RMS benar-benar bersih dari bumi Maluku", tegas Muhammad.

Mendengar ajakan dari salah satu peserta tersebut, seluruh peserta dialog spontan menyatakan dukungannya sambil meneriakkan takbir, ALLAHU AKBAR ! Teriakan takbir yang gegap-gempita ini akan menegakkan bulu roma syaithon dan anak-buahnya yang selalu menginginkan kehancuran Islam dan muslimin.

Sementara itu, Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama'ah, Ustadz Ja'far Umar Thalib menjelaskan bahwa selama ini banyak pihak yang berusaha menggiring umat Islam untuk tidak lagi meneruskan peperangan. Adapun bentuk dari usaha penggiringan tersebut adalah melalui penyebaran informasi guna membangun opini bahwa semua pertikaian dan kerusuhan ini hanya merugikan diri sendiri.

Sedangkan para penguasa daerah dan kaum munafiq juga berusaha menipu dan mempengaruhi umat Islam dengan menyatakan bahwa umat Islam saat ini telah mencapai kemenangan, sehingga harus memelihara kemenangan tersebut dengan berdamai.

"Memang umat Islam saat ini telah mencapai kemenangan, namun bukan kemenangan yang final, tetapi baru merupakan tahap menuju ke final. Maka untuk mencapai akhir perang yang sebenarnya maka kita harus tetap menyirami semangat Jihad untuk mengusir dan menghancurkan pihak Kristen RMS dari Ambon. Bila semua itu terpenuhi, maka tercapailah kemenangan yang final", tegas Ustadz Ja'far. (zhr)

 

Dansektor Culik 3 Anggota Brimob

Ambon, MHI (21/09/2000)

Komandan Sektor (Dansektor) Pemulihan Keamanan wilayah A Maluku, Kolonel Inf. A. Siswanto, yang selama ini selalu merugikan umat Islam, kemarin Selasa (19/09/2000) kembali membakar amarah umat Islam dengan menculik 3 anggota Brigade Mobil (Brimob) Muslim Polda Maluku, yakni Serma Muhammad Musaad, Dani dan Mochtar.

Untungnya aksi penculikan tersebut sempat dipergoki masyarakat Muslim, sehingga setelah beberapa saat 3 anggota Brimob tersebut diculik, ribuan masa muslim langsung mendatangi markas Dansektor di Jl. A.Y. Patty untuk menentang aksi anarkhis Dansektor murtad tersebut.

Menurut sejumlah saksi mata, ketiga anggota Brimob tersebut diculik saat mereka melintas di jalan Pelabuhan, tepatnya di depan kantor Bank Mandiri, desa Mardika, kec. Sirimau, Kodya Ambon. "Saat mereka mengendarai motor dengan santai, tiba-tiba dari arah belakang melintas dengan cepat 2 mobil kijang, dan ketika posisinya tepat di depan 3 anggota Brimob tadi, 2 kijang tersebut langsung berhenti dan menghadang jalannya 2 motor yang dikendarai oleh ketiga anggota Brimob tadi," kata Ismail Yusuf, salah satu saksi mata.

Begitu mereka berhenti, lanjut Yusuf, sekitar 5 orang tentara berbaret Kopassus dan Marinir, membuka pintu dan langsung menodongkan senjata ke arah 3 anggota Brimob tadi, selanjutnya mereka digiring masuk ke dalam mobil.

Setelah berhasil memaksa masuk 3 orang tadi, maka sopir kijang tersebut langsung tancap gas, melarikan para tawanannya. "Saat itu kami tidak mengira bahwa mereka diculik, dan kami baru sadar setelah 2 mobil tadi tancap gas," tambah Ibrahim Marasabessy.

Dansektor sang Dalang
Begitu menyadari telah tejadi penculikan, maka dalam waktu serempak warga di sekitar Batu Merah mulai berkumpul. Tak berapa lama kemudian didapat informasi dari aparat bahwa ketiga anggota Brimob tadi diculik oleh pasukan khusus atas perintah dari Dansektor (murtad) Siswanto.

Maka dalam waktu singkat berita tentang aksi penculikan tesebut langsung tersebar diseluruh pulau Ambon. Hal ini memancing konsentrasi puluhan ribu massa beserta puluhan truk dan mobil mendatangi kantor Puskud Maluku di jalan A.Y. Patty yang digunakan sebagai markas Dansektor, sekaligus mengadakan perhitungan dengan Siswanto.

Liputan MHI yang mengamati di lokasi menyaksikan puluhan ribu massa memadati jalan dari dari Masjid Raya Al Fatah hingga Markas Dansektor sepanjang 1 kilometer. Siswanto yang selama ini selalu bersikap arogan terhadap umat Islam ternyata ciut nyalinya dan berjiwa pengecut dengan memilih sikap bersembunyi di lantai atas markasnya dan tidak menemui puluhan ribu massa yang siap menghakiminya.

Melalui lisan anak buahnya, Siswanto tersebut mengatakan bahwa saat ini tidak ada tawanan di kantornya, karena saat itu juga telah dipindahkan ke Pomdam XVI Pattimura. Demi membuktikan semua keterangan tersebut, maka gelombang manusia mulai merambat ke kantor Central Polisi Militer Maluku di komplek pelabuhan Yos Sudarso. Akhirnya ketiga anggota Brimob yang naas tersebut dilepaskan oleh satuan CPM tanpa syarat.

Sementara itu, salah satu anggota CPM menyatakan, bahwa keberadaan 3 anggota Brimob di kantor CPM tersebut bukan karena diantar pihak Dansektor, namun diprakarsai sendiri oleh Polisi Militer. Ia menegaskan, "Aparat dari luar Maluku tidak ada hak dengan seenaknya menangkap para aparat Polda dan Pangdam XVI Pattimura, apalagi dalam bentuk penculikan. Dan setelah diadakan pemeriksaan ternyata memang 3 Brimob tadi tidak melakukan kesalahan apa-apa," kilahnya.

Puluhan ribu massa sempat merasa geram, sehingga mereka sepakat akan mengadakan penyerangan terhadap berbagai wilayah kristen. Bahkan mereka telah bertekad, bahwa ada aparat yang melindungi pihak kristen, maka akan ikut disikat habis mengingat tindakan pihak Kristen dan antek-anteknya telah melampaui batas kewajaran.

Menumpahkan kekesalan
Tindakan aparat yang membela kepentingan Kristen tersebut memancing muslimin melancarkan serangan atas pihak kristen. Adapun yang menjadi sasaran penyerangan kali ini adalah desa Galala, dimana massa melancarkan serangan dari dua arah yakni Wara, dari arah timur dan Tanjung Mujahidin dari Barat dengan menggunakan senjata seadanya.

Apalagi milisi RMS juga telah berani memancing kemarahan muslimin di desa Siri Sori Islam, pulau Saparua dan Masohi di pulau Seram sehari sebelumya, hari Senin (18/9) kemarin. Pasukan merah RMS di desa Ouw, kec. Saparua, Kab. Maluku Tengah, pulau Saparua dengan sengaja melancarkan serangan terhadap perahu umat Islam yang tengah berlayar dari desa Siri Sori di pulau Saparua menuju Masohi.

Bermula perahu Pok-Pok dari Siri Sori Islam milik muslimin yang bermuatan lima orang warga muslim dan 3 anggota Brimob penuh tersebut melintas di tanjung desa Ouw (Kristen) hendak menuju pulau Seram diberondong peluru dari darat.

Aksi penembakan tersebut menyebabkan 3 anggota Brimob yang mengawal perahu dan 1 orang sipil tewas, serta seorang luka-luka. Anggota Brimob yang meninggal diantaranya Prajurit Dua Siagian, Prada Badarudin dan Serda Salahudin (21), sedangkan warga sipil muslim yang meninggal Alwi Parlusi dan Taliasa Saimimah luka-luka berat kini sedang dirawat di RSU Saparua.

Serangan separatis RMS tersebut memancing pertikaian antara massa pembela NKRI dengan pemberontak Maluku Sarani di darat maupun di laut yang meluas hingga Masohi dan seluruh Maluku, sehingga 3 orang tewas dari pihak kuffar Kristen diantaranya Robin Laumarisa dan Buang Ahuluhelu, Eliyas Halowed (50), Agustina Letlora (40) serta 19 orang luka-luka yang dirawat di RSU Kristen Haulusi, Kudamati dan RS Bhakti Rahayu.

Menurut Kapolres Maluku Tengah, Supertindent Kadir Prayitno, Selasa (19/9) siang, menyebutkan bahwa peristiwa penembakan itu tersiar hingga ke Kota Masohi dan Desa Sirisori Islam. Bahkan sempat terjadi pengumpulan massa dan pembakaran sebuah pos penjagaan Brimob di perbatasan Desa Ulat dan Desa Sirisori Islam.

Maka kejadian tersebut membuktikan bahwa ummat Kristen masih menyimpan bara permusuhan dan rencana makar atas muslim, sehingga muslimin di seluruh pulau Ambon, Haruku, Seram dan Saparua, sepakat mengobarkan perang agama atas milisi Kristen. "Dan kalau aparat menghalang-halangi, maka semua akan disapu. Selama ini pihak kristen selalu memulai pertikaian, jadi kita harus membalasnya," tegas sejumlah warga. (Zhr?)

                                                               Walikota Berulah,
                                                          Ambon Kembali Memanas

Ambon, MHI (21/09/2000)
Upaya Gubernur Maluku, Saleh Latuconsina dan Kapolda Brigjen Firman Gani dalam meyakinkan kepada masyarakat bahwa kota Ambon telah aman dan kondusif, ternyata kemarin Selasa (19/09) pecah pertempuran kembali. Pasalnya, Kristen RMS memancing muslimin sejak pagi hari hingga sore sehingga kondisi Ambon kembali memanas.

Keadaan tersebut berawal dengan ulah Walikota Ambon, Chris Tanasale yang sengaja memelihara kerusuhan di kota Ambon yang telah berlangsung selama 20 bulan ini. Walikota tersebut berharap kerusuhan dapat memancing pasukan asing dari DK PBB hadir di Maluku. Sehingga tindakan Walikota kristen tersebut selalu merugikan umat Islam dengan melakukan langkah yang provokatif dan mengesampingkan usulan dan eksistensi umat Islam.

Saat ini Chris Tanasale bermanuver mengadakan pasar murah kebutuhan pokok kepada warga Ambon, baik Islam maupun kristen, di lapangan Merdeka (depan gereja Maranatha), Ambon sejak Selasa (19/09) yang direncanakan berlangsung hari ini hingga tanggal 26 September, mendatang.

Kegiatan pasar murah yang dibuka secara resmi oleh istri Gubernur Maluku, Ny Hatja A latuconsina, Selasa direncanakan akan berlangsung selama tujuh hari, dengan menjual kebutuhan sembako.

Menurut Chris, kegiatan pasar murah tersebut sebagai upaya pembuktian bahwa saat ini kondisi kota Ambon sudah aman dan damai. Selain itu diharapkan juga sebagai suatu usaha untuk mempertemukan pihak kristen dan muslim yang berada di lapisan bawah. Tetapi upaya penyelesaian konflik merupakan usaha yang dipaksakan dan tidak menyentuh akar permasalahan yakni adanya cita-cita RMS.

Hanya saja semua perkataan Walikota tersebut hanya merupakan isapan jempol dan usaha mengelabui warga muslim di Ambon, sebab tindakan ini merupakan strategi pihak kristen untuk tetap mengacaukan kondisi Ambon dengan harapan mendatangkan pasukan PBB terlaksana.

Hal itu dapat terlihat dari pelaksanaan kegiatan pasar murah yang lokasinya dipilih di depan markas besar kristen di Kodya Ambon, yakni gereja Maranatha. Sehingga pasar murah yang dibuka oleh Gubernur dan Kapolda serta dijaga ketat oleh aparat tersebut akhirnya, pada pukul 11.00 WIT bubar secara tragis setelah terjadi keributan yang diikuti dengan rentetan tembakan.

Keributan di pasar murah yang terletak hanya beberapa meter dari Markas Linud 737 BS Polisi Kota tersebut dimulai dengan aksi puluhan warga kristen yang berlarian dari arah gereja menuju ke tengah lapangan sambil membuat keributan dan keonaran. Dan seperti diduga sebelumnya, para anggota milisi RMS tersebut telah dipersiapkan bersiaga menunggu komando di gereja Maranatha.

Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Hanya beberapa warga sempat dilarikan ke rumah sakit karena terinjak-injak saat berusaha menyelamatkan diri. Kendaraan angkutan pun sempat lumpuh. Dan untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih besar, murid-murid sekolah dipulangkan lebih awal. Begitu pula dengan para pegawai kantor Gubernur dan Walikota.

Para pengunjung yang kebanyakan umat Islam dari desa Batu Merah berlarian menyelamatkan diri ke arah Belakang Kota. Sementara itu, para pemuda Muslim yang tidak terima akan perlakuan pihak RMS tersebut mulai merengsek maju ke arah massa kristen, bahkan sempat terjadi pertempuran jarak dekat dengan batu dan kayu.

"Ini merupakan bukti bahwa kegiatan ini merupakan bentuk usaha pihak kristen untuk mengelabui umat Islam saja," kata Ahmad Kadir, warga Ambon. Walaupun tidak terdapat korban, namun kejadian tersebut akhirnya menggugah semangat umat Islam untuk tetap melancarkan pertempuran dengan pihak kristen. (Zhr)