untuk informasi

send an email

YAYASAN  ISLAM  RIYADHUL  JANNAH


 

 

Mukadimah

Buletin

Aqidah

Manhaj

Info Maluku

Tanya-Jawab


15 Juli 2000

                           Kampung Ponegoro Meradang


Ambon, MHI
Kawasan berpenduduk mayoritas muslim, kampung Ponegoro, yang sebelumnya tidak pernah tersentuh api pertempuran, kemarin hari Kamis (13/7) hingga Sabtu (15/7) bergejolak dan terjadi pertempuran antara Muslimin dengan kaum Kristen RMS.

Pertempuran ini bermula pada hari Kamis (13/7) menjelang waktu Maghrib, dimana kaum Kristen RMS dari kampung Air Kolam yang berbatasan dengan kampung Ponegoro membuat tindakan provokasi terhadap Muslimin. Kristen RMS dari Air Kolam menyerang kampung Ponegoro dengan cara melempari perkampungan muslimin tersebut dengan bom dan menghujaninya dengan tembakan-tembakan. Sedangkan provokasi RMS di laut menurut Malik Selang, Sekretaris MUI Ambon, berawal dari penyerangan terhadap penumpang speedboat Muslim di Teluk Dalam Ambon, pada Kamis pagi sekitar pukul 08.00 WIT.

Merasa keselamatan jiwa terancam, Muslimin setempat memberikan perlawanan. Menjelang waktu Subuh Jum’at (15/7), Muslimin menyerang dan membakar perumahan Kristen RMS di daerah perbatasan Ponegoro – Air Kolam yang memang sudah kosong ditinggalkan penghuninya menyelamatkan diri.

Dalam menangani pertempuran tersebut, terlihat ketimpangan dari aparat Yon 509 Jember. Mereka menghalangi umat Islam dari lain kawasan yang ingin membantu muslimin Ponegoro dengan cara menahan dan melarang mereka memasuki perbatasan Diponegoro – Air Kolam. Selain itu, aparat juga mencegah datangnya bantuan dari kawasan lain ke kampung muslim tersebut. Bahkan 7 orang Muslim asal Ponegoro yang baru pulang mengantar rekannya yang terluka ke RS Al-Fatah, sempat ditahan sampai menjelang subuh. Setelah diprotes dan ditekan oleh Muslimin, barulah korban luka-luka tersebut diantar ke gedung Asari komplek Al-Fatah.

Bersamaan dengan meletusnya pertempuran di kawasan Ponegoro, terjadi pula tembak-menembak antara Mujahidin dengan Kristen RMS di Asrama Polisi Parigi Lima. Pertempuran ini diawali oleh aksi pengecut sniper-sniper Kristen RMS yang menembaki aparat di Asrama Polisi tersebut dan umat Islam di sekitarnya. Serentak Muslimin setempat membela diri dan mengadakan perlawanan sehingga pertempuran tidak dapat lagi dihindari.

Dalam dua insiden tersebut, 10 orang Muslimin terluka akibat tembakan di bagian tangan dan kaki, dan 4 orang meninggal. Diantaranya masing-masing 2 orang dari aparat Polda Maluku, seorang anak usia SMP dan seorang penduduk setempat. Adapun korban tewas dari pihak Kristen RMS setidaknya telah lima korban tewas dan 17 luka-luka dalam bentrokan yang terjadi di Kampung Kolam, Kampung Galemo dan Ponegoro itu. Data dari RSUD Dr Hallusy Bakti Rahayu, korban dari RMS Kristen yang tewas adalah Stevie Matahelomual, Hengki Prayogo, Elisa Leasa, Ongki Remas, dan Charles Kaimarehe.

Setelah merasa kewalahan menghadapi serangan balasan Muslimin, sebagian besar warga Kristen RMS di ketiga kampung itu (Kampung Kolam, Galemo, Ponegoro), terutama orang tua, perempuan dan anak-anak mengungsi. Diantaranya mengungsi ke daerah Soya, Kayu Putih dan Urimesing, yang juga cenderung berbukit-bukit, namun dianggap aman. Alhamdulillah, pembalasan setimpal dari ALLAH Ta’ala yang menyebabkan ratusan ribu Muslimin mengungsi ke luar Ambon mulai terealisir. (Imk, Ekj)

  
                        
Kedubes AS Meradang Kembali


Ambon, MHI
Salah satu negara promotor RMS, Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Jakarta mengungkapkan rasa prihatin atas kekerasan yang terus terjadi di Maluku dan Ambon. “Kami tetap sangat prihatin dengan berlanjutnya kekerasan dan pembalasan antara masyarakat Kristen dan Muslim di provinsi Maluku dan Maluku Utara,” demikian siaran pers yang diterima, Jumat (14/7), di Jakarta.

Kedubes AS mendesak pemerintah Indonesia agar melakukan upaya lebih jauh untuk mencegah pertumpahan darah dan menindak mereka yang memulai kekerasan. Di samping itu, pemerintah juga diminta mengindahkan standar internasional bagi perlindungan hak asasi manusia dan menahan diri sebagaimana mestinya. “Kami terus mendesak pemerintah untuk menghentikan para ekstremis dari luar daerah itu yang memanaskan situasi dan ikut dalam tindak kekerasan,” tulis keterangan tersebut. “Kami mengimbau, semua pihak untuk menahan diri, menjauhi kekerasan, dan menyelesaikan perbedaan mereka melalui dialog dan perundingan,” lanjut informasi yang dikeluarkan kedubes AS tersebut. Alhamdulillah, dengan adanya kekompakan Muslimin menghadapi makar Kristen Intrernasional ini, akhirnya satu-persatu promotor disintegrasi mulai bermunculan, walaupun Muslimin telah kecolongan propinsi Timor-Timur yang terampas berkat keuletan Australia dan PBB.

Insiden-insiden yang masih terjadi di Ambon setelah diberlakukannya darurat sipil di Maluku, menunjukkan bahwa orang Kristen RMS disana secara nyata memprakarsai kerusuhan dan melanggar aturan penguasa Darurat Sipil. Hal ini dapat dilihat dari penyerangan mereka terhadap aparat yang sedang melakukan penjagaan dan penolakan mereka terhadap sweeping senjata oleh aparat di daerah-daerah yang dikuasai Kristen RMS. Wallahu Musta’an (Imk, Ekj).

16 Juli 2000

 

                                Bentrok Berlanjut di Ponegoro

Ambon, MHI
Situasi aman di kampung Ponegoro, kel. Urimesing, kec. Nusawine Kodya Ambon, yang selama terjadinya perang di Maluku tidak terjamah pertempuran, akhirnya pada hari Kamis (13/7) menjadi arena pertempuran antara Muslimin melawan kaum kafir Kristen RMS. Hingga berita ini diturunkan hari Ahad 16 Juli 2000, pertempuran antar Muslimin-RMS belum berakhir.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, kampung Ponegoro merupakan perkampungan yang dihuni oleh mayoritas masyarakat Muslim. Sehingga keamanan dan ketenangan kampung Muslimin tersebut terpelihara dengan baik. Hal ini dapat juga disaksikan di daerah-daerah yang memang mayoritas Muslim baik di Ambon maupun daerah-daerah lainnya di seluruh Indonesia bahkan di seantero Dunia. Akan tetapi, lain halnya bila penduduk di suatu negeri mayoritas adalah Kristen/Yahudi, maka kaum Muslimin pasti mengalami penindasan si kafir Kristen. Hal ini dapat dilihat dalam kejadian pembantaian atas Muslimin di Moro, Bosnia-Herzegovina, Palestina dsb.

Hanya saja kampung Ponegoro yang letaknya dikelilingi oleh kampung-kampung Kristen RMS, yakni Air Mata Cina, Mangga Dua, Kampung Kolam, dan Pohon Pule. Kondisi inilah yang menyebabkan Muslimin di Ponegoro selalu mendapatkan teror dan provokasi dari pihak kristen RMS setempat dan maupun Kristen dari luar. Diantaranya kejadian pelemparan bom dan tembakan-tembakan yang diarahkan ke warga dan rumah-rumah penduduk Muslim. Akibatnya situasi di perkampungan tersebut sangat tegang, walaupun begitu umat Islam masih berusaha untuk meredam amarah.

Tetapi langkah yang diambil umat Islam tersebut, bukannya membuat warga Kristen RMS mengurangi tidakannya, bahkan semakin menjadi-jadi. Melihat kenyataan tersebut, maka kaum Musliminpun yang memegang prinsip “Tidak berharap ketemu musuh, tetapi kalau musuh yang memulai maka harus menjadi pihak yang akan mengakhiri, Insya Allah” , maka pada hari Kamis (13/7) warga Muslim tidak dapat menahan kesabarannya lagi, selanjutnya melakukan serangan balasan terhadap warga Kristen RMS yang berada di sekitarnya.

Maka ketika menjelang Maghrib, Muslimin dari kampung Ponegoro melancarkan serangan balasan terhadap warga Kristen yang terletak di kampung Ponegoro Atas. Dalam serangan tersebut, dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala Muslimin berhasil membumi-hanguskan perumahan warga Kristen RMS dan memaksa mereka melarikan diri ke tempat pengungsian. Kemudian Muslimin melanjutkan serangannya ke arah kampung Kolam, markas dari para penembak gelap (sniper) Kristen yang selama ini seringkali menembaki warga Muslim Ponegoro.

Walaupun serangan balasan ini mendapatkan perlawanan dari RMS Kristen, namun Alhamdulillah Muslimin berhasil mengusir warga kampung Kolam yang berbatasan dengan kampung Ponegoro. Dalam serangan tersebut sedikitnya 5 orang kristen tewas dan puluhan mengalami luka parah, sedangkan di pihak Muslimin 6 orang mengalami luka-luka dan saat ini telah dilarikan ke RS Darurat Al Fatah. (Imk, Ekj).

                   Kostrad Yon 509 Jember Timpang

Ambon, MHI
Harapan umat Islam Ambon agar aparat keamanan di Ambon proporsional dalam menangani setiap pertikaian yang terjadi di Ambon, ternyata tidak didapatkan. Terbukti dengan adanya ketimpangan petugas yang memihak terhadap kelompok Kristen RMS yang menyerang terlebih dahulu dan tidak bersikap netral. Pasukan yang dipimpin oleh oknum beragama Kristen ini selalu membantu dan berpihak kepada Kristen RMS walaupun Kristen yang memicu kejadian tersebut. Sehingga dengan kenyataan tersebut pihak Muslim yang bersikap bertahan bukannya mendapatkan perlindungan dari pihak aparat tetapi justru dirugikan dengan tembakan yang mencecar Muslimin.

Seperti yang terjadi para hari Jumat (14/7), aparat TNI AD dari kesatuan tersebut menghadang Muslimin dari arah kampung Suabaly dan Talake, yang akan memberikan bantuan kepada saudara-saudaranya yang diserang oleh warga Kristen RMS. Kejadian ini menggugah polisi Muslim melerai dari Polsek Sirimau, Polres P. Ambon dan PP Lease Maluku, Serma Agus Suswanto (33) dan Hasan (15) tertembak hingga syahid Insya Allah pada pagi hari di kompleks Parigi Lima. Aparat lain yang menjadi korban keganasan Yon 509 Jember ini, aparat Bintara dari kesatuan Brimob mengalami luka tembak di paha. Ketiganya merupakan korban dari tembakan kafir RMS dari arah Batu Gantung dan sekitar daerah Tanah Lapang Kecil (Talake).

Perlakuan yang sangat tidak wajar serupa juga dialami oleh umat Islam di kampung Ponegoro. Dimana pada malam harinya (15/7), sekitar pukul 19.45 WIT, 11 warga Muslim yang mengendarai mobil (salah satunya anggota Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah), diberhentikan dan langsung ditodong oleh aparat dari Yon 509 Jember tersebut saat melintas di dekat jembatan kampung Air Mata Cina. Bahkan tindakan aparat 509 tersebut bukan hanya sebatas itu saja, namun mereka meneruskannya dengan tindakan penganiayaan terhadap warga Muslim yang baru saja mengantar warga yang terluka ke RS Al-Fatah Ambon.


Saat kami memasuki jembatan di kampung Air Mata Cina, tiba-tiba kami disuruh berhenti dan langsung ditodong oleh 7 orang aparat yang berjaga ditempat itu. Selanjutnya tanpa ditanya terlebih dahulu kami semua langsung diseret keluar dan dihujani tendangan dan pukulan yang bertubi-tubi, selanjutnya kami dimasukkan ke selokan dan setelah itu kami disandera hingga pukul 02.00 WIT dini hari”, keluh Muslih warga Ponegoro yang saat itu selaku sopirnya (baca : Pengakuan Salah Seorang Korban).

Sejumlah warga menilai, terjadinya ketimpangan yang dilakukan oleh aparat dari Yon 509 tersebut terjadi karena anggota dari kesatuan tersebut adalah terpengaruh gerakan Kristen RMS. Nampak dari logat bicara dan warna kulitnya, diketahui tentara pro Kristen RMS ini berasal dari Maluku, Toraja (Sulawesi Selatan), Irian dan Batak. Bahkan salah satu dari mereka mengaku berasal dari Porto pulau Saparua, Maluku.

Menyikapi ulah dari aparat 509 Jember tersebut, saat ini warga Muslim menyatakan kesepakatan untuk memboikot pasokan logistik Batalyon ini. Dan hal itu sudah terjadi, ketika salah satu diantara mereka hendak membeli cabe di pasar Muslimin, pedagangnya mengatakan kalau dagangannya tidak dijual untuk Yon 509. “Ini bukan dijual kepada aparat yang memusuhi umat Islam”, kata seorang penjual dengan ketus.


Karena hal itu bukan hanya satu, dua kali dilakukan, maka sebagai pelajaran atas tindakannya yang selama ini selalu merugikan dan memusuhi umat Islam, maka kita lakukan aksi boikot. Dan hal ini akan membuat mereka kesulitan karena yang menguasai perekonomian di Ambon saat ini adalah ummat Islam. Dan kenyataan pahit itu juga pernah dialami oleh kesatuan TNI AL dari Kesatuan Marinir yang berpihak kepada Kristen RMS pada awal-awal kerusuhan tahun lalu”, tutur sejumlah warga Muslim. (Imk, Rif)

             Muslimin Tundukkan Dua Kampung Kristen RMS


Ambon, MHI
Dua perkampungan Kristen RMS, di Kelurahan Urimessing Nusaniwe, kota Ambon yakni kampung Kolam dan Mangga Dua berhasil diporak-porandakan Muslimin Ambon sehingga rata dengan tanah. Peristiwa tersebut terjadi saat Muslimin melancarkan serangan balasan ke perkampungan tersebut, Sabtu (15/7) petang.

Serangan yang dilancarkan Muslimin kali ini merupakan lanjutan atas serangan dua hari sebelumnya yang dimulai dari kampung Ponegoro menyusul sikap keberpihakan dua kampung ini atas RMS Kristen. Selain itu, kondisi georgrafisnya yang berhimpitan dengan kampung Ponegoro, sehingga Kristen RMS selalu mengganggu umat Islam di kampung Ponegoro dalam bentuk lemparan bom dan tembakan para sniper telah menggusarkan hati Muslimin.

Dalam serangan kali ini yang dilancarkan mulai pukul 17.00 WIT itu, Muslimin bergerak dari arah kampung Ponegoro melalui 4 jalur serangan, sehingga saat itu kampung Kolam yang letaknya di bawah Ponegoro dikepung Muslimin yang melakukan gempuran dari 4 penjuru angin. Menjelang Isya’, dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala Kampung Kolam sudah dikuasai Muslimin.

Begitu kampung Kolam dikuasai dan diratakan dengan tanah, maka Muslimin meneruskan aksinya ke arah selatan menuju Mangga Dua, dan disinilah Muslimin mendapatkan perlawanan yang sengit dari pasukan Kristen RMS, namun dengan pertolongan Allah Ta’ala sekitar pukul 23.00 WIT Muslimin berhasil mendesak mundur pasukan Kristen RMS dan mengobrak-abrik perkampungan itu.

Berdasarkan penilaian sejumlah Muslimin, pasukan Kristen RMS secara mati-matian mempertahankan kampung Mangga Dua karena kampung tersebut memiliki posisi strategis untuk pelindung kawasan elit RMS Kristen Suabaly. (Imk, Abs).

17 Juli 2000

                    Markas Sniper ‘Planet 2000’ Ambon Hancur

Ambon, MHI
Pertempuran antara Muslimin-RMS kembali terjadi setelah dipicu ulah Kristen menembaki pejalan kaki di sekitar Planet 2000, Ambon pada malam hari, Ahad, 16 Juli 2000. RMS Kristen yang telah bersiap-siap berada di sekitar tugu Trikora mencoba memukul mundur Muslimin ke arah kampung Pohon Pule. Berkat kebesaran ALLAH Subhanahu wa Ta’ala, Muslimin berhasil menghancurkan pusat hiburan milik Kristen RMS, ‘Planet 2000’. Dihancurkannya gedung tersebut karena selama ini lokasi itu disamping menjadi tempat perbuatan maksiat juga dijadikan tempat persembunyian para penembak gelap (sniper) Kristen RMS. Sehingga dengan dihancurkannya tempat tersebut, maka saat ini warga Kampung Baru (depan Masjid al Fatah) tidak terganggu lagi dengan ancaman sniper.

Dari beberapa lokasi pertikaian, di kampung Mangga Dua, kampung Kolam, Pohon Pule dan sekitar tugu Trikora tersebut didapati 6 orang dari kalangan Muslimin menderita luka tembak sedang 4 orang menemui syahid Insya Allah. Sementara itu berdasarkan keterangan dari para Muslimin yang membunuh langsung orang Kristen RMS, sedikitnya 13 orang Kristen RMS dipastikan tewas dan puluhan mengalami luka-luka (Imk, Hrd)

            Pengakuan Korban Penyekapan Yonif 509 Jember:
                          “Kami Direndam, Dipopor, Ditendang …”


Tindakan aparat keamanan dari kesatuan Kostrad 509 Jember, Jawa Timur yang semena-mena menghardik, menodong, menendang dan menyekap serta menginterograsi 11 warga Muslimin kampung Ponegoro, ternyata meninggalkan kisah dan kenangan tersendiri bagi masyarakat Muslimin Ambon.

Bagaimana sesungguhnya peristiwa tersebut terjadi, dan siapa pelakunya. Berikut ini laporan Tim MHI mewawancarai 2 orang korban, yakni Muhammad Fajarudin, yang tergabung dalam Tim Medis Laskar Jihad Ahlusunnah Sunnah wal Jama’ah dan Muslih warga Ponegoro yang saat itu sebagai Sopir. Berikut penuturan mereka kepada Liputan Laskar (LL) dalam bahasa tutur :


Saat itu sekitar pukul 19.10 WIT, kami meluncur ke rumah sakit (RS) Al-Fatah untuk mengantarkan Hasan, salah satu warga Muslim Ponogoro, yang terkena tembakan dari arah Kampung (RMS Kristen) Kolam. Dengan mengendarai mobil L.300 milik bapak Muslih, kami segera meluncur ke RS Darurat Al-Fatah, Ambon.

Sekitar pukul 19.30 WIT, kami meninggalkan RS Al Fatah untuk kembali kampung Muslim Ponogoro. Dalam perjalanan pulang, ketika kami memasuki kampung Air Mata Cina, yang merupakan perbatasan dengan kampung ponogoro, tepatnya di depan SD, kami dikagetkan dengan gelagat aparat yang berteriak lantang menyuruh kami berhenti sambil berdiri di tengah jalan.

Saat itu waktu menunjukan pukul 19.45 WIT, karena dari udara sayup-sayup terdengar kumandang adzan Isya dari Masjid Raya Al-Fatah. Sesaat kemudian kami menghentikan laju mobil tanpa keluar sepatah kata di daerah kampung Air Mata Cina. Kami lihat sebanyak 7 aparat TNI Yon 509 Jember yang berkulit hitam legam dan berlogat Timur (Indonesia bagian Timur, red) dengan moncong senjata yang dimasukan ke mobil dalam keadaan terkokang berteriak dengan keras. “ Turun kamu, kalau tidak aku tembak “.

Kami terhenyak mendapat perintah sedemikian rupa, bahkan dengan kasar dan memaksa aparat menyuruh kami untuk segera keluar. Bahkan diantara mereka karena tidak sabar menunggu langsung memukul kami saat masih di dalam mobil.

Begitu kami sudah turun kami disuruh melepaskan baju dengan paksa juga selanjutnya mereka dengan seeanaknya memeriksa kami dengan paksa dan mengobrak-abrik mobil yang kami tumpangi bahkan mobil tersebut dirusak dengan cara ditendang dan dipopor senjata akibatnya kaca lampu dan jendela pecah body di bagian setir dirusaknya.

Setelah itu kami semua mencopot baju, kami disuruh berbaris secara bergandengan untuk selanjutnya mendapat tendangan. Kemudian kami dipaksa masuk ke dalam selokan untuk direndam.

Ternyata bukan sampai disitu saja perlakuan mereka, karena begitu kami dimasukkan got, pukulan bertubi-tubi langsung mendarat di seluruh tubuh kami. Sehingga saat itu juga mulut kami kemasukan air got, akibat terjerembab ke dalam air setelah mendapatkan pukulan dari aparat sinting tadi.

Setelah mereka puas melancarkan tendangan dan umpatan, mereka mulai menanyai satu-persatu tentang identitas diri. Ketika itu sampailah pada giliran saya (Fajaruddin, Tim Medis FKAWJ). Ketika aparat tadi menanyakan asal daerah saya, dan ketika saya menjawab berasal dari Jawa, kontan saja mereka naik pitam.

Walaupun sudah dijelaskan bahwa saya adalah anggota tim medis dari Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah, mereka tetap menunjukkan rasa permusuhan. Bahkan, begitu mendengar nama Laskar Jihad, mereka lebih marah lagi. Bahkan sempat menghardik keberadaan Laskar Jihad yang membawa dan melaksanakan misi kemanusiaan di Maluku.

Sehingga saat itu juga, saya mendapatkan 2 kali pukulan popor senjata di bagian tengkuk dan kepala. Tendangan sepatu lars dilancarkan ke bagian dada dan kepala serta disuruh merangkak di got. Penyiksaan dan pemukulan terhadap penumpang L 300 di got tersebut, mereka lakukan sekitar 1 jam.

Setelah kami diperlakukan tidak manusiawi, bukannya mereka menghentikan siksaan dan hujatan, tetapi justru bertambah semakin berat. Selanjutanya, kami diborgol dengan diikat di kedua jempol dalam keadaan tangan di belakang. Dan seluruh penumpang L 300 yang berjumlah 11 orang tadi digandengkan dalam satu ikatan dan dipaksa berdiri di pinggir jalan, persis seperti tawanan

Setelah semuanya ini berlangsung, ternyata mereka belum puas, sehingga mereka melakukan interograsi babak kedua. Dan dibabak kedua inilah saya kembali mendapatkan pukulan di muka sebanyak 6 kali, di mata sekali, serta tendangan sepatu lars di dada satu kali.

Hal yang membuat perasaan kami semua lebih sakit yakni tindakan penganiayaan tersebut dilakukan di depan mata warga Kristen RMS yang sat itu duduk bergerombol di bibir jembatan, dekat lokasi penganiayaan.

Penganiayaan tersebut mereka lakukan hingga sekitar pukul 21.00 WIT. Dan mereka baru menghentikan penyiksaannya, setelah kedatangan 1 orang aparat lagi dari Yon 509 Jember. Selanjutnya, kami dimasukkan setelah dibagi di dua ruangan di bangunan SD, yang letaknya di depan pos penjagaan aparat 509.

Tidak tahu apa yang mendorong mereka, di ruangan itu kami disuruh duduk dan diberi minuman teh, tetapi borgol tidak dilepas. Sambil bersantai, aparat yang baru datang tersebut mengatakan, bahwa kami ditempatkan di ruangan tersebut untuk menunggu keputusan.

Ternyata akal bulus mereka yang seolah-olah berbuat baik, dengan memberikan minuman mulai terlihat. Dimana saat itu mereka menyakinkan kepada kami bahwa yang menghajar kami adalah aparat dari Yon Zeni Tempur Brawijaya. Padahal jelas sekali, mereka adalah aparat sejenis dengan kecoak pendusta ini, yakni dari Yon 509 juga. Kentara sekali logat bicara dan ocehannya yang berbau “Timur”. Salah seorang aparat yang keji ini mengaku bernama Hendrik yang berlogat Toraja. Selain itu, mereka mengaku bahwa kesatuan Yon Zipur yang sudah bertugas selama 7 bulan di Ambon. Padahal, Yon Zipur baru bertugas selama 2 bulan disana.

Hingga pukul 02.00 WIT dinihari, setelah banyak menikmati ocehan delapan aparat 509 ini, datanglah Danyon Kostrad 509 Jember yang bernama Eko (sesuai tertulis di dada). Dari mulut orang yang baru datang inilah, keluar ucapan permintaan maaf kepada kami. Dan dia berjanji untuk membebaskan kami dan untuk selanjutnya akan diantar ke RS Al Fatah.

Namun, pada pagi harinya, kami baru menyadari bahwa sebab dilepaskannya kami karena warga kampung Ponegoro mendesak dan memaksa aparat 509 untuk melepaskan kami. Kesimpulannya, aparat Kostrad 509 telah bertindak anarkhis dan melampaui kewajaran serta melanggar tindak pidana berat karena melanggar HAM. Insya ALLAH, kami akan menempuh semua jalur hukum dalam mengadili penjahat bertopeng aparat 509 yang sejak awal hingga hari ini terang-terangan berpihak pada Kristen RMS. (Imk, Hrd).

18 Juli 2000



                        Bahayanya Intervensi Asing lewat PBB


Ambon, MHI
Muslimin yang telah dapat menguasai kampung Ponegoro Atas dan sekitarnya pada tanggal 16-17 Juli 200 kemarin.  Menurut pengakuan Kristen RMS, hal ini mengakibatkan putusnya jalur aternatif Kristen RMS di perbukitan kota Ambon. Sebab bukit Lauwo merupakan salah bagian dari jalur lintasan perbukitan yang menghubungkan 4 kawasan pemukiman Kristen RMS lainnya yakni, Batu Gajah, Mangga Dua, Batu Gantung dan Kudamati. Keempat wilayah pemukiman ini merupakan wilayah terakhir dari pemukiman kristen di lingkar kota Ambon. Kawasan terpadu Batu Gantung-Kudamati-Air Salobar-Benteng merupakan pula kawasan utama para pengungsi kristen dari berbagai pulau dan berbagai desa di Ambon. Insya ALLAH bila kawasan Batu Gantung sebagai pintu gerbang kawasan ini berhasil dikalahkan Muslimin maka dengan mudah ketiga kawasan pemukiman yang lainnya dikuasai. Sehingga para perusuh Kristen RMS harus mengungsi lagi ke bagian ujung pulau Ambon. Alhamdulillah.

Pemerintah Republik Indonesia lewat Presiden Dur ternyata membuka peluang bagi dimungkinkannya meminta bantuan asing dalam mengatasi masalah Maluku. Hal ini disampaikan Menlu Alwi Shihab menjawab wartawan usai mendampingi Presiden Dur menerima Dubes Uni Eropa pada hari Senin 17/7/2000. Alasan Alwi ketika ditanya berkaitan dengan pernyataan presiden yang menyatakan bisa saja pemerintah meminta bantuan prasarana dan peralatan kepada asing. "Lihat perkembangannya bagaimana. Jika diperlukan, mungkin akan meminjam pesawat atau kapal laut dan tak perlu tentara," jelas Alwi.

“Bantuan kemanusiaan luar negeri untuk Maluku dan Maluku Utara boleh-boleh saja. Tapi kalau mau bantu selesaikan masalah apalagi masuk ke wilayah Maluku dan Maluku Utara, "No way. Kita tidak mau bantuan asing," tukas Alwi. Dalam hal yang menyangkut kewibawaan dan harga diri pemerintah RI bahkan seluruh bangsa Indonesia, semestinya Presiden mampu memahami bahaya dan tipu daya dunia Internasional ini. Walaupun sekedar memberikan meminjamkan pesawat atau kapal laut, kesemuanya itu tidaklah mungkin merupakan bantuan yang cuma-cuma tanpa imbalan secuilpun.

Tidak cukupkah hilangnya bumi Loro Sae berkat kelicikan negara-negara pro-disintegrasi semacam Australia, Portugis, Amerika Serikat lewat Komisi HAM dan PBBnya ? “Apabila dilaksanakan pengiriman pasukan perdamaian PBB Internasional ke Maluku, sebaiknya dikoordinasi oleh Australia, seperti halnya di Timor Loro Sae tahun lalu,” demikian pernyataan Menteri Pertahanan Amerika William Cohen seusai berbicara dengan Menteri Pertahanan Australia John Moore di Sydney (17/7/200). Demikianlah makar Internasional terutama negara Kristen Australia yang menyulitkan warga Muslim Australia menerbitkan majalah/bulletin Islam secara resmi.

Bahkan, lanjut Alwi, dipersilakan kalau pihak luar negeri ingin memberikan bantuan kemanusiaan. Alwi mengharapkan minggu depan Maluku bisa dikunjungi para diplomat untuk menyerahkan bantuan kemanusiaan. "Silakan saja. Semua orang yang mau berikan bantuan kemanusiaan bisa datang, termasuk para diplomat. Tetapi penguasa darurat sipil juga harus menjamin keamanan mereka. Karena kalau tidak ada jaminan keamanan bisa berbahaya," ujar Alwi. Masihkah pemerintah tidak membuka mata tentang bahaya pengiriman bantuan tersebut, sebagaimana dikirimkan 4 kontainer amunisi dan persenjataan yang diselipkan diantara bantuan kaleng-kaleng susu.

Kali ini, kaki tangan dunia Kristen Internasional yang hendak menggerogoti NKRI lewat kaki tangannya semodel Komnas HAM, mulai mencuat ke permukaan. Sekjen Komnas HAM Asmara Nababan yang tidak punya menjual harga diri bangsanya, mengusulkan agar pemerintah menjalin kerjasama internasional dengan membentuk peace keeping mission yang melibatkan negara-negara Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (Asean), India dan Jepang.

"Misi perdamaian ini sangat mendesak diberlakukan. Pemerintah jangan ngotot untuk mempertahakan status darurat sipil. Karena pada kenyataannya korban dari kedua belah pihak terus berjatuhan, " kata Asmara. Pilihan melibatkan negara-negara Asia ini, menurut Asmara, tujuannya agar jangan terkesan misi perdamaian ini membawa kepentingan negara-negara barat. Tentu saja pemerintah dan bangsa Indonesia walaupun dalam keadaan krisis ekonomi tidak begitu saja tertipu oleh akal bulus penjilat orang asing ini. Bahkan orang bayaran asing ini mengakui tujuan pemilihan negara Asia ini, tetap saja misi yang dibawa tetap di bawah payung PBB (Organisasi Konspirasi Kristen Internasional).

Semestinya si Asmara mengetahui keberhasilan pasukan perdamaian TNI/Polri di Vietnam, Kamboja, Namibia dan negara-negara lainnya, membuktikan bahwa pemerintah RI-pun mampu menangani permasalahan bangsanya sendiri. Muslimin sudah mengetahui kebusukan HAM dan konco-konconya yang merupakan tameng yang aman untuk menyudutkan Muslimin dan Pejabat Muslim seperti Wiranto (Timtim), Prabowo (Kasus Irian). Sedangkan si Leonardus Benny Murdani (Tanjung Priuk) dan Theo Syafe’i (Kasus NTT) yang jelas melanggar HAM masih menghirup udara segar tanpa dicopot dari jabatannya. Inilah tandanya Asmara dan Komnas HAM, atau organisasi-organisasi bertopeng HAM berikut LSM merupakan kepanjangan tangan Dunia Kristen Internasional belaka.

"Aparat saat ini sudah tidak memiliki kredibilitas di mata masayarakat Maluku karena militer selama ini terlibat dalam aksi kerusuhan. Jadi biar Panglima TNI dan Kapolri berteriak-teriak, masyarakat tetap tidak percaya. Maka pemerintah harus mengubah kebijakannya. Masyarakat Maluku membutuhkan pihak ketiga yang netral. Yang menjadi pendapat saya untuk mengatasi krisis kredibilitas dari aparat sipil-militer Indonesia di Maluku, yang sudah boleh dikatakan sampai pada titik nadir," demikian dikatakan Asmara. Inilah tandanya ketimpangan mata Asmara dalam menimbang suatu masalah, Asmara hanya melihat penderitaan Kristen RMS akhir-akhir ini saja. Sedangkan akar permasalahan semua konflik ini, Asmara sengaja menutup-nutupi.

“Beberapa hari terakhir telah disuarakan di tingkat Internasional baik itu oleh kalangan gereja maupun oleh kalangan swasta dari Indonesia, supaya PBB dan pasukan Internasional segera turun tangan di Maluku, “ kata Asmara sang penjilat kaki-kaki najis asing. Bahkan organisasi gereja Australia yang berpusat di Sydney mendesak Dewan Keamanan PBB segera mengirimkan pasukan perdamaian, dengan alasan pertikaian bernuansa SARA yang sudah berlangsung lebih dua tahun di kedua wilayah itu masih terus berkecamuk dan tidak ada tanda-tanda perbaikan (17/7/2000).


Tidak ada aksi kalau tidak ada reaksi, demikian kata para ilmuwan. Aksi Kristen pemberontak RMS adalah pembersihan Muslimin agar bila dilakukan referendum rakyat Maluku, pasti akan menang mutlak seperti di Timor-Timur. Maka Reaksi Muslimin adalah Jihad fi Sabilillah membela Negara dan Bangsanya agar tetap kokoh menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salah satu bukti yang menunjukkan adanya konspirasi dunia Kristen Internasional lewat aksi RMS, hari Senin 17/7/2000. Pendemo yang mengatasnamakan Mahamuda (Mahasiswa dan Pemuda Siwalima). Siwalima identik dengan istilah nama Al Mulk atau Maluku. Di depan Kantor Kedubes Perancis (salah satu negara pendukung RMS), Jl. MH Thamrin mereka mengancam, jika konflik Maluku tak kunjung selesai, mereka akan membuat pernyataan politik "Maluku Merdeka." Agaknya hati mereka yang sekian lama menyembunyikan kerahasiaan RMS kini mulai dimunculkan oleh mulut-mulut najis Nasrani.

Puluhan massa itu meneriakkan "Indonesia No! Maluku Yes!" Anehnya mereka membawa bendera Israel (negara pengendali Amerika), negara yang selalu disebut-sebut di setiap pertempuran dengan yel-yel semacam “Hidup Australia, Hidup Amerika, Hidup Israel”. Pendemo RMS ini memiliki tuntutan yang sama seperti Komnas HAM, menuntut intervensi asing di Maluku. Pemuda RMS ini mendesak agar pasukan perdamaian PBB Pro Kristen diterjunkan di Maluku.

Perwakilan pemuda RMS/Mahamuda, Janet, usai diterima Atase Pertahanan Kedubes Perancis Colonel Francois B, menyatakan bahwa Kedubes Perancis merasa prihatin dengan persoalan di Maluku. "Kita akan berusaha menekan Pemerintah RI dan mengirimkan tim investigasi ke Maluku," kata Janet meneruskan pernyataan Francois. Menurut pemuda RMS ini , Darurat Sipil bukanlah jawaban untuk menuntaskan konflik kemanusiaan di Maluku. "Justru memperburuk persoalan," kata Janet sembari meminta agar elite di Jakarta tak mengumbar pernyataannya soal Maluku. Demikian jelas bukti yang dapat dikaitkan akan adanya usaha pengkaburan mengenai adanya pemberontakan RMS yang lengkap dengan peralatan tempurnya semisal Media Massa, LSM-LSM, Organisasi HAM, PBB dan dukungan negara-negara donor RMS.

Padahal, kondisi di wilayah Maluku dan Maluku Utara setelah diberlakukan keadaan darurat sipil awal Juli lalu berangsur-angsur membaik. Salah seorang Anggota MPR, Lamakarate, "Kondisi itu tidak bisa dijadikan alasan bagi negara asing, termasuk PBB, untuk mengintervensi kedaulatan Bangsa Indonesia," ujarnya. Allahu Musta'an. (Imk)

19 Juli 2000

 

Sniper Beraksi di Kampung Air Mata Cina


Ambon, MHI
Mobil yang ditumpangi Muslimin Maluku bernama Muhammad menjadi sasaran penembakan sniper. Peristiwa tersebut terjadi ketika kendaraan yang ţditumpanginya melaju di perempatan kampung Air Mata Cina, Ahad (16/7) sekitar pukul 12.45 WIT. Hal ini baru dilaporkan kepada Tim MHI hari Rabu, 19 Juli 2000 pukul 16.00 WIT. Saat itu dia bersama enam Muslimin lainnya meluncur dari arah kampung Ponegoro yang saat itu terjadi pertempuran, menuju kampung Soabaly. Ketika sampai di perempatan, yang merupakan perbatasan Air Mata Cina dan Soabaly, mobil yang ditumpanginya diberondong peluru oleh Sniper RMS Kristen dari sisi sebelah kanan, diperkirakan dari arah kampung Pohon Pule.

Sebanyak 3 butir peluru menembus mobil Carry bernopol DE 317 A yang dikemudikan Wibowo, dan mengenai 2 muslimin Ambon yang duduk di samping Muhammad. Adapun 3 orang yang lain luput dari tembakan tersebut. Dua dari 3 peluru tersebut menembus bagian kanan belakang mobil, tempat Muhammad duduk bersama 2 orang yang lain dan memecahkan kaca jendela. “Satu peluru sempat menyerempet rambut saya”, kata Muhammad yang sempat tiarap waktu itu. “Allah masih melindungi saya”, lanjutnya. Satu peluru lagi menembus bagian kiri dekat pintu mobil namun tidak mengenai seorangpun.

Dilihat dari peluru yang menghujani mobil, dipastikan tembakan berasal dari 2 arah, kanan dan kiri mobil. Saat itu juga korban yang terkena tembakan dilarikan ke RS Al-Fatah untuk mendapatkan perawatan. Kepada tim Liputan, beberapa laskar menyatakan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena penumpang mobil Carry tersebut luput dari sasaran tembakan Sniper Kristen RMS. Sebab bagaimanapun Muslimin dengan Muslimin lainnya seperti satu tubuh. Apabila ada satu organ tubuh yang rusak, maka Muslimin lainnya ikut merasakan kepedihannya. (Imk, Ekj)

Warga Kristen Tolak Razia Senjata


Ambon, MHI
Gerakan Kristen RMS melawan pemerintah semakin hari semakin nyata, dimana mereka dengan terang-terangan menolak dan melawan aparat yang hendak melakukan razia senjata yang dipegang warga sipil di daerah mereka. Perlawanan mereka ini mengindikasikan tidak ada niat mereka untuk mengakhiri pemberontakan terhadap Pemerintah NKRI dan konflik dengan umat Islam. Padahal semenjak diberlakukannya Darurat Sipil, pemerintah setempat dan aparat telah menghimbau agar warga menyerahkan senjatanya. Penolakan ini ditegaskan lagi ketika hari ini, Selasa 18 Juli 2000 dilakukan sweeping senjata api di daerah yang dikuasai Kristen RMS.

Namun himbauan ini tidak digubris oleh mereka, bahkan menjadikannya sebagai suatu alasan untuk memulai lagi konfrontasi dengan aparat keamanan. Hal itu terbukti ketika aparat keamanan gabungan yang bertugas di Ambon melakukan razia senjata di desa Galala, Sabtu (16/7), mereka bukan menyerahkan senjata namun malah balik menyerang --dengan senjata organik-- aparat yang baru memasuki desa tersebut. Kontan saja, aparat gabungan segera balik menembak mereka, dan menurut salah satu aparat dari Yon 141, setelah terjadi baku tembak yang agak lama, Kristen RMS berhasil didesak selanjutnya dikejar.

Dalam upaya pengejaran itu aparat keamanan berhasil menangkap 4 orang berikut barang bukti berupa senjata organik. Adanya barang bukti tersebut cukup membuat kening aparat berkerut, dan memunculkan pertanyaan tentang asal senjata tersebut. Sebab, senjata-senjata branded tersebut bertuliskan Made in USA, Made in Netherland dsb, bahkan ada yang senjata standar TNI/Polri.

Selain itu perlawanan terhadap aparat tersebut selalu dan sering terjadi, tidak hanya terjadi di desa Galala, namun juga di seluruh perkampungan Kristen RMS. Di Talake, aparat keamanan yang melakukan patroli dan razia senjata di jalan-jalan ditembaki dari arah perbukitan. Menurut sejumlah aparat, permusuhan dan penolakan terhadap aparat bukan terjadi saat ini saja, namun sejak awal terjadinya kerusuhan, dimana mereka menolak penempatan aparat keamanan di wilayah mereka.

Berlawanan

Kondisi yang dialami aparat keamanan di daerah Kristen RMS, sangat berlawanan dengan apa yang mereka alami dan terima di pemukiman muslimin ketika hendak melakukan penertiban senjata. Warga muslimin menerima dengan baik dan menaati perintah aparat untuk menyerahkan senjata yang ada di tangan mereka. Bahkan warga beberapa kampung, diantaranya Galunggung, mengkoordinir warga lainnya untuk mengumpulkan senjata dan diserahkan kepada aparat. Dengan adanya kerja sama warga yang baik ini, maka aparat hanya membutuhkan waktu 2 hari untuk menyelesaikan tugasnya dan berhasil mengumpulkan puluhan senjata dalam berbagai bentuk.

Dengan adanya kenyataan tersebut menunjukkan, penilaian bahwa yang terjadi di Ambon merupakan pemberontakan yang berdasarkan agama yang dilatarbelakangi RMS dan mempunyai militansi yang tinggi terhadap Kristen adalah benar adanya. Karena kalau tidak ada unsur agama tidak mungkin orang-orang Kristen menolak aparat. (Imk, Hrd)

  
                    
Medali emas di arena PORDA


Ambon, MHI
Pekan Olah Raga Nasional (PON) yang telah berakhir pada bulan lalu diikuti juga oleh kontingen Maluku, padahal propinsi tersebut belum reda dari konflik. Kontingen Maluku banyak didominasi umat Kristen, yang memang sejak dulu menguasai hampir seluruh aspek kehidupan di propinsi Maluku. Walaupun bermodal atlet-atlet rakitan, mereka tetap nekad masuk ke Surabaya dan mencoba menipu seluruh rakyat Indonesia, seakan-akan di Maluku tidak terjadi konflik.

Akhirnya, seperti yang diperkirakan, tidaklah mereka mendapatkan prestasi yang baik. Mereka mendapatkan medali emas pada cabang olahraga perkelahian saja, dan itu wajar, karena memang di Ambon masih terjadi pertikaian, sehingga bisanya hanya berkelahi. Mereka tidak bisa menyaingi prestasi atlet daerah lain, sehingga mereka membuat “acara” sendiri di Ambon yang dinamakan “PORDA ( Pekan Olah Raga Daerah)” yang pesertanya hanya ada 2 kelompok yaitu Kelompok Islam dan Kelompok Kristen RMS.

Cabang yang diperlombakan hanya sebatas ketangkasan dan olah fisik semata yaitu : berenang, lempar molotov, lari maraton, mendayung, menembak dan gulat. Panitia penyelenggara, orang-orang Kristen RMS, memilih lokasi pertandingan di alam terbuka agar dapat ditonton oleh suporternya masing-masing. Pertandingan pertama dilaksanakan tanggal 26 Juni 2000 di Kampung Jawa dan Tantui dengan cabang yang diperlombakan adalah: menembak, lempar molotov, mendayung, lari dan sebuah cabang olahraga terbaru dan terkini yaitu menyulut obor abadi.

Perlombaan itu dimulai dengan aksi curang yang dilakukan oleh Kristen RMS dengan menembak anak perempuan yang sedang mengambil sayur bernama Yasmin (16) di daerah Galunggung pada pagi harinya. Pertandingan tersebut berlangsung selama 6 hari berturut-turut, siang-malam non-stop. Dari cabang yang diperlombakan, banyak dimenangkan oleh atlet Muslimin, seperti cabang menembak, lempar molotov, adapun yang dimenangkan atlet Kristen RMS adalah cabang lari maraton dan mendayung.

Dalam upaya membalas kekalahan di daerah Tantui, Kristen RMS kembali menyelenggarakan pertandingan di daerah Talake, lalu karena dianggap kurang luas lokasinya, kaum muslimin memindahkan pertandingannya di gedung tertutup, yaitu di Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM). Cabang yang diperlombakan disini adalah lempar molotov dan menyulut obor abadi, Muslimin kembali menuai kemenangan dan Kristen RMS kalah telak dan UKIM hangus terbakar. Atlet Muslimin meraup medali emas pada cabang olahraga lempar molotov dan menyulut obor abadi ini. Sedangkan atlet Kristen RMS cukup puas meraih dua medali emas yakni lari estafet dan lari maraton.

Pertandingan tanggal 11 Juli 2000 lebih seru lagi, karena pertandingan dilanjutkan ke Ahuru dan Karangpanjang. Kali ini Muslimin kembali memenangkan dan sorak-sorai kemenangan terdengar seru di pihak Muslimin, dan mereka melihat pemandangan yang menghibur hati yaitu berkobarnya api obor abadi pada rumah-rumah Kristen RMS sepanjang 7 Km. Dan kali ini kekalahan telak kembali melanda Kristen RMS, karena lokasi para manager dan official kelompok Kristen yaitu Unpatti ( Universitas Patimura), yang selama ini dijadikan kaderisasi Kristen RMS untuk mencetak provokator-provokator yang lihai, terbakar habis.

Adapun para atlet yang berlaga dari Kristen RMS mendominasi cabang olahraga lari maraton, renang gaya batu serta mendayung dari Rumah Tiga menuju Galala. Sehingga dari cabang lari, mendayung dan berenang Kristen RMS meraih medali emas. Satu cabang olahraga lain yang dimenangkan oleh Kristen RMS yaitu panjat tebing, karena dengan hancurnya tempat tinggal mereka, mencari perlindungan baru dengan memanjat tebing-tebing untuk sarana perlindungan menuju Passo. Hingga saat ini Kristen RMS terancam kelaparan karena mahalnya biaya menyelenggarakan “PORDA” tersebut. (Imk, Ekj)

Pengungsi Kristen Serbu Kapal Dobonsolo


Ambon, MHI
Berdasarkan pengamatan dari menara pelabuhan Yos Sudarso, KM Dobonsolo diserbu penumpang untuk mengungsi ke luar Ambon. Ribuan pengungsi Kristen dari Gudang Arang dan Kudamati dengan menaiki kapal-kapal kecil dan speedboat berebut menaiki KM Dobonsolo yang berhenti di tengah laut, karena tidak lagi berani sandar di pelabuhan Halong.

Sementara itu dari arah Passo dan Galala, pengungsi Kristen diangkut dengan kapal milik TNI AL dan beberapa kapal kecil serta speed boat yang bolak-balik mengangkut penumpang Kristen RMS yang ketakutan. Menurut beberapa sumber, ribuan pengungsi tersebut berusaha naik KM Dobonsolo dengan harapan dapat keluar dari Ambon menuju Kupang, Menado, Sorong atau daerah lain yang berpenduduk mayoritas Kristen.

Dengan demikian sejak meletusnya pertempuran terbuka antara Muslim dan Kristen RMS di Tantui hingga sekarang, sudah ribuan arus pengungsi yang memanfaatkan jasa kapal milik PELNI itu. Langkah tersebut ditempuh warga Kristen karena mereka sekarang mengalami kesulitan di berbagai sektor baik ekonomi, perhubungan apalagi sisi mentalnya, sehingga mereka mencari tempat alternatif untuk mendapatkan pelayanan dengan mengungsi ke tempat lain. (Imk, Hrd)

Muslimin Tantang Sniper


Ambon, MHI
Cara sniper Kristen RMS yang sering menembaki warga muslim membuat muslimin Ambon naik pitam sehingga saat muslimin berusaha menempuh berbagai cara untuk menghentikan tindakan pengecut sniper-sniper RMS, yang biasanya bersembunyi di gedung bertingkat atau di pepohonan.

Bahkan muslimin yang selama ini melakukan penjagaan di kawasan Ponegoro menantang para sniper-sniper untuk turun langsung ke medan pertempuran. Hal itu karena selama ini bila terjadi pertempuran, sniper Kristen RMS selalu bersembunyi dan bila pertempuran usai mereka menembaki warga yang sedang bekerja.

Kemarahan Muslimin di Ponegoro semakin memuncak hari Senin (17/7), ketika tembakan sniper menyebabkan meninggalnya Burhanudin (23), yang ketika itu melakukan penjagaan di dekat masjid Al Fatah, Ambon. “Sewaktu melakukan kerja bakti, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan yang tidak diketahui asalnya dan secara bersamaan pula kami melihat Burhanudin roboh bersimbah darah terkena tembakan itu di bagian kepala”, kata salah seorang saksi mata. Hari itu juga korban dimakamkan di pemakaman muslim setempat.

Menanggapi kejadian ini, Muslimin meminta aparat Darurat Sipil menyapu bersih gerombolan bersenjata yan berlabel RMS ini dari Maluku. Kalau memang aparat Darurat Sipil tidak sanggup, maka Musliminlah yang akan melakukan sweeping di kawasan Kampung Kolam dan Mangga Dua yang sudah rata dengan tanah. (Imk, Ekj)

Pertikaian Pecah di Batu Gajah


Ambon, MHI
Demikian seringnya mendapatkan teror dalam bentuk tembakan para sniper kristen, Muslimin yang menempati titik pertahanan di kampung Diponegoro, kelurahan Urimesing pada hari ini, Selasa (18/7) memberikan aksi balasan dengan cara menggempur perkampungan Batu Gajah, yang terletak di sebelah timur kampung Ponegoro.

Serangan sporadis tersebut dilakukan sebagai bukti nyata atas tekad mereka yang diucapkan mulai hari Senin (17/8) kemarin, yakni akan memberantas dan menyisir para sniper yang bersembunyi gedung-gedung tinggi di desa tersebut, sekaligus untuk membumi hanguskan perkampungan Kristen RMS tersebut.

Serangan yang dilancarkan sekitar pukul 15.00 WIT tersebut juga dipicu oleh aksi pihak Kristen RMS yang pada pagi hingga siang harinya melakukan penembakan dan lemparan bom. Sehingga, Muslimin yang sudah tidak tahan terhadap tindakan pihak Kristen RMS itu melakukan aksi balasan besar-besaran terhadap kampung Batu Gajah yang hanya dipisahkan dengan sungai saja dengan kampung Ponegoro.

Adapun serangan tersebut dilancarkan oleh Muslimin dari 2 arah, yakni arah Utara (melalui jl. Pisces) dan arah Timur (melewati Jl Halmahera). Bersamaan itu pula, Muslimin yang berasal dari luar kampung Ponegoro yang jumlahnya mendekati ribuan mulai berdatangan dan langsung membantu Muslimin menghancurkan Kristen yang tergabung dalam gerakan sparatis Republik Maluku Sarani (RMS) itu. Sehingga saat itu kota Ambon diliputi suara tembakan dan dentuman bom rakitan yang dihujamkan ke arah perkampungan Kristen RMS tadi.

Dengan begitu, sedikit demi sedikit Muslimin berhasil mendesak pasukan Kristen RMS yang mati-matian berusaha mempertahankan wilayahnya. Dan Menjelang Maghrib, Muslimin berhasil mendesak pihak Kristen RMS sehingga mereka menyeberang dari Jl. Diponegoro. Sehingga, Muslimin dengan leluasa dapat menghancurkan rumah, toko dan gedung warga kristen yang terletak dipinggiran Jl. Diponegoro. Hingga malam hari rentetan peluru dan dentuman bom masih sahut menyahut di medan pertempuran itu.

Dan saat itu tinggal memiliki pertahanan berupa gedung-gedung diseberang jl. Diponegoro, seperti BRI dan gedung-gedung tinggi lainnya. Sehingga bila pertahanan mereka disini bobol, maka Muslimin akan lebih mudah lagi menghantam kristen lebih kedalam lagi.

Dalam pertempuran kali ini, di pihak Muslimin setempat terdapat 3 orang yang meninggal dibaringkan di RS Al Fatah yakni Ibrahim Managaf (19), terkena tembakan di perut, Abdul Wahab (42), terkena tembakan di bagian pinggang belakang dan Abdul Hamid (25), terkena tembakan di kepala

Sementara itu yang mengalami luka-luka sebanyak 6 orang, yaitu, Muhammad Sidik (30), Asri (32), Usman (27), Iswadi Payapo (21) dan Mahmud (20), Abdul Aziz (24) semuanya Muslimin Maluku. Saat ini semua korban luka tersebut telah dirawat di Rumah Sakit Darurat Al Fatah. Sedangkan di pihak Kristen RMS, tewas 17 orang dan puluhan lagi menderita luka parah. Bahkan ratusan lagi meninggalkan kampungnya untuk mengungsi ke arah Kuda Mati dan Gudang Arang. (Imk, Ekj)

Mobil Tangki Minyak Berjubel Di Galala


Ambon, MHI
Keberhasilan Muslimin menghancurkan kawasan kristen di Poka, Wailela dan Rumah Tiga pada tanggal 4 Juli yang lalu ternyata memaksa pihak kristen untuk menelan pil kepahitan dan penderitaan yang beragam. Salah satunya adalah terputusnya jalur perhubungan mereka antara wilayah Galala dan Passo dengan Gudang Arang. Akhirnya pada hari ini, Rabu 19 Juli 2000 didapati mobil tangki minyak Kristen RMS yang kosong tanpa ada kapal tanker memasok keperluannya.

Akibatnya, pasokan bahan-bahan kebutuhan pokok yang berasal dari Gudang Arang atau berbagai daerah Kristen RMS di wilayah selatan Kota Ambon terhenti. Terutama kebutuhan vital yang hanya dapat diperoleh hanya dari wilayah selatan, seperti halnya minyak. Dimana jenis barang ini hanya terdapat di wilayah Selatan pulau Ambon.

Sehingga, dalam beberapa hari ini sekitar 8 truk tangki minyak berjubel di dermaga desa Galala, untuk mengharapkan lewatnya kapal milik angkatan laut (AL) yang melintas di jalur laut yang tertutup bagi umat kristen itu.

Berdasarkan pantauan Liputan Laskar dari tanjung Mujahidin (dulu Marthafons) pada hari Selasa (18/7), sebanyak 8 truk tangki minyak berjubel di pantai desa Galala. Dan menurut sejumlah Muslimin yang melakukan penjagaan di tanjung kemenangan itu, truk-truk tersebut sudah berhari-hari parkir di dermaga, namun tidak ada kapal yang merapat, apalagi membawa minyak. Menurut informasi dari sumber yang dapat dipercaya, saat ini diperkampungan kristen di wilayah utara, antar lain Galala, Lateri, Lata dan Passo sedang mengalami krisis minyak, baik bensin maupun minyak tanah. Semua itu disebabkan tidak adanya pasokan dari daerah lainnya.

“Itu hanya satu jenis krisis saja, sebab selain terjadi kelangkaan minyak, daerah tersebut juga mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber makanan pokok, sehingga banyak yang mengalami kelaparan dan akhirnya mengungsi ke luar Ambon,dengan menumpang kapal Dobonsolo,” kata sejumlah warga. (Imk)

20 Juli 2000



  
                 Oknum Yon 509 Kena Batunya


Ambon, MHI (20/7).
Niat Muslimin Ambon untuk mengadakan perhitungan terhadap pelaku penganiayaan 11 muslimin kampung Ponegoro, pada hari Jum’at yang lalu benar-benar tercapai. Dimana pada hari Selasa (17/7) malam, 2 diantara 7 oknum Yon 509 Jember pro RMS Kristen, pelaku penganiayaan dibunuh oleh massa. Sedangkan yang lainnya tunggang- langgang melarikan diri dengan membawa luka di sekujur tubuhnya.

Menurut pengamatan MHI, massa yang bergerak tanpa diketahui asalnya tersebut sepertinya telah menyusun rencana matang sebelumnya, yakni melalui kegiatan pengintaian terhadap 7 oknum aparat dari kesatuan 509 Jember, Jawa Timur. Keberadaan 7 oknum ini mudah dipantau, karena mereka melakukan penjagaan rutin di Pos Jaga Talake, Nusaniwe, Kota Ambon. Akhirnya, penyergapan tersebut dilakukan yang mengakibatkan 7 orang yang semuanya beragama Kristen pro RMS tersebut berhasil dikurung. Tanpa diberi kesempatan, ke 7 orang oknum aparat itu dibuat babak belur oleh massa yang berjumlah sekitar 15 orang.

Massa yang berhasil menangkapnya, berhasil menghajar mereka hingga babak belur, namun 5 oknum lainnya berhasil melarikan diri sedangkan 2 orang lainnya berhasil dibunuh dengan cara dipenggal kepalanya beramai-ramai oleh masa. Dan yang berhasil dibunuh saat itu ternyata merupakan oknum yang bertindak paling sadis kepada 11 Muslimin Ponegoro yang disekap, yakni Hendrik yang berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan dan salah seorang lagi yang bernama Papilaya, yang berasal dari Porto, Saparua, Maluku Tengah.

Sementara itu, menurut sumber terpercaya dari aparat keamanan, 5 orang yang melarikan diri tersebut sudah tidak berani kembali lagi ke kesatuannya (Yon 509). Bahkan malah desersi dari kesatuannya karena bergabung pasukan Kristen RMS.

Menurut sejumlah saksi mata yang berkomunikasi langsung dengan massa tersebut, langkah yang ditempuhnya saat ini merupakan suatu bentuk peringatan terhadap aparat 509 yang dipimpin Dan Yon Kristen pro RMS. Aparat Batalyon 509 ini telah banyak merugikan umat Islam karena tindakannya yang selalu memihak kepada orang-orang Kristen Ambon yang telah nyata-nyata menyatakan dirinya melakukan gerakan separatis RMS. Demikian seperti dilaporkan oleh tim MHI via internet pukul 13.00 hari Kamis, 20 Juli 2000 (Zhr)


                        Solusi Untuk Menghentikan Pertikaian

Ambon, MHI (20/7).
Dalam upaya menghentikan peperangan di kota Ambon yang sudah berlangsung selama 1,5 tahun ini maka dibutuhkan 2 jalan yang harus ditempuh oleh semua kelompok. Hal tersebut diungkapkan Ketua sekolah tinggi agama Islam negeri (STAIN) Ambon, Dr. Idris Latuconsina kepada Liputan MHI di kediamannya, Rabu (19/7).

Menurutnya, 2 langkah yang seharusnya ditempuh oleh semua pihak tersebut memang sangat berlawanan antar satu dengan yang lainnya, dimana jalan yang dimaksud adalah jalan perdamaian dan perang puputan (habis-habisan).

Perdamaian yang dimaksud adalah, pihak Kristen RMS harus menyatakan dirinya bersalah dan harus meminta maaf atas kesalahan yang mereka lakukan terhadap umat Islam. Hal ini harus dilakukan karena pihak Kristen RMS-lah yang memulai dan mengobarkan api permusuhan dan peperangan melalui tindakan penyerangan terhadap kaum muslimin yang merayakan hari raya Idul Fitri, 19 Januari 1999 yang lalu. Dimana hal ini dilakukan untuk mendapatkan pengakuan Internasional telah memiliki wilayah untuk RMS-nya.

Apabila jalan damai tersebut tidak ditempuh oleh pihak Kristen RMS, maka hanya peperanganlah untuk menyelesaikan pertikaian. Dalam arti, peperangan tersebut dilakukan hingga pihak Kristen RMS mengaku kalah dan menyatakan menyerah atau keluar dari Ambon.

Dan untuk dapat mencapai jalan yang kedua ini, maka diperlukan pengorbanan waktu, harta dan nyawa yang banyak. Tetapi kalau berhasil diwujudkan, maka generasi mendatang sudah tidak akan terancam lagi adanya pertikaian di bumi Ambon. Sebab, gerakan separatis RMS musnah dan akan menjadi sejarah kembali, sebagaimana pemberontakan RMS Dr. Soumokil pada tahun 1950 yang lalu.

Sementara itu, tokoh umat Islam Maluku, Brigjen (Pur) Rustam Kastor ketika MHI dikonfirmasi tentang solusi mengakhiri konflik di Ambon dengan tegas juga menyatakan perdamaian di bumi Ambon akan tercipta apabila pasukan Kristen RMS sudah hancur.Setelah itu, memberikan permintaan maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi tindakannya di masa mendatang dan diberikan hukuman yang setimpal.

Sebab, sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seluruh kerusuhan, pertikaian dan tindakan pemberontakan dilakukan oleh pihak Kristen RMS melalui gerakan separatis RMS yang saat ini masih eksis. Sehingga apabila ingin menghentikan peperangan dan menciptakan perdamaian, Kristen RMS harus dilenyapkan.

Tentang permintaan maaf pihak Kristen sebagai solusi penyelesaian damai, Rustam Kastor menyatakan hal itu belum mencukupi dan menjamin terjadinya perdamaian di bumi Ambon, dalam jangka waktu dekat maupun panjang. Perdamaian harus diikuti dengan ditangkap dan diprosesnya tokoh-tokoh Kristen RMS dan provokator yang menggerakkan orang Kristen RMS membantai umat Islam, apa artinya damai kalau tokoh-tokohnya tidak di hukum, apalagi pelakunya sudah jelas,” katanya.

Sedangkan Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah, Ustadz Ja’far Umar Thalib, menyatakan untuk mencapai perdamaian yang abadi maka umat Islam harus mengusir pihak Kristen RMS dari bumi Siwalima (Maluku, red). Sebab Kristen RMS inilah yang telah nyata-nyata mengobarkan peperangan agama, dengan cara membantai umat Islam diawal-awal kerusuhan. Hal tersebut juga ditegaskan panglima perang Ambon, Ustadz Ali Fauzy, dimana saat ini Muslimin akan selalu melancarkan serangan terhadap sarang-sarang Kristen RMS di bumi Al Mulk (Maluku).

Alhamdulillah,
Muslimin Ambon selalu menuai kemenangan di setiap medan pertempuran sehingga sudah banyak daerah jajahan Kristen RMS yang berhasil dikuasai oleh Muslimin. Bahkan saat ini pihak Kristen RMS menderita kekurangan di berbagai sektor kehidupan, mulai dari kelangkaan makanan hingga terputusnya sarana perhubungan.

Dengan demikian, maka langkah untuk mencapai perdamaian abadi tinggal menunggu sesaat lagi, dan hal itu terserah pihak Kristen RMS, berperang secara puputan (habis-habisan) atau berdamai dengan persyaratan, yakni meminta maaf dan mencium telapak kaki kaum muslimin serta diadilinya pendeta-pendeta, tokoh-tokoh, pejabat dan aparat Kristen pro RMS yang pertama-tama mengobarkan peperangan dan permusuhan. Jikalau dipilih solusi kedua yakni perang, maka umat Islam akan lebih senang, karena selain mendapatkan kemenangan di dunia juga meraih kebahagiaan di Akhirat dengan syahid di medan pertempuran. (Zhr)

  
             Pohon Pule dan Air Mata Cina ditundukkan

Ambon, MHI (20/7)
Dua markas Kristen RMS yang selama ini menjadi pengganggu utama jalur masuk ke kampung Ponegoro, yakni kampung Pohon Pule dan Air Mata Cina, kelurahan Urimessing, Kec. Nusaniwe, Kodya Ambon. Sehingga saat ini, kedua kampung yang dipakai markas RMS Kristen ini telah bersih. Maka, jalur darat yang menuju ke kampung Ponegoro telah terbuka.

Serangan Muslimin yang berhasil menghancurkan dan meratakan 2 kampung tersebut ketika melancarkan serangan dari hari Selasa (18/7) hingga Rabu (19/7) dini hari. Akhirnya, pasukan RMS Kristen yang selama ini selalu mengganggu warga Ponegoro dalam bentuk teror tembakan saat warga keluar masuk kampung dapat dikalahkan.

Dampak positif lainnya, yakni jalur masuk yang melalui Suabaly saat ini semakin aman. Ummat Islam yang menuju ‘ke dan dari’ Ponegoro juga dapat menggunakan jalur baru yakni, melalui Jalan Baru dan Pohon Pule.

Penjagaan

Sebagai kelanjutan atas kemenangan yang berhasil diraih sehari sebelumnya, maka hari ini Rabu (19/7), Muslimin melakukan penjagaan di daerah yang direbutnya itu, terutama disekitar markas Kodam XVI/Pattimura, yang berada disebelah Timur kampung Ponegoro. Dimana markas yang berisikan gudang persenjataan TNI tersebut saat ini menjadi incaran pihak Kristen RMS.

Sementara itu, di wilayah utara masjid Al Fatah, Muslimin sedikit bernapas lega karena, gedung-gedung tinggi yang selama ini menjadi tempat persembunyian sniper (penembak gelap) telah disisir oleh aparat keamanan. Bahkan, saat ini semua gedung tinggi seperti BRI, BII dan PLN yang terletak di Jl. Diponegoro telah diisi oleh aparat keamanan.

Walaupun begitu, sepanjang hari di wilayah sekitar kampung Ponegoro, sesekali masih terdengar tembakan. Hal itu dilakukan untuk menghadang dan mengusir para sniper Kristen RMS yang masih bersembunyi sekitar Kodam dan bangunan tinggi lainya di kampung Batu Gajah.

Penjagaan oleh Muslimin ini dilakukan setelah salah satu warga kampung Ponegoro, Muhammad Jafar Polpoke (27), tewas terkena tembakan sniper kristen pada siang hari (20/7). Sebelumnya, Ibnu (30), Muslimin setempat menderita luka tembak yang dimuntahkan dari moncong sniper. Dan saat ini korban dirawat di Rumah Sakit Darurat Al Fatah, sementara dari hasil bidikan Muslimin sebanyak 2 sniper Kristen RMS tewas. (Zhr, Alw)

 

21 Juli 2000


  
                             Pertolongan ALLAH atas Muslimin


Ambon, MHI (21/07/2000)
Perang agama yang berlangsung 1,5 tahun di bumi Ambon telah menorehkan suatu hal yang beragam dihati umat Islam, yakni perasaan duka, sedih, nestapa ketika mereka menjadi sasaran amukan Kristen di awal kerusuhan. Selain itu perasaan senang dan haru juga ternikmati ketika para Muslim mampu menghancurkan markas-markas Kristen RMS di berbagai tempat, dimana hingga saat ini tetap menginginkan disintegrasi dari NKRI.

Sementara itu, khusus bagi para Muslim yang turun langsung ke medan peperangan, di bumi Siwalima memberikan suatu pengalaman, cerita dan kesan tersendiri bagi mereka, dimana para Muslimin dapat mengalami dan merasakan secara langsung berbagai keajaiban dan pertolongan dari Allah Ta'ala saat berada di medan pertempuran.

Seperti apa yang dialami Ibnu (30), Muslim dari tim medis relawan Ahlu Sunnah Wal Jama'ah, yang terjebak di arena pertikaian SARA ini. Atas pertolongan dan kemurahan dari Allah Ta'ala melalui do'a yang dipanjatkannya, dirinya selamat dari kekejaman pasukan merah RMS yang bersenjata lengkap. Saat menjalankan tugasnya, mengevakuasi korban Muslimin, tiba-tiba peluru sniper Kristen membuat dirinya jatuh tertembak. Ibnu yang terperangkap di daerah Kristen RMS pada hari Rabu (19/7), sejak pukul 00.15 hingga pukul 10.00 WIT (10 jam), akhirnya pagi harinya bangkit dalam keadaan tak berdaya dan menahan sakit menuju posnya di RS Al Fatah.

Berikut penuturan Ibnu Broto, kepada tim liputan MHI di bangsal 4 rumah sakit AL Fatah Ambon, Kamis (20/7), yang disajikan dalam gaya bertutur :
Saat itu saya bersama rombongan relawan lainnya bertugas di daerah kampung Batu Gajah, kec. Urimessing, Kodya Ambon. Pertempuran yang berlangsung sejak pagi itu berjalan dengan tegang, karena sahutan senjata organik dan dentuman bom berbaur dengan kobaran api dan suara gemuruh dari bangunan yang roboh.

Didorong keinginan untuk mengevakuasi korban Muslimin, maka disela-sela dentingan peluru, saya bersama tim medis lokal, pada sekitar pukul 19.45 WIT melakukan penyisiran ke arah kanan menuju jalan Diponegoro, dimana di daerah tersebutlah sniper Kristen RMS telah banyak membunuh muslimin.

Saya melihat Muslimin di pinggiran kampung Ponegoro berusaha merebut kembali wilayahnya terlibat pertempuran dengan pasukan merah RMS yang mengucapkan yel-yel kebanggaannya (Hidup Amerika, Australia, Philipina, Belanda, Israel). Saat itu, saya juga menyaksikan sebagian kampung Batu Gajah bagian bawah dihiasi warna merah yang berasal dari kobaran api yang menjalar dari lemparan molotov pasukan RMS Kristen.

Rupanya kondisi yang terang tersebut, membuat pasukan RMS Kristen membidik kami. Sehingga kami diberondong rentetan peluru dari penembak Kristen RMS dari seberang jalan yang jaraknya hanya 20 meter saja. Dan dari berondongan tersebut, satu peluru menerjang pundak kanan saya, sehingga saya langsung terjerembab. Sementara itu teman-teman dari tim medis lokal langsung melarikan diri, dan tidak berani menolong saya karena dalam kondisi terhujani peluru.

Sambil menunggu bantuan rekan Muslimin dari belakang, maka saya tetap mempertahankan posisi terlentang saya. Hal tersebut saya lakukan karena saya berada di medan yang terbuka dan dari seberang jalan para penembak Kristen RMS masih mengintai saya. Karena pertolongan tidak juga datang, maka sambil menahan dan menyumbat darah yang keluar terus, akhirnya saya mengambil keputusan untuk pura-pura sudah mati.

Dan disinilah saya rasakan pertolongan dan kemurahan Allah Ta'ala yang mengabulkan semua do'a saya, saat orang Kristen RMS memberondong dan menembaki saya. Dan ucapan mulut najis mereka yang di seberang, saya dapat mendengarkan dengan jelas semua omongan yang diperbincangkan. Anggota pasukan merah RMS ini berusaha meyakinkan rekannya bahwa saya sudah mati dan ingin mendekati saya. Dan atas pertolongan Allah, mereka tidak berani mendekat tetapi hanya berdiri di seberang jalan.

Saat itu malam semakin larut, sehingga saat itu, saya hanya bisa berdo'a ketika mereka melepaskan tembakan dan lemparan bom ke arah saya. Dan Alhamdulillah, semua do'a saya dikabulkan. Bukti terkabulnya do'a yang ucapkan adalah bom-bom yang mereka lemparkan semuanya melampaui saya, walaupun lewatnya persis di atas saya.

Bahkan saat orang Kristen RMS melempar bom tangan, Alhamdulillah bom yang tidak jadi meledak, padahal jatuhnya di dekat saya. Semula bom tersebut menggelinding di atas seng selanjutnya menggelinding ke arah saya. Saat menggelinding itulah saya berdo'a kepada Allah, agar jangan diledakkan bom tersebut. Sekali lagi do'a saya dikabulkan. Allahu Akbar !!!

Dengan macetnya bom yang mengarah kepada saya tersebut, saya merasa bersyukur sekali, karena kalau meledak selain terkena ledakannya, saya juga akan hancur berkeping-keping dan terbakar. Hal itu disebabkan karena sebelumnya saya sudah terkena lemparan bensin yang mengenai badan dan muka saya, bahkan bensin tersebut sempat masuk ke bagian mata.

Ketika hari beranjak menuju malam hari, saya bersyukur posis telentang saya semakin tersembunyi. Namun disaat bulan menyembul tanpa awan merintangi, saya khawatir posisi ‘mati’ saya akan terbongkar. Sehingga saat itu saya berdo'a agar bulan tersebut ditutupi mendung. Dan akhirnya, tak berapa lama setelah saya berdo'a, mendung menutupi sinar bulan yang menuju ke arah saya. Allahu Akbar !!!.

Disaat saya mengamati langit yang kian menghitam, dan mulai nampak bakal rintik-rintik hujan, akhirnya saya berdo'a agar hujan jangan diturunkan. Sebab, air hujan akan menyayat luka tembak di pundak dan Alhamdulillah hujan tidak jadi turun.

Keadaan mencekam tersebut saya alami hingga hari Rabu (19/7) pukul 10.00 pagi. Dan disaat itulah, saya terasa mendapat kekuatan baru ketika mendengar ledakan bom, dimana saat itu tengkuk saya terasa ada yang mengangkat, selanjutnya secara reflek saya mampu lari setelah banyak kehilangan darah. Dan anehnya, walaupun orang-orang Kristen RMS yang mengetahui saya lari, mereka hanya mampu berteriak untuk menembak saya, namun mereka tidak mampu melepaskan tembakan.

Akhirnya saya mampu mencapai sungai, yang membatasi kampung Batu Gajah dengan kampung Diponegoro saya langsung meloncat ke bawah, dan dengan menggunakan sisa tenaga yang masih ada, saya berteriak minta tolong, dan Alhamdulillah ada warga yang melihat saya. Selanjutnya saya dibawa ke rumah sakit Al Fatah ini. (zhr)