untuk informasi

send an email

YAYASAN  ISLAM  RIYADHUL  JANNAH


 

 

Mukadimah

Buletin

Aqidah

Manhaj

Info Maluku

Tanya-Jawab


15 Juni 2000

Kapuspen TNI Marsekal Muda Graito Usodo mengumumkan adanya mutasi TNI berdasarkan SK nomor: skep/608/vi/2000. Diantara isinya, yakni berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Laksamana Widodo AS Nomor Skep/608/VI/2000 adalah sebagai berikut : Max Markus Tamaela Brigjen TNI Pangdam XVI/Pattimura dimutasi menjadi Dan Pusterad. Posisinya diganti oleh I Made Yasa Kolonel Inf Pamen Mabes Tni AD yang berasal dari Bali dan beragama Hindu.

Bersama penggantian kedua pejabat tersebut, pengumuman yang diberikan di Jakarta, Jumat, itu juga memperlihatkan penggantian sejumlah Pangdam lain serta digantinya Dankodiklat Letjen Sumardi. Alhamdulillah, semoga pemberontakan RMS dapat ditumpas oleh Muslimin dan TNI/Polri, sehingga dapat menjadi pelajaran bagi Nasrani RMS pemberontak lainnya. Amin. Diterima dari berbagai sumber via fax. (Imk)

16 Juni 2000

Sebagaimana kegiatan Laskar Jihad Ahlu Sunnah pada beberapa waktu sebelumnya selama sebulan lebih di Ambon. Maka kembali di hari Jumat, tanggal 16 Juni 2000 pukul 21.00-23.00 WIT, di halaman kantor kelurahan Waihong diadakan pengajian untuk berbagai kalangan umur dan tingkat sosial. Kajian akbar ini diikuti ribuan Muslimin dari kelurahan Waihaong dan kelurahan dan kecamatan sekitarnya.Tabligh akbar ini diadakan oleh TPA AL Maarij Waihong diikuti dari berbagai kalangan dari Muslimin. Kajian ini menampilkan pembicara Panglima Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah yakni Ustadz Ja'far Umar Tholib. Adapun tema yang diambil adalah Menyiapkan generasi Quran menyongsong masa depan yang gemilang.

Peserta yang hadir disela-sela sapaan hujan deras ternyata sangat antusias mendengar materi pengajian ini. Memang selama 1.5 lebih, sehingga Muslimin yang sengaja disibukkan dengan rasa ketakutan, ketidak-tentraman dan kehancuran mental, tidak pernah sempat menyirami lubuk hatinya dengan mental keislaman. Wallahu waliyut taufiq. Demikian seperti dilaporkan via answering machine tanggal 17 Juni 2000 pukul 06.00 WIT. (Imk)

19 Juni 2000

Situasi terakhir di kota Ambon dalam dua hari terakhir (17-18 Juni) yang relatif tenang, kembali menegang. Agaknya Nasrani RMS berusaha mengembalikan kewibawaan mereka, setelah Nasrani RMS kehilangan kontrol atas salah satu markasnya di Galala dan Hative Kecil, Ambon.

Nasrani RMS kembali memprovokasi kaum Muslimin pada hari ini, Senin tanggal 19 Juni 2000 pukul 16.00 WIT yakni di kawasan Muslimin jalan Diponegoro. Muslimin terlibat baku tembak dengan RMS Nasrani yang telah memula serangan terlebih dahulu. Menurut tim dari MHI, korban dari pihak muslimin sejumlah 2 orang luka-luka dan dari Kristen puluhan luka-luka. Hal ini memaksa aparat yang netral dari Brimob mencari sebab adanya pembakaran oleh Nasrani RMS ini di wilayah Diponegoro, pusat kota Ambon.

Bahkan di daerah Pos Kota, Ambon, terdengar adanya letupan bom serta desingan peluru dari aparat Kristen. Terlihat konsentrasi massa Muslimin yang berjaga-jaga di seputar Al Fatah, Tugu Trikora, untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat terjadi. Insiden yang tidak ditanggapi secara gegabah oleh Muslimin ini berlangsung hingga 23.00 WIT. Demikian dilaporkan dari Ambon via telpon. (Ekj)

20 Juni 2000

Jajaran Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) yang melaksanakan tugas operasi pemulihan keamanan di wilayah Propinsi Maluku Utara, menemukan adanya putra-putra Muslimin hendak dikristenkan oleh Kristen pemberontak di Tobelo. Penculikan dan penahanan pada anak Muslimin ini mencapai jumlah 22 anak pengungsi asal Halmahera Utara oleh sejumlah warga di Kec. Tobelo, Kab. Maluku Utara.

Komando Brigade Infantri (Brigif-13) Kostrad Kolonel (Inf) Sutrisno di Ternate, Senin, menjelaskan, 22 anak dari 66 anak asal Desa Sukamaju eks Unit Pemukiman Transmigran (UPT) asal Jawa beragama Islam di Pediwang yang dilaporkan disandera oleh warga Tobelo di Pulau Halmahera itu, ternyata masih hidup. Alhamdulillah.

Menurut dia, anak-anak pengungsi korban kerusuhan disandera sejak terjadinya konflik di Tobelo, Galela dan Kao Halmahera Utara, 29 Desember 1999 lalu itu, kini dilaporkan masih diamankan di sana dalam keadaan selamat. Puluhan anak-anak asal Desa Sukamaju di Kec. Tobelo tersebut, kondisi kesehatannya cukup memprihatinkan, setelah berpisah dengan orang tua dan keluarga mereka, enam bulan lalu.

"Saya telah perintahkan kepada aparat keamanan yang bertugas di Tobelo untuk menyelamatkan mereka," tegas Kolonel Sutrisno. Namun aparat TNI khususnya dari batalyon infantri 512 Kodam Brawijaya, katanya, mengalami kesulitan, sebab warga di Tobelo sejak 9 Maret 2000 menolak penempatan TNI. Hal ini sempat disinggung di MHI edisi 29 Maret 2000.

Meskipun demikian, TNI akan tidak tinggal diam dalam pengamanan terhadap ke-22 anak dibawah umur itu. Para Muslimin orang tua korban penyanderaan yang saat ini menjadi pengungsi di Ternate itu, telah mendatangi DPRD II Maluku Utara. Sebanyak 12 orangtua dari anak-anak yang disandera itu dipimpin Kepala Desa Sukamaju Abdul Majid Kariada, yang ke DPRD Maluku Utara bermaksud agar dewan ikut memikirkan keselamatan anak-anak itu.


Sedangkan di Ambon, diadakan Tabligh Akbar kembali. Tepatnya Hari Ahad 18 Juni 2000, di desa Tulehu kec Salahutu Kab Ambon, diadakan tabligh akbar diisi oleh Ustadz Ja'far Umar Tholib, Ustadz Ali Fauzi dan Brigjen (purn) Rustam Kastur, pukul 13.00 WIT. Acara tsb diikuti peserta dari Kec. Tulehu, Kec. Leihitu Kab. Ambon. Masyarakat Muslimin yang haus akan titik-titik air kesejukan Islam, dengan penuh semangat menghadiri kajian ini. Tema yang dibicarakan pada kajian ini yakni mengingatkan pentingnya berjihad untuk membela diri Muslimin. Mengenai isi tabligh akbar ini akan dikirim beritanya pada keesokan hari. Demikian laporan dari Ambon dan Ternate via telpon dari berbagai sumber (Imk).

21 Juni 2000

Tragedi Ambon yang banyak mengalirkan harta, darah dan nyawa kaum muslimin saat ini memasuki babak baru, dimana ummat Islam yang selama ini mengalah dan mengikuti kemauan orang Kristen kali ini sudah tidak dapat berkompromi lagi. Sekarang ini seluruh kaum muslimin yang berada di berbagai desa di pulau Ambon siap mengumandangkan Jihad untuk membela agama dan kewibawaan ummat Islam. Demikian tegas panglima Laskar Jihad, Ustadz Ja'far Umar Tholib dalam Tabligh Akbar hari Ahad tanggal 18 Juni 2000.

Tekad dan kemauan warga muslimin tersebut bukan hanya berasal dari muslimin di kota AMbon saja, tetapi juga disampaikan oleh ummat Islam dari dua kecamatan besar di pulau Ambon yaitu Leihitu dan Salahutu, dimana kedua kecamatan tersebut mempunyai potensi besar dalam pelaksanaan jihad membela NKRI dari rongrongan RMS ini, karena mayoritas penduduknya muslim.

Niat dan kemauan muslim kecamatan Salahutu, yang mendiami 4 desa (Tulehu, Tengah-tengah, Liang dan Tial) dari 6 desa di kecamatan tersebut disampaikan kepada panglima Komando Jihad Maluku, Ustadz Ali Fauzi, Brigjen TNI (Purn) Rustam Kastor, selaku tokoh agama dan Panglima Laskar Jihad Ustadz Ja'far Umar Thalib, saat melakukan tabligh akbar dan koordinasi di desa Tulehu, Ahad (18/06).

Dalam kesempatan itu, di hadapan Camat, Kapolsek, Danramil, serta para Raja (sebutan Kepala Desa) dan sejumlah tokoh masyarakat, mereka menyatakan kesepakatan untuk membentuk organisasi komando jihad, sebagai wadah dalam melaksanakan perjuangan mempertahankan NKRI nanti. "Untuk meengakhiri konflik saat ini, satu-satunya jalan adalah melakukan jihad melawan kaum kafir Kristen", kata beberapa warga kepada tim liputan MHI.

Di kecamatan Leihitu, yang merupakan potensi terbesar umat Islam di pulau Ambon, karena meliputi 13 desa muslim dari keseluruhan 16 desa, juga menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan Jihad secara bersama-sama membantu kaum muslimin di kota Ambon, dibawah komando panglima Ustadz Ali Fauzi.

Bahkan kesepakatan tersebut disampaikan sendiri oleh 13 raja yang ada, yaitu Hitu, Hila, Morela, Mamala, Wakasihu, Larike, Asilulu, Ureng, Negeri Lima, Seid, Kalauli, Waiheru dan Wakasihu saat dilakukan rapat bersama di rumah raja Hitu Abdul Gani Pelu, Senin (19/06) yang juga dihadiri ketiga tokoh diatas.

Pilihan untuk melakukan jihad terhadap kaum Kristen tersebut dipilih oleh semua raja karena pihak Kristen sudah tidak dapat dipercaya lagi, walaupun umat Islam yang banyak mengalami penderitaan dan sudah berbaik hati, serta beberapa kali menyetujui perdamaian, namun perdamaian yang selama ini dibuat selalu dikhianati orang Kristen dan digunakan untuk mengatur strategi bagi perang berikutnya.

"Tidak ada kata damai terhadap orang-orang Kristen RMS, dan saya tidak percaya sama sekali kepada Nashoro yang selalu menjadikan teriakan damai sebagai taktik saja. Buktinya pada tanggal 3 November 1999 pukul 16.00 WIT dilakukan penanda-tanganan rekonsiliasi (perdamaian) tetapi pada pukul 18.00 WIT mereka menyerang kaum muslimin", kata raja Morela.

Menurut para raja yang hadir dalam rapat itu, kejadian tersebut bukan hanya terjadi satu atau dua kali saja namun sudah beberapa kali sehingga untuk saat ini tidak kata damai lagi bagi mereka, karena korban dari kaum muslimin sudah banyak.

Sedangkan Ustadz Ali Fauzi menegaskan, perdamaian akan terwujud apabila pelaku dan otak dari kerusuhan selama ini ditangkap, bila mereka belum ditangkap tidak ada perdamaian bagi mereka. Saat ini seluruh ummat Islam siap berperang guna membalas perlakuan orang Kristen terhadap umat Islam selama ini.

Supaya Jihad yang dilakukan menghasilkan kemenangan yang maksimal, maka perlu dibentuk suatu wadah yang dapat dijadikan alat untuk koordinasi dengan seluruh seperti daerah lainnya, yaitu Komando Jihad. Hal ini perlu ditempuh guna mempertahankan keamanan kaum muslimin sendiri sehingga peristiwa pembantaian terhadap kaum muslimin tidak akan terulang lagi. Selain itu dengan adanya komando jihad ini maka, umat Islam mampu menghadapi rencana gerakan separatis RMS, yang ingin mendirikan negara Kristen di dalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia ini.

Berdasarkan penilaiannya, bila kota Ambon berhasil direbut oleh RMS semua maka semua daerah yang ada di Maluku sudah tidak ada artinya lagi, karena pusat kegiatan sudah dikuasai. "Apalagi kalau mereka bisa memisahkan diri dari Indonesia, maka itu merupakan bencana yang besar bagi umat Islam Maluku", kaa ustadz Ali Fauzi.

Sedangkan Brigjen TNI (Purn) Rustam Kastor menyatakan, selama ini umat Islam di Ambon hanya melakukan pertahanan saja kalau diserang dan saat ini sudah tiba saatnya bagi muslimin untuk melakukan pertahanan aktif dengan menyerang lebih dahulu sebelum diserang. Jadi sebelum kaum Nashoro membayar hutang nyawa dan harta kaum muslimin, maka tidak ada damai bagi mereka.

Sementara itu Panglima Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah Ustadz Ja'far Umar Thalib menyatakan bahwa ajakan perdamaian yang dilontarkan oleh penguasa di Ambon saat ini hanyalah sebagai upaya untuk menghapus kejahatan dan kebusukan kaum Kristen yang sudah membantai ribuan kaum muslimin.

Di saat ummat Islam saat ini mulai bangkit dan mempunyai kekuatan, mereka ramai-ramai teriak untuk damai tanpa mau mengakui dan bertanggung jawab atas perlakuan mereka terhadap kaum muslimin. "Dengan perdamaian itu, mereka mempunyai tujuan agar kesalahan dan kegagalan mereka dilupakan oleh kaum muslimin, dan akhirnya dapat menyusun kekuatan lagi, selanjutnya kalau sudah mempunyai persiapan yang matang mereka kembali membantai kaum muslimin", tegas Panglima Laskar Jihad. Demikian berita ini dilaporkan oleh TIM MHI dari Ambon via Fax pada hari Selasa, tanggal 20 Juni 2000. (Ekj, Imk).