untuk informasi

send an email

YAYASAN  ISLAM  RIYADHUL  JANNAH


 

 

Mukadimah

Buletin

Aqidah

Manhaj

Info Maluku

Tanya-Jawab


22 Juli 2000

 
  
         RMS Kristen Harus Bertanggungjawab


Ambon, MHI (22/07/2000)
Terjadinya kerusuhan dan pertikaian di kota Ambon khususnya dan Maluku pada umumnya yang berlangsung secara berlarut-larut ini harus dipertanggung-jawabkan oleh umat Kristen. Pasalnya, merekalah yang mulai mengobarkan kerusuhan dengan latar belakang agama, walaupun semula pertikaian ini diawali adanya preman-preman Ambon Kristen yang mengacau di Ambon.

Hal tersebut disampaikan oleh ketua Front Pembela Umat Islam (FPUI) Ambon, Husein Toisuta, SH saat menyampaikan khutbah Jum’at di Masjid Raya Al Fatah Ambon, Jum’at (21/7). Menurutnya, semua tragedi dan bencana yang menimpa umat Islam saat ini semua ditimbulkan oleh ulah-ulah jahil yang dilakukan oleh misionaris Kristen dan RMS selama beberapa puluh tahun. Lalu, akhirnya semua ulah itu diwujudkan dengan gerakan yang nyata, yakni membantai umat Islam, diawal kerusuhan tahun yang lalu.

Menghadapi kenyataan ini, maka dirinya mengajak kepada seluruh umat Islam untuk menyatukan langkah dan barisan di atas jalan ALLAH serta kekuatan guna melakukan perlawanan dan balasan terhadap pihak kristen, dengan mengobarkan semangat jihad fi Sabilillah.

Kesatuan tekat ini harus didukung oleh semua elemen umat Islam, dengan cara bekerja sama untuk bahu-membahu mengadakan perhitungan dengan pihak Kristen RMS yang telah nyata-nyata menyatakan permusuhan dengan payung gerakan separatis Republik Maluku Sarani (RMS).

Dalam khutbah tersebut, Husein juga mengharap agar aparat, khususnya aparat baik yang muslim maupun non muslim, agar dapat bekerja sama dengan umat Islam untuk menghadang dan memberantas gerakan separatis RMS, karena tindakan makar atas NKRI telah terbukti dengan adanya demo-demo RMS di Jakarta-Amsterdam-Brussel, kecaman negara-negara Kristen dan sikap dari para petinggi DPR/MPR/TNI/Polri menyusul jatuhnya markas Kristen Duma di Halmahera, Malut.

Terhadap khutbah yang disampaikan Husein tersebut, sejumlah jama’ah kepada Liputan MHI menyatakan dukungan atas kutbah beliau. Bahkan mereka menyatakan, untuk menghentikan umat Kristen hanya melalui perang habis-habisan (puputan), dengan begitu antek-antek RMS Kristen akan habis terbunuh.

“Bagi umat Islam, RMS ibarat penyakit kanker yang siap menggerogoti NKRI terutama merugikan organ NKRI utama yakni umat Islam. Sehingga apabila dibiarkan akan membahayakan NKRI termasuk umat Islam, untuk itu harus diberantas dengan operasi khusus agar musnah sampai akar-akarnya. Insya ALLAH langkah ini akan berhasil dicapai Muslimin demi mengusir kaum separatis RMS dari bumi NKRI” ujar Ahmad, salah satu jama’ah Jum’at.

Menurut sejumlah jama’ah, sejak terjadinya kerusuhan para khotib yang mengisi khotbah di Masjid Raya, selalu mengobarkan semangat umat Muslimin untuk melakukan jihad membela NKRI dan organ NKRI yakni Muslimin, melawan umat Kristen yang terang-terangan menyatakan permusuhan dengan umat Islam lewat gerakan RMSnya.

Materi khotbah Jum’at yang berisi tentang seruan untuk berjihad memberantas kristen RMS, ternyata bukan hanya berlangsung di Masjid Raya, tetapi juga diseluruh masjid di kota Ambon. Dan semua mendapatkan respons yang positip dari berbagai kalangan, baik pejabat, aparat maupun rakyat sipil, karena yang disampaikan masih aktual dan benar-benar terjadi, yakni berlangsungnya gerakan separatis Republik Maluku Sarani.

Dengan demikian, pemerintah seharusnya sadar akan bahaya NKRI ini, apalagi kini mulai ada kecaman dari pihak asing Kristen supaya masalah Maluku dapat diselesaikan. Tentunya, yang dimaksud pihak asing adalah meminta Pasukan Putih yang dibantu da’i-da’i Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah segera diberangus agar Kristenisasi paksa di Maluku dapat terwujud. (Zhr)


  
         Keterlibatan Asing semakin transparan


Ambon, MHI (22/07/2000)
Secara bertahap, semula protes keras dari mahasiswa Kristen lewat demo-demo, kecaman dari RMS di Belanda dan Brussel, kali ini disusul dengan tindakan-tindakan nyata menyusul jatuhnya Duma, gudang persenjataan dan pusat informasi Internasional Kristen RMS di Maluku Utara.

Kini, LSM-LSM lokal/internasional yang membahas agar pihak yang menghalangi DISINTEGRASI Maluku dari NKRI segera disingkirkan. Bahkan organisasi-organisasi Gereja Kristen nasional dan internasional melakukan penekanan kepada Pemerintah/DPR /MPR melalui berbagai media massa.

Tidak kalah lantangnya, kini organisasi PBB, boneka Amerika dan Israel, lewat mulut najis Sekjennya, Kofi Annan menyerukan kepada Presiden Dur via telpon agar secepatnya mengambil langkah mengakhiri pertumpahan darah Kristen RMS di Maluku. Termasuk seorang pengkhianat NKRI, antek Aussie yang telah berhasil menggolkan keinginannya sehingga Timor Leste terpisah dari RI, Dr George J. Adjicondro.

Dalam Sydney Morning Herald (15 Juli), si antek Aussie ini mengalihkan perhatian Muslimin dengan menyatakan bahwa Laskar Jihad Ahlus Sunnah Wal Jama'ah merupakan pokok permasalahan yang harus diselesaikan segera. Pengecut yang selalu menghina tokoh-tokoh orba dari kejauhan (Australia) menuduh keterlibatan adanya keterlibatan petinggi/bekas pejabat NKRI atas kerusuhan di Maluku. Jawabannya mudah sekali, bahkan berupa pertanyaan dimana anak seumur SD asal bisa membaca koran-pun dapat menyimpulkan. Yakni, kapankah peristiwa pertikaian Islam-Kristen RMS terjadi pertama kali dan berapakah korban dari Muslimin sejak di awal pertikaian sebelum Muslimin bangkit jihad fi Sabilillah ?.

Demikianlah pemutarbalikan media dan massa Kristen Internasional lewat ratusan bahkan ribuan media massa, site-site Internet maupun publikasi lewat seminar-seminar, diskusi di seantero dunia. Ini semakin menjadi bukti bahwa keberadaan Muslimin yang kuat dan tangguh yang mendiami di negara manapun, tetap akan mendapatkan ancaman dari perusuh ekstrim yang memiliki program Kristenisasi semacam RMS ini.

Hanya karena pejabat-pejabat NKRI tersebut beragama Islam, seperti Pangdam Brawijaya Mayjen Sudi Silalahi, Kapolda Jatim Da'i Bachtiar, Jendral Jaya Suparman, Jendral Wiranto, perwira intelijen dari Kodam XVI/Pattimura, Kolonel TNI Budiatmo dan Kolonel Nono, Fuad Bawazier (Menkeu) termasuk Soeharto sendiri dituduhkan terlibat dalam kerusuhan Maluku. Termasuk dituduh pengusaha-pengusaha Muslim yang bermasalah seperti Jayanti Group, Barito Pacific, Sinar Mas, dan Artha Graha Group serta pengusaha yang dekat dengan keluarga Soeharto. Bahkan dituduh oleh Presiden Dur, yakni keterlibatan orang-orang kaya ‘tanpa inisial nama’ ikut melestarikan kerusuhan Maluku.

Tidakkah Muslimin sadar, bahwa dirinya termasuk sasaran tembak dari para laskar Kristen dimanapun dia berada. Belumkah kalian menyadari bahwa darah Muslimin yang terbuang demi meraih kemerdekaan NKRI dari tangan najis Kristen Belanda sebelum tahun 1945 dan di masa Agresi Militer I & II. Dimana posisi ummat Kristen selalu menjadi pengkhianat, mata-mata, informan, bahkan dimuliakan oleh Belanda dan pendeta-pendeta misionarisnya yang menjajah negeri-negari Islam di seantero Nusantara, seperti kerajaan Islam Banten, Mataram, Maluku, Kalimantan, Makasar.

Amat disayangkan, ketika Muslimin yang merasa telah senasib-sepenanggungan di masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, membantu Muslimin yang dibantai oleh orang-orang asing dengan payung RMS, seperti Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah. Muslimin yang sangat memerlukan uluran tangan dari tim medis Laskar Jihad dan membutuhkan siraman rohani Dai-Dai Laskar Jihad, disamping memerlukan teman pendamping mempertahankan masjid-masjid di desa-desa mereka dan menegakkan kewibawaan NKRI dan Muslimin atas perusuh RMS.

Semestinya, Pemerintah serta Penguasa Darurat Sipil mampu menangkap sinyalemen dari bahayanya RMS dan menyadari bahwa Muslimin berada di ujung tanduk, menyabung nyawa demi tegaknya NKRI. Hal yang benar-benar mengherankan, justru aparat pengaman NKRI seperti Komando Armada Kawasan Timur (Koarmatim) Pangarmatim Laksda TNI Adi Haryono mendukung Penguasa Darurat Sipil Maluku Saleh Latuconsina untuk memulangkan Laskar Jihad. "Memang ada permintaan bantuan kapal perang TNI AL, tapi langsung ke Panglima TNI Laksamana Widodo AS. Sesuai keinginan KSAL Laksamana Achmad Sutjipto, TNI AL akan mendukung setiap upaya perdamaian di sana," kata Kadispen Koarmatim Letkol Laut (E) Ditya Soedarsono di Surabaya, Jumat (21/7).

Penguasa Darurat Sipil Daerah Maluku, Saleh Latuconsina meminta bantuan lewat surat kepada Panglima TNI agar mengerahkan kapal perang jenis Landing Ship Tank (LST) untuk memulangkan Laskar Jihad yang kehadirannya disinyalir memperuncing kerusuhan bernuansa SARA, sejak 19 Januari 1999 lalu itu. Sumber dari Posko Darurat Sipil di Kantor Gubernur Maluku, di Ambon, Kamis, mengatakan, surat permintaan bantuan telah disampaikan Latuconsina beberapa hari lalu. "Pemulangan laskar jihad ini pun merupakan keputusan Latuconsina yang juga Gubernur Maluku dalam merealisasi penertiban penduduk di Maluku sehubungan situasi keamanan di daerah ini, terutama Kodya Ambon yang semakin runyam," kata sumber tersebut. Agaknya, jaringan intelejen di Indonesia sangat rapuh, sehingga pemerintah menutup mata dengan berbagai kejadian yang sempat terbukti dengan berkibarnya bendera Israel dan RMS di lokasi konflik Maluku.

Bahkan, Penguasa Darurat Sipil Maluku, Saleh Latuconsina menyatakan di Ambon, Jumat (21/7) siang menyebutkan, pihaknya sudah mengeluarkan instruksi untuk segera memulangkan Laskar Jihad Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Instruksi ini, menurut Saleh, sudah dikeluarkan sejak Rabu (19/7) lalu. Menurut Latuconsina, pemulangan Laskar Jihad tersebut sudah menjadi agenda penting dalam rangka memulihkan ketenangan masyarakat dari konflik berdarah di Maluku yang sudah berlangsung selama 17 bulan ini. Dia menganggap, perintah pemulangan tersebut akan sangat membantu warga Muslim dan Kristen di Maluku untuk berhenti bertikai. Dalam pandangan Penguasa Darurat Sipil Maluku, selama Laskar Jihad masih berada di Maluku, warga di kedua belah pihak akan sulit untuk berekonsiliasi. Selain itu, rekonsiliasi bisa efektif jika warga Maluku mau berhenti bertikai dan tak bisa diprovokasi oleh pihak-pihak luar. Tidakkah pemerintah tahu, bahwa pihak-pihak luar semodel RMS inilah yang harus segera dipulangkan ke Belanda, negeri provokator Maluku.

Bahkan akan dilakukan penambahan bala bantuan sebanyak 682 pasukan TNI-AD akan dikirim ke Maluku Senin pekan depan dari Surabaya. Pasukan tersebut akan menambah 21 batalion atau sekitar 12.000 personil militer yang telah disebar di Maluku. Mudah-mudahan, pemerintah mendapatkan petunjuk dan hidayah dari ALLAH Ta’ala agar segera membasi pemberontak RMS, mengadili para pejabat yang terlibat RMS dan tidak berlaku barbar dan merugikan unsur pengaman NKRI yang terdiri dari Muslimin dan Laskar Jihad di Maluku.

Tidak luput dari perhatian Muslimin, yakni sudah adanya beberapa tokoh Gereja Maluku yang menginginkan diadakan Kongres Rakyat Maluku yang bisa jadi ujung-ujungnya referendum berpisahnya Maluku dari NKRI, Naudzubillah. Sebab, dengan resmi berdirinya RMS, maka Kristen RMS akan mudah melakukan Moslem Cleansing di wilayahnya.

Demi memperkuat pasukan RMS Kristen di Maluku dan Maluku Utara, kini tim Kristenisasi Internasional lewat berbagai kaki-tangannya berupaya membangun milisi handal untuk membasmi Muslimin dimanapun, termasuk di Maluku. “Tidak akan ada perdamaian jika kaum Muslim terus menyerang wilayah ini dan membunuh kaum Kristen,” kata Sakius Odara, pemimpin milisi Laskar Yesus kepada BBC. “Satu-satunya solusi adalah mengenyahkan kaum Muslim karena kita tak dapat hidup bersama-sama lagi,” tambahnya. Inilah pernyataan tegas yang akan dilayani Muslimin NKRI dengan gagah berani. Bedasarkan uraian panjang-lebar ini tentunya dapat disimpulkan pentingnya pemulangan RMS ke Belanda dan pemberangusan gerakan Internasional Kristen Ekstrim yang sejenis, sebagaimana dikembangkan ke daerah Poso, Sulteng serta Papua Barat, bukannya malah mengusir Laskar Jihad secara emosional. Wallahu waliyut taufiq. (Imk)

 

23 Juli 2000


                        Sniper Kembali Beraksi Di Ponegoro


Ambon, MHI (23/07/2000)
Sniper Kristen RMS yang selama ini selalu bersembunyi dibalik reruntuhan gedung bertingkat, kembali menunjukkan sikap pengecutnya, yakni menembaki pejalan kaki yang keluar masuk dari kampung Ponegoro, menuju arah Makodam XVI Pattimura.

Bahkan tidak tanggung-tanggung, yang menjadi sasaran mereka adalah pasukan TNI dari Kodam sendiri. Seperti yang terjadi pada sore hari Sabtu (22/7) yang lalu, dimana perwira dijajaran Kodam, yakni Letkol. (TNI) Hari Syuhada, ditembak sniper saat dirinya pulang dari kantornya. Sehingga perwira yang rumahnya di kampung Ponegoro Atas tersebut, mengalami luka tembak dibagian pantatnya, dan saat itu juga korban dilarikan ke rumah sakit tentara (RST), Ambon.

Tak cuma itu saja, pada hari berikutnya, Ahad (23/7), salah satu warga kampung tersebut yang bernama Hasan (25), juga mengalami nasib serupa, bahkan kali ini lukanya cukup parah, karena mengenai kepala bagian samping hingga tembus di mulutnya. Saat ini korban dirawat di RS Al Fatah, Ambon.

Menurut sejumlah aparat yang berhasil tim Liputan MHI temui, masih adanya sniper yang berkeliaran dan melepaskan tembakan saat ini karena, banyak aparat Kristen pro RMS yang saat ini disersi, lari dari pasukannya. Jadi pelaku penembakan gelap tersebut adalah aparat yang disersi.

Bahkan menurut salah seorang perwira di jajaran Polda Maluku yang enggan disebut namanya, dari 400 anggota dijajaran tersebut, saat ini 350 orang yang beragama Kristen sudah lari meninggalkan pasukannya, dan yang tinggal hanya 50 orang saja. Dan larinya itu bukan untuk menyelamatkan diri, namun dalam rangka bergabung dengan umat Kristen RMS untuk menghancurkan umat Islam.

Dan lebih keji lagi, ketika banyak anggota TNI/Polri Kristen RMS yang disersi dari kesatuan, tokoh-tokoh Kristen melalui media masa mengatakan kalau saat ini yang menyerang mereka adalah aparat. Padahal yang benar adalah sebaliknya, yakni pihak Kristen RMS berlindung dibalik ketiak aparat semacam Yon 509 Jember, Satuan Marinir, Paskhas AU, Brimob Polri dalam upaya menghantam umat Islam. Taktik yang dipakai sebagai alasan untuk menembaki Muslimin yakni Muslimlah yang mendahuui menyerang Kristen RMS ini.

Sebagai bukti, ketika terjadi penyerangan di Mardika tahun lalu, umat Islam yang akan menghalau para perusuh Kristen RMS yang berusaha menyerang mereka, justru ditembaki aparat. Sementara itu pihak Kristen RMS yang sebagai penyerang justru dibantu. Dan itu terjadi sampai saat ini, hanya saja aparat Kristen RMS saat ini membantu perusuh dengan melepaskan tembakan dari gedung-gedung tinggi, yang jumlahnya banyak sekali. Hal itu terungkap saat terjadinya pertempuran di berbagai tempat.

Saat aparat militer dari kesatuan lain mengadakan tembakan balasan terhadap aksi sniper tersebut, orang Kristen RMS kembali berteriak kalau dirinya diserang aparat. Padahal yang memulai adalah aparat-aparat mereka, sementara itu umat Islam yang memang sejak awal tidak mendapatkan backup dari aparat merasa dipermainkan, sedangkan aparat yang benar-benar melaksanakan tugas oleh orang Kristen RMS difitnah. Berarti umat Kristen pura-pura buta dan tidak merasa, kalau yang berada dibalik mereka saat menyerang umat Islam adalah aparat Kristen RMS yang nyata-nyata membela mereka. (Zhr)

24 Juli 2000

                            TPG Harus Ditindak

Ambon, MHI (24/07/2000)
Sebagai langkah awal dalam menyelesaikan berbagai konflik di Maluku dan sekitarnya, maka aparat harus menangkap dan menindak tegas Tim Pengacara Gereja (TPG) Maluku, yang sudah terbukti melakukan kesalahan dan menjadi provokator selama terjadi pertikaian. Hal tersebut diungkapkan anggota front pembela Islam (FPI) Maluku, Abdul Wahab kepada Liputan MHI di kediamannya, Senin (24/7).

Menurutnya, hal itu perlu segera dilaksanakan mengingat sepak terjang TPG yang diketahui pendeta Sammy Waileruni, yang dengan sengaja memutar balikan fakta, sehingga akibatnya kerusuhan di Ambon tidak cepat berakhir, bahkan semakin meluas, kompleks dan sadis.

Sebagaimana diketahui masyarakat Muslimin Maluku, dalam untuk menyudutkan umat Islam, TPG memalsu surat dan tanda-tangan dalam membentuk tim advokasi Kristen. Dimana, tim advokasi konflik tersebut dibuat dan ditandatangani oleh anggota TPG sebelum terjadinya kerusuhan 19 Januari 1999.

Hal itu ditempuh umat Kristen dengan tujuan, untuk menyatakan kepada dunia luar bahwa sebelum tanggal tersebut (19 Januari, red), ummat Islam telah mempersiapkan kekuatan untuk menghancurkan Kristen RMS. Dan lebih gila lagi, untuk memperkuat kalau yang disampaikan tersebut benar, TPG mencantumkan nama dan tanda tangan Najib At Tamimi, wakil dari kalangan umat Islam sebagai anggota tim advokasi tersebut.

Ternyata setelah diadakan pengecekan, ternyata semuanya merupakan kebohongan semata saja. Walaupun semuanya terbukti, Kapolda yang saat itu dijabat, Brigjen (Pol) Bugis Saman maupun Kapolres, Letkol (Pol) Ghufron tidak mau menindaklanjutinya, namun hanya dianggap angin lalu saja.

Selain kejahatan diatas, TPG juga memanipulasi data, dimana dalam edaran yang disebarkan ke berbagai pelosok tanah air, pemerintah maupun luar negeri, TPG menyatakan jumlah gereja yang terbakar pada bulan Januari 1999 saja telah mencapai 600 buah, padahal yang terbakar hanya 9 saja, dan di lain sisi, Kristen RMS juga menyatakan bahwa yang memulai semua adalah Muslimin.

Hal inilah yang mendorong negara-negara Kristen Internasional lewat DK PBB mendesak untuk melakukan intervensi ke Maluku. Menurut Dubes RI untuk PBB, Dr Makarim Wibisono, menegaskan meski ada tekanan dari sejumlah kalangan, namun pihak RI akan tetap memperjuangkan agar masalah Maluku tidak masuk dalam agenda Dewan Keamanan PBB. "Kita jelaskan kepada semua pihak di PBB bahwa pemerintah Indonesia tengah mengatasi situasi keamanan di Maluku, sehingga tidak memerlukan turut campurnya pasukan asing," katanya di New York, AS, Minggu (23/7) malam.

Makarim mengakui sejumlah pihak, di antaranya kalangan LSM, perorangan, dan satu-dua negara, berusaha untuk mengangkat masalah Maluku menjadi masalah internasional dengan tujuan mendatangkan pasukan internasional ke Maluku. "Hal-hal dan tekanan seperti itu lumrah saja, dari dulu juga begitu. Ada berbagai pihak dengan berbagai kepentingan berusaha mengangkat masalah Maluku di forum internasional. Tapi, kita jelaskan bahwa campur tangan asing tidak perlu karena kita berusaha mengatasi masalahnya secara nasional," kata Makarim. Demikianlah bukti-bukti adanya keterkaitan terhambatnya proyek Kristenisasi di Maluku dengan berbagai LSM/Organisasi Kristen Internasional.

Satu bukti lagi, adanya demo yang dihadiri ratusan perempuan Maluku menggelar aksi demonstrasi damai di ibukota Belanda Amsterdam untuk memprotes kekerasan di Maluku. Para demonstran perempuan itu melakukan mars dari Museumplein ke Centraal Station. Mereka mendukung intervensi internasional di Maluku yang dilanda kekerasan antara warga Kristen dan Islam selama satu setengah tahun. Menurut kaum demonstran perempuan, Belanda dan dunia internasional melalaikan Maluku. Kentara sekali sikap berbagai organisasi/LSM yang kebakaran jenggot setelah rencana jangka panjang Kristenisasi Indonesia terhenti sampai di Maluku saja.

Saat ini umat Islam Ambon melalui FPI, meminta kepada aparat yang berkuasa saat ini untuk segera menindak lanjuti, dan hasilnya dalam 2 bulan ini, penyidikan dan pemeriksaan terhadap Sammy Waileruni cs, sudah pada tahap akhir, bahkan status mereka saat ini sudah resmi menjadi tersangka. Selanjutnya, apabila tidak memenuhi panggilan dari aparat maka anggota TPG tersebut akan dijadikan sebagai target operasi (TO) penangkapan di jajaran Polda Maluku. (Imk, Zhr)


  

25 Juli 2000

         
                                    Hentikan Pertikaian dengan
                                    Melihat Akar Permasalahan


Ambon, MHI (25/07/2000)
Kerusuhan yang terjadi di kota Ambon yang telah berlangsung selama 1,5 tahun ini bukan merupakan suatu kerusuhan yang sifatnya kebetulan saja, seperti daerah-daerah lainnya, namun diatur sedemikian rupa oleh sutradara lokal (RMS) dan negara/LSM/organisasi Kristen Internasional.

Sehingga untuk dapat menyelesaikannya maka diperlukan suatu pola penyelesaian yang tepat apabila semua pihak menginginkan pertikaian di Ambon selesai, dan hal itu terwujud apabila pola yang digunakan adalah memberantas dan menyelesaikan akar permasalahan terlebih dahulu.

"Semua pola yang ditempuh oleh pemerintah dalam menyelesaikan masalah Ambon selama ini adalah menggunakan pola Cukur Jenggot, sehingga hasil yang didapat sifatnya hanya sementara saja, yakni terciptanya perdamaian yang hanya sesaat saja," kata sekretaris Lembaga Kepedulian Muslim Maluku (LKMM), Aziz Fitmatan, S.Sos.

Kepada Liputan MHI di Masjid An Nur, Batumerah, Selasa (24/7) Aziz menyatakan, perdamaian yang sifatnya sementara tersebut terjadi karena, permasalahan yang sudah dapat diselesaikan ternyata timbul kembali.

Hal ini terjadi karena, dalam setiap penanganan masalah, aparat maupun pemerintah tidak menyentuh akar permasalahannya. Yakni tidak diungkapkan sebab dan musyabab permasalahan itu timbul. Padahal dari akar permasalahan itulah lahir perasaan dendam, permusuhan dan keinginan untuk mengalahkan satu dengan yang lainnya.

Kalau memang ingin pertikaian di Ambon ini selesai, lanjut Aziz, maka pemerintah harus mengungkap secara tegas dan jelas sebab terjadinya kerusuhan dan pertikaian di Ambon, yakni mengusut dan menindak tegas otak dan pelaku kerusuhan pertama, 19 Januari 1999. Sebab menurutnya, pertikaian di Ambon sudah jelas siapa yang memulai dan siapa yang menjadi provokatornya, yakni tokoh-tokoh kristen dan umat kristen Ambon. "Tetapi hingga kini mereka tidak pernah ditindak, apalagi ditangkap untuk diproses," katanya.

Jikalau pihak Kristen lewat wadah RMS tersebut tidak ditindak, maka usaha pemerintah untuk menyelesaikan pertikaian di Ambon tidak akan tercapai. Hal itu dikarenakan, duka dan derita yang diderita umat muslim dalam tragedi Idul Fitri berdarah itu tidak dapat terobati dan hilangkan, sebelum para tokoh Kristen RMS yang menjadi penggerak dan otak kerusuhan di tangkap dan diadili. "Sebelum mereka ditangkap, saya yakin kasus Ambon tidak akan menuju ke arah yang lebih baik," tegasnya. (Zhr)


26 Juli 2000


   
                 FPIM Ancam Kerahkan 10 Ribu Mujahidin


Ambon, MHI (26/07/2000)
Sekjen FPIM mengultimatum jika dalam batas 1 minggu ini Polres PP Ambon dan Lease tidak berani menangkap 11 anggota Tim Pengacara Gereja (TPG), maka Front Pembela Islam Maluku (FPIM) akan mengerahkan 10 ribu mujahidinnya untuk menangkap 11 orang tersebut, karena mereka selaku otak kerusuhan sekaligus provokator itu.

Ancaman tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) FPIM, Husni Putuhena, SH kepada Liputan MHI di ruang kerjanya, Selasa (25/7), berkaitan dengan belum berhasilnya aparat menangkap 11 provokator tersebut.

Menurut Husni, dengan ditangkapnya 11 anggota dari TPG dimaksud, maka penanganan permasalahan yang terjadi di Ambon ini akan cepat selesai, karena merekalah yang terbukti menjadi otak dari semua tragedi yang terjadi. Diharapkan engan ditangkapnya mereka, membuktikan kalau di Ambon ini supremasi hukum telah dijalankan.

"Omong kosong apabila Darurat Sipil (DS) yang saat ini diberlakukan dapat menyelesaikan permasalahan dan pertikaian, kalau supremasi hukum tidak ditegakkan. Dan bukti penegakan itu benar-benar ada kalau anggota TPG yang menjadi provokator ditangkap dan diadili," katanya.

Ia menilai, dari sepak terjang TPG itulah, pertikaian di Ambon menjadi berlarut-larut dan semakin memanas, itu disebabkan karena mereka memalsukan dokumen dan menyebarkan berita bohong tentang peristiwa di Ambon kepada umat Kristen RMS di dalam maupun luar negeri

Sebagaimana diketahui, TPG telah memompa dan memprovokasi umat Kristen lewat GPM dan organisasi gereja lainnya, untuk bergabung dengan RMS serta menyerang kaum Muslimin dengan menggunakan berbagai isu, sehingga terjadilah pembantaian umat Islam di awal kerusuhan, yang terkenal dengan Idhul Fithri berdarah.

Menurutnya, sebelum para tokoh TPG tersebut ditangkap, maka umat Islam tidak akan pernah dan bisa melakukan perundingan dalam bentuk apapun. Dan walaupun mereka ditangkap, umat Kristen RMS juga harus mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada seluruh umat Islam, selanjutnya mereka harus diadili. "Kalau semuanya belum dipenuhi, maka tidak akan tercapai perdamaian di kota Ambon", tegasnya.


Sedangkan permasalahan yang timbul saat ini adalah merupakan reaksi saja terhadap tindakan orang kristen. Sehingga kejadian yang berlangsung saat ini tidak dapat dijadikan sebagai patokan dan penyelesaian masalah, sebab hanya merupakan reaksi saja. "Kalau ingin melihat permasalahan maka lihatlah kejadian sebelum tanggal 19 Januari 1999, bukan sesudahnya, atau bahkan saat ini, karena sekali lagi semua yang terjadi dan dilakukan umat Islam saat ini hanya merupakan reaksi atas aksi yang dilakukan umat Kristen," katanya. “Insya ALLAH puluhan ribu mujahidin Maluku siap mengakhiri makar RMS Kristen ini,” tegasnya. (Zhr).

27 Juli 2000

                                        RMS Menyelundupkan Amunisi

Ambon, MHI (27/07/2000)
Aparat Darurat Sipil Maluku yang bertugas di perairan teluk Ambon, kembali berhasil menggagalkan usaha penyelundupan senjata yang dilakukan orang-orang Kristen RMS yang menumpang kapal milik Pelni, KM Dobonsolo, Rabu (26/7). Petugas yang mendapati ketidakwajaran sikap nahkoda kapal, setelah menggeledah kapal, berhasil menyita 15 pucuk senjata organik dan 200 granat tangan.

Keberhasilan aparat keamanan tersebut, diawali atas kecurigaan petugas terhadap KM Dobonsolo yang tidak mau mendarat di pelabuhan angkatan laut (AL) Halong, dalam 1 bulan terakhir ini. Gelagat tidak beres yang ditunjukkan sikap Nahkoda kapal tersebut, akhirnya ditindaklanjuti oleh aparat dengan melakukan penggeledahan atas penumpang dan muatan kapal Dobonsolo ini.

Setelah diadakan razia (operasi) terhadap arus penumpang dan barang yang turun, aparat menemukan 15 pucuk sejata organik, 200 granat dan ribuan peluru yang dibawa oleh orang-orang Kristen RMS. Maka terbukti bahwa makar RMS Kristen benar-benar ada dan bukan omong kosong belaka. Tentunya peluru yang dibawa oleh Kristen RMS ini secara tidak langsung membuktikan bahwa Kristen RMS memiliki persenjataan otomatis yang dipakai membantai Muslimin selama ini.

Menurut pegawai administrasi pelabuhan (Adpel) Yos Sudarso, praktek penyelundupan senjata melalui KM Dobonsolo tersebut terjadi karena nahkoda kapal memberikan peluang kepada penumpang untuk memasok senjata untuk orang Kristen RMS. Dimana kapal ‘RMS Kristen’ itu tidak mau merapat di pelabuhan, namun hanya berhenti di tengah lautan dekat Hative Besar.

Sedangkan menurut sejumlah aparat keamanan, keberhasilan aparat mengungkap praktek penyelundupan senjata dari KM Dobonsolo kali ini bukan merupakan yang pertama kali, namun telah berulang kali, namun jumlahnya tidak sebanyak kali ini.

Keberhasilan aparat yang mengungkap praktek busuk pihak Kristen RMS kali ini, akhirnya menjawab kecurigaan yang tertanam dihati umat Islam, yakni saat memasuki Ambon, Dobonsolo membawa senjata untuk disalurkan ke pihak Kristen RMS.

“Dalam beberapa bulan ini kapal tersebut tidak mau mendarat ke pelabuhan Halong, yang sebelumnya mereka jadikan pelabuhan, namun hanya berhenti di tengah lautan, berarti ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Dan buktinya adalah seperti saat ini, kapal tersebut membawa senjata,” kata sejumlah warga Muslimin.

Melihat kenyataan tersebut, maka warga Ambon meminta kepada Pelni untuk memberikan teguran dan tindakan kepada nahkoda kapal Dobonsolo, sebab bagaimanapun kapal milik pemerintah itu telah membantu gerakan separatis Republik Maluku Sarani (RMS) dalam menghancurkan pemerintahan Indonesia. Berarti kapal tesebut memberikan kerugian ganda bagi pemerintah. (Zhr)


  
                                     Lagi, Penyusup Kristen RMS Tewas

Ambon, MHI (27/07/2000)
Seorang penyusup Kristen RMS tewas setelah tertangkap muslimin, saat berusaha masuk dengan cara menyusup di kampung Muslim Ahuru, desa Karang Panjang, kec. Sirimau, kodya Ambon, Selasa (25/7) malam.

Menurut sejumlah muslimin yang berjaga-jaga di pos waspada RMS Ahuru, pihaknya mampu menjebak dan menangkap penyusup tersebut setelah mengadakan pengintaian dalam waktu yang lama.

Penyusup RMS tersebut mulai terdeteksi sejak memasuki kampung Rinjani, dan setelah dipantau terus ternyata orang yang dicurigai tersebut memasuki kampung Ahuru. Tanpa mendapatkan perlawanan yang berarti, penyusup tersebut berhasil dilumpuhkan dan ditangkap oleh muslimin.

Setelah diadakan pemeriksaan ternyata orang yang tertangkap tersebut warga Kristen RMS Karang Panjang, yang selama terjadinya pertikaian banyak membunuh umat Islam. Tanpa tunggu lama, massa langsung menghajar penyusup tersebut hingga tewas.

“Saat kerusuhan orang tersebut banyak membunuh dan memperkosa waga muslim Ahuru, saat terjadinya penyerangan terhadap umat Islam tahun yang lalu, sehingga dia pantas untuk dibunuh,” kata sejumlah warga. (Zhr)

28 Juli 2000

Muslimin Ambon Tolak Pemulangan Laskar Jihad

Ambon, MHI (28/07/2000)
Adanya komentar dari segelintir tokoh-tokoh Kristen pendukung RMS maupun pemerintahan daerah (Pemda) Maluku akhir-akhir ini, yang meminta Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah dipulangkan ternyata membuat mayoritas warga Ambon merasa geram. Pasalnya kehadiran Laskar Jihad telah memberikan banyak kontribusi baik moril maupun materiil bagi kehidupan muslimin di Maluku.

Pernyataan menolak terhadap usul dan pernyataan beberapa orang itu, bahkan sebagai langkah konkritnya, warga Ambon akan memaksa pihak-pihak yang usil tersebut. Diharapkan segelintir kecil tokoh tersebut agar mau membuka mata terhadap apa yang dilakukan Laskar Jihad di Ambon selama ini, sehingga tidak asal bicara saja.

Agaknya, kecenderungan pemerintah pusat maupun daerah menuruti keinginan pihak perusuh Kristen tersebut. Maka umat Islam Ambon telah siap menggalang seluruh kekuatan massa untuk menentang pihak-pihak yang akan berusaha memulangkan Laskar Jihad.

Menurut penilaian Imam Masjid Raya Al Fatah, Kodya Ambon, Muhammad Bantam, kehadiran Laskar Jihad di daerahnya memberikan manfaat yang sangat besar terhadap warga Ambon, khususnya dalam mengembalikan mental umat yang saat ini sedang terpuruk akibat pertikaian yang semakin meluas.

Manfaat tersebut dirasakan umat Ambon melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan Laskar Jihad selama di bumi Ambon, antara lain memperbaiki moril umat melalui da’wah agama di masjid-masjid seluruh kota Ambon. “Jadi tidak ada alasan untuk memulangkan mereka,” kata Muhammad Bantam, dalam dialog umat yang digelar gedung Ashari, komplek masjid Al Fatah, Rabu (26/07/2000)

Sementara itu kepada Liputan MHI, ketua Front Pembela Umat Islam (FPUI), Husein Toisuta, SH, beliau menjelaskan bahwa seluruh organisasi Islam, kepemudaan maupun warga secara umum menyatakan dukungan atas kehadiran Laskar Jihad di bumi Ambon. Salah satu bukti konkritnya yakni semua organisasi yang ada di Ambon secara lapang dada mendukung kedatangan dan keberadaan Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah yang tinggal di Ambon sejak 29 April 2000 lalu.

Ketua Lembaga Kepedulian Muslim Maluku (LKMM), Husni Putuhena, menyatakan, kehadiran Laskar Jihad di Ambon menjadi pembangkit semangat umat Islam yang menjadi korban pertikaian yang saat ini telah putus asa dalam menghadapi kenyataan yang ada. Diantaranya sudah berkurang tingkat stress dan putus asa dikalangan para pengungsi Ambon, serta mulai meningkatnya perilaku ibadah muslim dan muslimah Ambon. Bahkan, para pemuda yang suka meminum arak serta suka berjudi telah terkikis sedikit demi sedikit dari kalangan muslimin Ambon.

Salah satu tokoh ulama Maluku, Nasir Rawerin juga menandaskan, kehadiran Laskar Jihad di daerah ini merupakan pelaksanaan ibadah, yang didasarkan hanya semata-mata karena Allah Ta’ala saja. Sehingga kalau ada pihak yang menginginkan mereka pulang berarti telah mengganggu dan memutuskan ibadah, dimana kebebasan beribadah merupakan pelanggaran HAM yang paling asasi bagi warga negara Indonesia. “Karena didasarkan hanya karena Allah Ta’ala, maka tanpa dipulangkan pun akan pulang sendiri kalau semuanya telah tercapai,” katanya. Sangat disayangkan, ternyata negara yang telah menjunjung tinggi HAM sebelum badan HAM Internasional didirikan ini melukai perasaan warganya dengan melarang salah satu bentuk ibadah, yakni dakwah dan perbaikan mental ummat.

Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) cabang Maluku, Abdullah Ely, kepada tim MHI diruang kerjanya, Kamis (27/7) juga memberikan penilaian yang serupa, dimana organisasi kepemudaan yang dipimpinnya tersebut merasa bersyukur sekaligus atas kedatangan Laskar Jihad di kota Ambon.

Berdasarkan pengamatan Abdullah Ely, kedatangan Laskar Jihad adalah membawa misi kemanusian, dimana dalam misi kemanusiannya tersebut, Laskar Jihad melaksanakan kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat grass root. Diantaranya di bidang pendidikan baik umum maupun agama, kesehatan dan bakti sosial, dan hal ini tidak pernah dipikirkan pemecahannya oleh Gubernur Saleh Latuconsina. Bahkan yang paling menonjol adalah diperhatikannya masalah kebersihan oleh Laskar Jihad, dengan mengadakan pembersihan sampah yang menggunung di pusat kota Ambon. Pengusiran atau pemulangan Laskar Jihad sengaja dilakukan untuk mengkambing-hitamkan Laskar Jihad di Ambon.

Sedangkan beberapa warga setempat menyatakan, karena semua yang dilakukan Laskar memberikan manfaat kepada mereka, maka mereka tidak menginginkan kalau ada orang-orang yang berusaha memulangkan Laskar Jihad, kendati mendapatkan dukungan pemerintah Pusat/Daerah. Lalu, apakah dengan pemulangan Laskar Jihad ini, lalu kemudian masyarakat muslimin Maluku akan merasa aman dari ancaman pemberontak RMS, meningkat kesejahteraannya serta meningkat kewibawaannya kembali. Jawabannya sangat mungkin terjadi kembali pembersihan etnis muslim yang lebih parah di muka bumi ini. Naudzu billahi min dzalik.

Maka semestinya pemerintah di negara Demokrasi ini lebih mendengarkan suara dari arus bawah ketimbang ucapan sekelompok pihak dari luar/dalam negeri, serta berpikir seribu kali untuk memulangkan, apalagi mengusirnya. Selain keberadaan Laskar Jihad yang saat ini sudah menyatu dengan warga Ambon, warga setempat telah menganggap Laskar sebagai anggota keluarganya sendiri.

Bahkan, Ketua Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid (BKPRM) Ambon, Abdul Wahab menyatakan, pihaknya menginginkan agar Laskar Jihad tetap tinggal di Ambon selamanya. Bahkan kalau Laskar Jihad bersedia, maka pihaknya akan mengumpulkan orang-orang yang mau mengambil anggota Laskar menjadi anggota keluarganya. “Saat ini sudah banyak kepala keluarga yang menyatakan kesediannya menerima anggota Laskar Jihad menjadi bagian keluarganya,” tegasnya.

Manuver Licik Kristen RMS

Melihat kenyataan yang ada dilapangan tersebut, sejumlah tokoh Islam menilai bahwa orang-orang yang menginginkan kepulangan Laskar Jihad hanya merupakan manuver licik dunia Kristen Internasional lewat kaki tangannya di seluruh tempat termasuk di kalangan pejabat sendiri. Keterkaitan antara beberapa peristiwa di Maluku dan penekanan dunia kristen internasional baru dihembuskan disaat misinya mulai tertahan dan terancam kandas sama sekali.

Padahal menurut Husni Putuhena, kondisi Ambon saat kedatangan Laskar Jihad berada dalam posisi yang sangat kritis. Sejak kedatangan Laskar Jihad, keadaan warga sedikit demi sedikit menuju perbaikan dalam berbagai hal. “Jadi kalau menganggap Laskar Jihad sebagai pemicu permasalahan, itu hanya berusaha mencari kambing hitam saja,” katanya.

Sementara perusuh Internasional yang hadir bertopeng sebagai pastur dan pendeta di Maluku tidak pernah disentuh keberadaannya. Padahal akar permasalahannya sudah jelas konflik SARA yang diprovokasi Kristen dengan wadah RMS. Ini merupakan tindakan pihak Kristen yang berusaha untuk menghilangkan jejak atas tindakannya yang memulai kerusuhan yang terjadi selama ini. Pihak perusuh Kristen berharap agar terhindar dari pokok permasalahan yang ada, yakni pengusutan sebab-musabab terjadinya kerusuhan yang dilakukan pihak Kristen belakangan ini di Maluku.

Bilamana manuver-manuver kristen yang bertopeng GPM/PGI/RMS tersebut benar-benar dilaksanakan oleh pemerintah, maka kesejahteraan dan pengharapan besar ummat Muslimin Maluku, dimana jumlahnya menempati porsi terbesar sebelum terjadi kerusuhan akan sirna begitu saja. (Zhr)

29 Juli 2000

Pelayaran KM Dobonsolo Dihentikan

Ambon, MHI (29/07/2000).
Kapal Motor (KM) Dobonsolo yang pada hari Rabu (26/7) yang lalu, tertangkap basah membawa persenjataan milik orang Kristen RMS yang berusaha diselundupkan keluar dari kota Ambon, akhirnya dihentikan pelayarannya. Bermula kapal Dobonsolo ini hendak berlabuh di Sorong sarat dengan penumpang Kristen RMS bersama amunisi persenjataannya, ternyata ditolak oleh warga dan pemerintah daerah setempat.

Bahkan berdasarkan informasi terakhir yang berhasil Liputan MHI himpun melalui petugas administrasi pelabuhan (Adpel) pelabuhan Yos Sudarso, KM Dobonsolo yang selama ini menjadi sarana angkutan Kristen RMS Ambon akhirnya resmi diberhentikan pelayarannya oleh PT. Pelni Pusat, khususnya yang masuk ke perairan teluk Ambon.

Menurut keterangan petugas pada hari Jum’at (28/7), didapat penjelasan bahwa dihentikannya pelayaran Dobonsolo tersebut dikarenakan Pelni mengalami kerugian yang besar sekali selama singgah di Ambon. Dimana selama ini penumpang dari Ambon (Kristen RMS) tidak pernah mau membayar tiket kapal, sehingga kapal selalu bangkrut.

Hal yang paling mengejutkan lagi, dari kapal tersebut petugas berhasil menemukan dan mengamankan 17 pucuk senjata organik, 200 bom besar dan kecil, ratusan granat tangan, beberapa kantong bubuk mesiu dan ribuan peluru dari berbagai jenis, yang dibawa pasukan merah RMS untuk dipakai untuk merusuh di Ambon. Akhirnya, saat ini telah banyak pihak yang merasa risih atas tingkah polah pasukan merah RMS yang memang sedang melancarkan makar di Maluku.

Bahkan berdasarkan penilaian petugas, jumlah tersebut hanya sebagian saja, sebab berdasarkan bukti yang tertinggal di dalam kapal. Sementara selebihnya telah berhasil diselundupkan masuk ke Ambon, untuk selanjutnya disimpan di daerah Gudang Arang, Kudamati dan Passo.

Menurut beberapa aparat Darurat Sipil, penyelundupan yang dilakukan oleh pihak Kristen RMS tersebut dimaksudkan untuk memperkuat persenjataan mereka guna membuat manuver-manuver dan kekacauan, dengan harapan mendapatkan perhatian Internasional. Sementara itu, media massa Kristen RMS membuat image bahwa yang mengadakan kerusuhan dari perusuh jihad, demikian sebutan atas muslimin yang membela diri di Maluku. Padahal, sebenarnya selama ini setiap ada kerusuhan dan pertikaian pemicunya selalu dari pihak Kristen RMS.

Sebagaimana diketahui, KM Dobonsolo yang selama kerusuhan di Ambon menjadi alat angkut khusus warga Kristen, dalam satu bulan terakhir ini mendapat perhatian dari kalangan umat Islam. Pasalnya, kapal yang biasanya bersandar di pelabuhan angkatan laut (AL) Halong, kota Ambon tersebut, pada satu bulan terakhir ini menunjukkan gelagat yang tidak beres.

Berangkat dari kecurigaan tersebut, akhirnya pada hari Rabu (26/7) yang lalu, aparat melakukan razia senjata ke kapal tersebut, dan akhirnya kecurigaan tersebut terbukti kebenarannya, karena setelah diadakan pemeriksaan, aparat menemukan persenjataan yang lengkap seperti tersebut diatas.

Selama ini, nahkoda kapal PT Pelni ini dipaksa untuk tidak merapat ke pelabuhan, saat kapal masuk perairan teluk Ambon, namun hanya berhenti di tengah laut saja. Dengan demikian, secara mudah pasukan merah RMS menurunkan muatan amunisi dan persenjataannya dengan beberapa speedboat dan kapal nelayan tanpa dideteksi oleh detektor logam pelabuhan.

Bahkan ketika ditangkap basahpun, Radio Nederland sebagai corong RMS berupaya membikin kesan bahwa senjata selundupan tersebut milik Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah. Padahal, Laskar Jihad yang melaksanakan misi sosial tidak akan pergi dari Maluku selama RMS masih bercokol dan mengancam muslimin disana. Dan telah diketahui bersama, kapal yang biasa mengangkut muslimin hanya kapal Rinjani, Bukit Siguntang, Lambelu, sedangkan Dobonsolo khusus dipakai perusuh RMS.

Ditolak Warga Sorong
Sementara itu, dari kabupaten Sorong, Irian Jaya dikabarkan, setelah mengetahui KM Dobonsolo akan merapat ke pelabuhan Sorong. Maka secara serempak warga kota minyak itu langsung mengadakan pemblokiran dan penolakan terhadap kapal tersebut.

Hal ini disebabkan karena, selain warga Sorong sudah mengetahui bahwa sebelumnya kapal tersebut mengangkut pasukan RMS Kristen lengkap dengan persenjataannya. Sehingga warga kristen Sorong takut disangkutpautkan dengan kasus pemberontakan RMS di Maluku, sebab dampaknya wilayah Papua akan turut dijadikan sasaran pejuang NKRI dari Laskar Jihad. Menurut warga Sorong, diakui bahwa diantara penumpang KM Dobonsolo ini, terdapat pastur dari keuskupan, suster, frater dan pendeta yang ditengarai sebagai panutan dan pimpinan pasukan merah yang sedang berupaya eksodus ke luar Ambon ini.

RMS-Papua Pecah
Pelabuhan Sorong sejak semula dijadikan tujuan eksodus alternatif, setelah tenggelamnya kapal Cahaya Bahari yang kandas di perairan Menado. Sebenarnya, antara pasukan merah RMS dengan satgas Papua telah memiliki ikatan koordinasi terselubung. Dimana misi besar kristenisasi di segitiga emas wilayah Indonesia Timur (Sulawesi-Maluku-Papua) dengan menguasai wilayah tersebut dan pembersihan atas etnis Muslim di lokasi itu.

Diantaranya dengan pembentukan Presidium Papua, pengibaran bendera Bintang Kejora, Kongres Rakyat Papua dan beberapa tindakan makar atas NKRI lainnya. Namun, hubungan ini porak-poranda setelah pasukan RMS mengalami kekalahan di beberapa lokasi di Maluku dan Maluku Utara. Sehingga seluruh satgas Papua menyeleksi penumpang Dobonsolo, bila benar-benar orang Papua, dan termasuk anggota keuskupan, pendeta, frater, suster Kristen, maka satgas Papua menerimanya.

Menurut Agust Alua, penumpang kapal tersebut tidak hanya berusaha eksodus ke Sorong, namun sebanyak 1930 orang telah mendarat di Biak, Manokwari dan Jayapura. Sedangkan jumlah penumpang yang memaksa turun di Sorong sendiri, berjumlah 1814 personel dari pasukan merah RMS.

Demikianlah ALLAH jadikan perpecahan atas musuh-musuh Islam, sehingga kini warga Papua sendiri tidak menginginkan kalau Sorong yang selama ini aman menjadi lokasi persembunyian para provokator Kristen RMS. Mudah-mudahan warga Papua khususnya Sorong dapat mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian di Ambon, sehingga warga Kristen Papua tidak mengalami kondisi yang tidak menguntungkan seperti rekan-rekannya. (Imk, Zhr)

30 Juli 2000

Pihak Kristen Kaburkan Permasalahan


Ambon, MHI (30/07/2000)
Kristen RMS yang telah mengalami kekalahan di pelbagai sektor hingga babak belur, sejak kerusuhan terjadi telah nyata-nyata menyatakan dirinya gerakan Republik Maluku Sarani (RMS), kini mulai mengalihkan perhatian. Pihak Kristen dengan mengatakan kerusuhan yang terjadi di kota Ambon merupakan kerusuhan antar suku (BBM-Ambon), dan antar ras.

Usaha pengalihan perhatian tersebut mereka lakukan dengan harapan agar dapat terhindar dari tuduhan, tuntutan dan tindakan dari pemerintah. Dan hasilnya, ‘untuk sementara’ tipu daya mereka mampu memperdaya pemerintah pusat.

Namun, upaya pengkaburan yang disampaikan melalui berbagai media massa nasional maupun internasional tersebut tidak mampu memperdaya umat Islam Ambon, sebab muslimin telah mengetahui dan merasakan secara langsung tindakan keji RMS Kristen sejak awal kerusuhan.

Bahkan saat melancarkan serangan terhadap umat Islam, selain menghina Nabi Muhammad dan agama Islam (merusak mushaf Al Quran, masjid) dan Kristen RMS secara terang-terangan meneriakkan yel-yel semacam hidup RMS/Belanda/Israel/Australia/Amerika sembari mengibarkan benderanya.

Seorang pejabat di desa Batu Merah, kecamatan Sirimau, Kodya Ambon, Latief Habullah, kepada Liputan MHI hari Sabtu (29/7 menyatakan bahwa usaha pengalihan perhatian tersebut dilakukan pihak Kristen RMS, karena saat ini posisi RMS terdesak dimana-mana. Lalu, untuk menjaga nama baik umat Kristen oleh pemerintah, RMS melakukan tipu daya tersebut. Dan hasilnya, hingga saat ini pemerintah ‘belum’ berani mengatakan bahwa otak kerusuhan di Ambon adalah RMS. Kenyataan ini merupakan hasil pengkaburan lewat berbagai media massa lokal, nasional dan internasional, dengan sedikit polesan HAM dan PBB.

Padahal, tambah Latief Habullah, bukti terhadap semua keterlibatan RMS sudah banyak sekali, ditambah bukti seperti membuat coretan cat pilox di tembok, antara lain berbunyi, Hidup RMS, Hidup Kristen, Hidup Yahudi, Hidup Tuhan Yesus, Usir Islam, Ambon Israel Kecil dan berbagai coretan penghinaan terhadap Islam lainnya.

Sedangkan ketua lembaga masyarakat desa (LMD) Batu Merah, H. Ahmad, dalam kesempatan tersebut mengatakan, dengan adanya keberhasilan pengalihan pihak kristen tersebut. Saat ini umat Islam yang seharusnya mendapat sokongan dan bantuan dari pemerintah karena mempertahankan NKRI dengan melawan RMS, tapi justru menjadi sasaran pemerintah dan TNI/Polri dengan memberangus gerakan jihad di Maluku.

Hingga saat ini, aparat pemerintah belum melakukan tindakan terhadap para provokator kerusuhan di Ambon, yang pernah melakukan penyerangan terhadap umat muslim, pada tanggal 19 Januari 1999 (Idul Fitri 1419 H).

Menurut tokoh masyarakat Batu Merah, Husein M, tragedi dan pertikaian di Ambon akan cepat selesai apabila sebab dan faktor utama (pemberontakan RMS) diatasi secara resmi oleh pemerintah dan TNI/Polri. (Imk, Zhr)

31 Juli 2000

Pasukan RMS Terkatung-katung

Ambon, MHI (31/07/2000)

Posisi kristen RMS yang telah demikian terdesak, baik di Maluku maupun Maluku Utara, mendorong ribuan pasukan RMS hengkang dari bumi Siwalima. Namun, aparat yang telah mencium adanya ketidakberesan atas tingkah nakhoda kapal Dobonsolo yang meninggalkan Ambon dengan penumpang kurang lebih 4000 anggota RMS beserta keluarganya. Gubernur Irja, Musiran Darmosuwito, SIP mengakui, bahwa eksodan ini berusaha mengungsi ke beberapa pelabuhan kab. Sorong, Fakfak, Manokwari, Biak dan Jayapura. Namun hingga hari ini, Senin 31 Juli 2000, kapal Dobonsolo terpaksa diinapkan di teluk Jayapura, lautan Pasifik.

KM Dobonsolo yang kini membuang jangkar sekitar satu mil dari dermaga Jayapura mengangkut 4.215 penumpang tujuan Jayapura, sebagiandiantaranya yaitu 968 penumpang adalah para pengungsi asal Ambon yang terdiri dari orang tua jompo, wanita dan anak-anak. Tim gabungan TNI AL dan Brimob menurunkan empat anjing pelacak senjata/amunisi karena ditengarai penumpang non Irja turut serta membawa senjatanya ke tujuan pengungsian. Hasilnya ribuan peluru aktif, bom aktif dan ratusan senjata otomatis dirampas dari tangan pasukan RMS yang diisukan oleh Radio Netherland sebagai laskar jihad.

Tingkah pasukan RMS selain enggan membayar tiket kapal, juga merusuh di kapal dengan memecahi kaca-kaca kapal Dobonsolo. Bahkan, amunisi yang dibawa selain buatan pabrik, juga membawa bahan peledak rakitan, serta molotov. Menurut pengamatan petugas pelabuhan, sikap pasukan RMS beringas dan mudah marah, serta angkuh kepada setiap orang yang dijumpainya. Kenyataan ini membuat gusar masyarakat Papua termasuk satgas Papua yang menginginkan Papua Merdeka lewat Kongres Papua beberapa waktu lalu. PGI yang mengimbau agar pasukan RMS ini diterima tentunya tidak ditelan mentah-mentah oleh OPM sendiri, sebab hal ini akan mengacaukan rencana besarnya yakni Papua Merdeka yang ditengarai sama seperti RMS yakni disponsori asing dan pendeta juga.

Menurut Wakil Gubernur (Wagub) III Irian Jaya, Abraham Oktavianus Ataruri mengatakan, alasan utama penolakan 968 pengungsi yang ada diatas KM Dobonsolo itu karena penumpang disusupi pasukan jihad yakni laskar Yesus RMS dan Pemda Irja tidak mampu menampung, memberi makan bagi mereka serta tidak merasa aman dengan kehadiran pasukan RMS yang beringas dan tidak memiliki etika ini. Keputusan ini diambil oleh ketua dewan DPRD Irja Nataniel Kaiway SH, Muspida, DPRD Tk I, Presidium Papua, serta memperhatikan adanya demonya 100 orang satgas Papua di Jayapura, Sabtu pagi (29/7), sambil membawa panah, tombak, parang dan kampak ke gedung DPRD tingkat I propinsi Irian Jaya.

Berkat kesigapan satuan Polairud didukung dengan TNI AD, Brimob dan TNI AL, penumpang yang kedapatan membawa amunisi dan senjata otomatis dimana sebagian besar tidak memiliki identitas diri segera diperiksa intensif. Setelah mengalami proses cukup panjang, akhirnya diputuskan oleh pemda dan DPRD setempat agar masalah kapal 'RMS' ini dapat diselesaikan oleh Pemerintah Pusat. Namun sementara belum ada kepastian dari pemerintah, akhirnya kapal Dobonsolo dilarang merapat ke dermaga dan melabuhkan jangkar beberapa mil dari pelabuhan Jayapura.

Ribuan amunisi dan ratusan senjata organik dapat dirampas menurut Komandan Lantamal V Jayapura, Laksamana Pertama TNI Franky Kayhatu. Diantaranya 7.435 butir peluru, granat, lima magasen M 16 serta senjata jenis CKC. Panglima TNI Laksamana Widodo AS kepada wartawan di Jakarta, Jumat (28/7) menyatakan akan menangani tokoh-tokoh radikal dari kedua pihak yang nyata-nyata mendorong timbulnya konflik. Tentunya, tokoh-tokoh RMS-lah yang berhak untuk ditangkap sebab telah terbukti tertangkap basah kedapatan membawa ribuan senjata dan amunisi serta selalu memprovokasi muslimin dengan memulai pertempuran sejak 19 Januari 1999 lalu.

Dalam menanggulangi penyelundupan perusuh RMS lebih jauh, maka penumpang yang tidak berasal dari Irian Jaya, tidak memiliki tiket dan tidak lansia, wanita hamil, orang sakit, diperiksa dengan ketat di seluruh pelabuhan di Irian Jaya. Demikian keputusan yang diambil menurut DPRD I Irja Frans Koromat yang dihubungi Sabtu (29/7) malam di Jayapura dalam menuntaskan kasus Maluku dan pengungsi yang saat ini berada di atas KM Dobonsolo.

Sebanyak 119 orang pengungsi asal Ambon, Propinsi Maluku, Jumat siang kemarin tiba dengan kapal mewah milik PT.Pelni, KM Dobonsolo di pelabuhan laut Manokwari, Irian Jaya. Pejabat senior Pemda setempat G.C Auparay, SH di Manokwari, Sabtu, mengatakan melalui koordinasi terpadu instansi terkait, aparat keamanan dan masyarakat, maka para pengungsi disepakati ditampung di Aula Makodim 1703 Manokwari. Menurut Kapolres Super Intenden Daud Sihombing mengatakan, pihaknya sudah memperoleh informasi dari Dephub, yang tidak berKTP Irja, dan bermasalah akan diturunkan di NTT, Menado atau Jakarta. (Imk)


  
                           Tokoh Maluku Tolak
                Intervensi Asing Dan Pemulangan Laskar Jihad

Ambon, MHI (31/07/2000)
Dalam membantu pasukan RMS yang terdesak, berbagai upaya aksi solidaritas kristen nasinal/internasional ditempuh, termasuk mengundang campur tangan DK-PBB. Hal ini mengundang reaksi berbagai pihak di Maluku, diantaranya Obet Lausepa dan Hamit Tuhera, aktivis dalam Himpunan Keluarga Maluku Utara (HIKMU). Menurutnya, mengatakan, keinginan tersebut sangat memalukan segenap bangsa ini yang cinta Tanah Air, dan sebagian besar rakyat Maluku menolak usul itu.

"Kami mendukung sepenuhnya pernyataan pemerintah yang disampaikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid, yang menolak campur tangan PBB untuk mengatasi masalah Maluku," kata Obet dan Hamit pada hari Jumat lalu. Mereka berpendapat, sengketa di Maluku merupakan masalah dalam negeri yang tidak perlu dicampuri oleh pihak lain, termasuk dari luar negeri sejenis Amerika, Belanda, Australia, Israel, Inggris serta PBB.

Kedua tokoh itu mengakui, "memang dalam masalah Maluku ada unsur politisnya dengan sengaja memanfaatkan kekacauan untuk kepentingan politik agar Maluku bisa seperti kasus Aceh atau Papua Barat."

Padahal muslimin di setiap jengkal propinsi Maluku, sangat mendukung keberadaan Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah. Bahkan secara sukarela telah mengumpulkan tanda-tangan penolakan pemulangan relawan ini. Data yang didapatkan tim MHI, telah dikumpulkan ribuan tanda tangan dari warga dan tokoh muslimin setempat di daerah Air Kuning, Lorong Putri, Wara, Batu Merah, Talake, Kapaha, Pandan Kasturi, Waihakilah, Wainitu, Nusaniwe.

Aksi dukungan dalam bentuk pernyataan yang intinya menolak sekeras-kerasnya pemulangan Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah oleh siapapun. Masyarakat setempat siap mempertahankan Laskar Jihad hingga misi kemanusiaan dan sosialnya selesai dan dipulangkan sendiri oleh panglima Laskar Jihad sendiri. Bahkan warga setempat mengharapkan Laskar Jihad memperluas dan memperbanyak kegiatannya di bidang Sosial Kemasyrakatan sebagaimana telah berjalan selama ini. Tidak lupa warga muslimin Ambon sepakat untuk menolak intervensi asing dengan alasan apapun. Sembari menyertakan surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya tanpa paksaan dari pihak manapun.

Sikap kongresman AS di Capitol Hill, Washington DC, Joseph R. Pitts (61) yang berasal dari Partai Republik, negara bagian Pennysilvania (USA) sangat terang-terangan menyudutkan TNI/Polri serta ketua MPR RI, Prof. Dr. Amien Rais karena sikapnya cenderung membela muslimin. Si Joseph najis ini menutup mata dengan tragedi yang dimulai oleh tangan-tangan kotor RMS sejak 19 Januari 1999 lalu. Dalam mempengaruhi peserta kongres lainnya, Joseph menyertakan foto-foto ekstrimis RMS, pembangkang NKRI yang ditumpas oleh muslimin akhir-akhir ini. Sehingga tidak perlu dipercaya adanya sikap pemerintah AS yang kelihatannya mendukung pemerintahan presiden Dur ini. (Imk)


  
                  Tokoh RMS Berkelana ke Eropa

Ambon, MHI (31/07/2000)

Kali ini diceritakan oleh Uskup Amboina, Mgr Petrus Kanisius Mandagi, yang dihubungi Siwalima (28/7) kemarin menyatakan rombongan tokoh-tokoh kristen (RMS) sedang melakukan muhibah besar ke manca negara. Tokoh kafir najis ini mengakui adanya perjalanan tokoh-tokoh RMS yang lari dari Ambon menuju Eropa untuk mengadakan makar terhadap NKRI. Sebab rombongan tokoh RMS ini menyudutkan TNI/Polri yang dikatakan terlibat dalam berbagai kerusuhan, padahal justru TNI/Polri adalah aparat PDS untuk mengamankan Maluku dan mereka pun merendahkan pemerintah indonesia yang dikatakan tidakd dapat berbuat apa-apa untuk menyelsaikan konflik di maluku.

Salahsatu Pimpinan RMS ini secara khusus menyatakan rombongan ini telah bertemu dengan Ketua Komisi HAM PBB Ny Marry Robinson dari Komisi HAM Uni Eropa di Geneva, Switchzerland beberapa waktu lalu. Namun menurutnya, tidak dimaksudkan untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi masyarakat Maluku (RMS/Maluku Merdeka). Tapi, semata-mata sebagai wujud keprihatinan mereka terhadap tragedi pembantaian RMS setelah dihadapi oleh muslimin Maluku yang bersatu-padu dalam beberapa minggu terakhir ini.

Pertemuan ini ditegaskan oleh Mgr Mandagi menjadikan semakin meningkatnya tekanan PBB untuk siap mengintervensi kekuatannya ke Maluku jika pemerintah Indonesia tidak mampu menghentikan konflik Maluku. Bersama rombongan pelarian ini, ikut serta pula Ketua Sinode GPM Sammy Titaley, John Titaley, Ke-tua Sinode Gereja Protestan Halmahera, Agustinus Eys, Ketua Fakultas Theologia Universitas Satia Wacana Salatiga dan seorang tokoh nasionalis muslim , Dr Lambang dari kelompok TIRA yang bermarkas di Yogyakarta. Amat sangat naif, seorang muslim semodel Lambang ini yang buta mata dan hatinya dimana selama setahun lebih 5000 muslimin dibantai dan ribuan masjid dihancurkan dan perlu diketahui juga Dr. Lambang selama ini dikenal sebagai seorang opurtunitis.

Bahkan tim pelarian RMS ini sempat ke ke UNHCR, salah satu lembaga penting PBB untuk urusan pengungsi, selain mengunjungi duta besar AS di Swedia. Bahkan mereka bertemu dengan Special Reporter Relegius Intolerensi Comision yang khusus menangani konflik antar agama di seluruh dunia. Tak lupa mampir di kediaman Dubes Vatikan di Jenewa. Setelah itu, bersama Sammy Titaley dan John Titaley berangkat ke Brussel, melakukan pendekatan dengan Parlemen Eropa dan Komisi Eropa, MsF yang telah memberikan bantuan pada kristen RMS Maluku. Demikianlah konspirasi Internasional yang telah berulang kali disinggung bahayanya di MHI ini.

Ide Kongres Maluku


Tokoh-tokoh RMS yang terusir dari Maluku ini menyatakan bahwa Laskar jihad bagian kelompok radikal dan disebut perusuh. Penjahat perang ini menyatakan kerusuhan Maluku bukan semata-mata diciptakan kelompok Kristen RMS saja, tetapi disebabkan oleh Soeharto dan kroninya. Inilah upaya pemutar-balikan fakta yang sangat keji dan licik, bahkan sangat nyata dustanya.

Pendeta licik ini menyatakan perlunya kongres rakyat Maluku atau diplesetkan Rembug Rakyat Maluku, untuk menyelesaikan masalah Maluku ini. Namun, kongres diharapkan hanya dihadiri oleh orang-orang RMS dan orang pro RMS saja, sebab tidak diinginkannya kehadiran tokoh-tokoh muslimin yang disebutnya kelompok perusuh. Dimana kongres ini mengacu pada ide rekonsiliasi antara komunitas Muslim dan Kristen.

Kongres ataupun bentuk perdamaian lainnaya selalu dipakai oleh pihak-pihak Kristen RMS bila mereka dalam posisi terdesak. Kongres ini tidak mungkin dilaksanakan, sebab program besar pemberontakan Maluku Sarani tidak dapat dihapus begitu saja dari benak-benak orang-orang RMS yang selama ini berambisi untuk menjadikan Maluku sebagai negara Kristen. Waspadalah wahai pemerintah dan muslimin akan bahaya nyata RMS dan bukan lagi bahaya laten. Wallahu musta'an. (Imk, Hrd)