untuk informasi

send an email

YAYASAN  ISLAM  RIYADHUL  JANNAH


 

 

Mukadimah

Buletin

Aqidah

Manhaj

Info Maluku

Tanya-Jawab


22 Juni 2000

Situasi di pusat kota Ambon kembali memanas setelah diprovokasi oleh diculik dan dibunuhnya Yamin seorang Muslim asal Galunggung, Batu Merah oleh RMS Nasrani. Kejadian tersebut bermula dari padamnya aliran listrik pada malam hari sebelumnya, di tengah kegelapan malam seorang warga Muslim diculik dan dibawa pergi keluar daerah Galunggung. Adanya penculikan ini membangkitkan emosi kaum muslimin akan tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Keadaan yang sudah tegang itu bertambah panas ketika pagi harinya (21/06) Muslim yang diculik tadi dikembalikan dalam keadaan tidak bernyawa lagi, sehingga emosi kaum muslimin memuncak dan terjadilah bentrok antara Muslimin dan Nasrani RMS.

Sekretaris Eksekutif Posko MUI Daerah Maluku, Malik Selang, ketika dikonfirmasi mengatakan, insiden di Tantui itu berawal dari tiga warga Muslim yang hendak ke kebun disergap oleh dua orang yang tidak diketahui identitasnya ketika listrik padam. Ternyata satu dari tiga warga Muslim itu yakni Yamin berhasil ditangkap kedua orang penyergap Kristen, lalu ditembak di bagian kepala hingga tewas. Kedua rekannya yang berhasil lolos melaporkan peristiwanya ke aparat keamanan di pos terdekat selanjutnya mencari korban dan menemukannya di kawasan Kampung Jawa

Kontan saja, Muslimin dari Kampung Jawa segera menyerang kawasan Tantui, Kecamatan Sirimau, Kodya Ambon, Rabu siang, sekitar pukul 13.00 WIT. Tantui ini salah satu penopang dan basis dari pasukan RMS yang ada di sekitar kota Ambon. Dalam pertempuran ini, seorang anggota pasukan merah tertembak dan telah dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Pangkalan TNI-AL Pro Kristen, Halong, Ambon. Sebagian besar istri-istri dan anak-anak anggota pasukan merah yang terdesak menyelamatkan diri ke asrama dan Markas Brimob Polda Maluku di Kampung Jawa dan Desa Galala, Kecamatan Sirimau, Kodya Ambon.

Penyerangan ini berlanjut ke Teluk Dalam Ambon, dimana pada Rabu terjadi aksi saling kejar dan tembak-menembak dari speedboat, yang mengakibatkan pengguna jasa transpotasi laut umum terpaksa menyingkir. Insiden kejar-mengejar speedboat dan saling menembak di Teluk Dalam Ambon itu menghentikan sementara transportasi laut jurusan Ruko Batumerah-Poka dan Wayame serta Benteng dan Gudang Arang-Poka, Wayame- Rumahtiga-Galala.

Aksi tembak-menembak antara pasukan Muslim yang memakai senjata rakitan dan Nasrani RMS yang menggunakan senjata api rakitan maupun standar nampak berimbang. Namun, belum ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Penyerangan atas Nasrani RMS ini terus dilancarkan tanpa menghiraukan guyuran hujan, rentetan tembakan senjata api maupun bom rakitan terdengar riuh.

Sampai berita ini diturunkan pukul 21.00 WIT, masih terdengar ledakan bom dan suara tembakan walaupun tidak seramai siang harinya. Adapun jumlah korban belum dapat diketahui hanya ada informasi adanya 1 orang aparat Brimob beragama Islam yang tertembak oleh Sniper Kristen.

Sedangkan di Rumah Sakit Umum (RSU) Ternate dan Rumah Sakit (RS) Bethesda milik Sinode Tobelo, Pulau Halmahera, Kabupaten Maluku Utara, kembali dipenuhi korban kerusuhan. Data yang diperoleh dari sumber di Maluku Utara, sedikitnya 70 korban luka berat dan ringan sementara dirawat di RS Bethesda, sedangkan 48 lainnya dievakuasi ke RSU Ternate, termasuk tiga warga muslim yang meninggal akibat tembakan senjata standar dari aparat Kristen dalam pertikaian di Kecamatan Galela, Senin (19/6). Maka telah hampir 156 orang korban yang meninggal dari kedua belah pihak dalam perebutan kembali daerah Tobelo dari tangan-tangan kotor RMS Kristen ini.

Hingga saat ini belum diketahui jumlah pasti korban kerusuhan di Galela tersebut, karena aparat keamanan kini masih terus mendeteksi korban lainnya. Korban tewas dari pihak RMS Nasrani sementara adalah 117 orang tewas, 50 orang luka berat, 20 orang luka ringan, 292 rumah penduduk dan satu tempat gereja rusak terbakar.

Perwira Operasi Satgas Operasi Pemulihan Keamanan Maluku Utara, Mayor Inf Puguh menyatakan, pasukan dari Batalyon 512/Brawijaya yang bertugas mengamankan kawasan Halmahera Utara, khususnya Kecamatan Tobelo dan Galela, kewalahan akibat jumlah kelompok yang bertikai mencapai ribuan orang. Hal senada dikemukakan Dan Satgas Operasi Pemulihan Keamanan Maluku Utara, Kol Inf Sutrisno yang bersama-sama Bupati Maluku Utara M. Said dan anggota DPRD setempat meninjau langsung lokasi pertikaian. Dikarenakan memang Tobelo merupakan basis pertahanan Kristen RMS yang dikuasai setelah membantai ribuan Muslimin di Tobelo.

Tak pelak lagi, RMS Kristen yang mulai terdesak segera mendesak pemerintah pusat , KPP HAM Maluku dan backingnya si Tamaela. Wakil dari RMS, Sekretaris Majelis Pekerja Sinode Gereja Injili Halmahera di Tobelo, Pdt S.S. Duan mendesak pemerintah pusat, KPP HAM Maluku dan Maluku Utara, serta Pangdam/XVI Pattimura secepat mungkin mempertemukan tokoh-tokoh agama kedua pihak, sehingga pertikaian bisa segera dihentikan. "Biarlah umat Islam dan Kristen di Tobelo, Kao, Galela, dan Morotai menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa melibatkan orang luar, kecuali pemerintah dan TNI," katanya. Ini adalah tipu daya Kristen setelah merasa terdesak oleh serangan Muslimin dari pasukan putih Abu Bakar al Banjari. Allahu Akbar. Demikian seperti dilaporkan via fax pukul 21.00 WIB dari Ambon (Ekj, Imk, Rif)    

23 Juni 2000

Situasi Ambon terus memanas akibat pancingan dari gerombolan RMS terhadap Muslimin di berbagai tempat di Maluku. Pertikaian yang terjadi di Kawasan Tantui, Kecamatan Sirimau, Kodya Ambon yang menewaskan 5 orang, Rabu (21/6/2000) lalu, kini masih berlanjut hingga hari ini Jumat 23/06/2000 pukul 20.30 WIB.

Muslimin yang terus memburu pasukan RMS yang membunuh Yasmin, warga desa Galunggung yang disekap dan diculik kemudian dibunuh oleh RMS dari Kampung Jawa, seperti diberitakan MHI edisi (22/06/2000). Yasmin yang seperti biasa di kegelapan malam ditambah adanya listrik yang padam, pergi ke kebun di belakang Pengadilan Tinggi Agama untuk memetik sayuran. Beberapa orang anggota pasukan merah RMS kemudian menculik dan membawanya ke Kampung Jawa. Disanalah ia kemudian dieksekusi dan disiksa serta ditembak kepalanya sampai meninggal, dan jenazahnya dibuang di perbatasan Kampung Jawa dan Galunggung.

Hal ini memicu reaksi keras dari ribuan Muslimin dari seluruh Ambon dan sekitarnya. Pasukan putih Muslimin yang berjumlah ribuan dan kompak, akhirnya mengakibatkan pasukan merah di Kampung Jawa langsung mundur menuju Markas dan Asrama Brimob Kapolda Maluku di Kampung Jawa, yang selama ini membantu RMS Kristen ini. Akibat pasukan merah yang berasal dari Kampung Jawa mundur sambil menghalangi Muslimin dengan pembakaran di sekitar jalan, maka puluhan rumah penduduk di Kampung Jawa ini ikut terbakar.

Dalam rangka memperkuat senjata pasukan merah, kemudian RMS menjarah seluruh isi dua gudang senjata milik Polri dan Brimob dengan mengacaukan keadaan terlebih dahulu. Sniper Kristen yang terlatih dan berpengalaman di medan pertempuran berhasil membunuh Wadansat Brimob Muslim Polda Maluku, Mayor Pol Eddy Susanto. Meninggalnya orang kedua pimpinan Brimob ini, mengakibatkan Brimob Muslim yang telah dilucuti senjatanya oleh Kristen dan diusir dari Markas sehingga mengungsi ke daerah aman seperti ke Masjid Al Fatah. Kemudian Brimob Kristen dan Pasukan Merah RMS membakar 1 masjid Brimob dan rumah-rumah Muslimin, akhirnya asrama Brimob yang ditempati 2000 orang, rumah Wakapolda Maluku, rumah Kaditlog Polda, Kantor Kanwil BPN, dua gereja Kristen ikut terbakar pula. Brimob yang rumahnya terbakar beserta keluarganya langsung mengungsi ke daerah Waihaong, Halong, Latta, Lateri dan Passo.

Bertemunya dua pasukan yang sempat bertempur, yang dihadapi oleh personel Banmil TNI AD dan Brimob Maluku mengakibatkan jatuh korban tewas dan luka. Diantaranya Sony, Brimob Kristen Serda Pol. Anthonius Magno, Prada Ansori, Pratu Romsi, Prada Kipir Siuta, sedangkan dua anggota Brimob yakni, Serma Taufik dan Sertu Robinson luka parah. Pasukan merah yang merasa terdesak lalu lari meninggalkan Kampung Jawa karena diburu oleh ribuan Muslimin dari tiga penjuru, meninggalkan senjata-senjata yang rusak yang dapat diperbaiki di gudang Brimob.

Pertempuran antara dua belah pihak yang seimbang ini akhirnya selesai hari Jumat Pukul 23.00 WIT setelah hujan mengguyur wilayah Ambon dan sekitarnya. Korban yang berjatuhan dari Muslimin dan Kristen sejumlah 11 orang meninggal dan 80 orang luka-luka. Sementara Kepala RS Pangkalan TNI-AL (Lanal) Mayor Laut (K) Nelson Pandeleke (RS yang dikuasai Kristen) di Halong Ambon, mengatakan, jumlah korban yang dirawat masih belum berubah sebagaimana dievakuasi Rabu. Tujuh warga pasukan merah yang telah dioperasi Tim Kesehatan Gabungan di RS Lanal Halong, Ambon, ternyata kondisinya masih kritis. RS Lanal Ambon menangani dua korban meninggal yakni Wadansat Brimob Polda Maluku, Mayor Pol. Eddy Susanto dan Serda Pol. Anthonius Magno serta 15 orang Kristen lainnya dengan terluka.
Jatuhnya korban tidak hanya terjadi saat pertempuran yang didahului oleb Obet ini tidak hanya di Kampung Jawa dan Tantui, tapi juga di Perigilima, Kecamatan Nusaniwe, Kodya Ambon, Kamis siang. Korban dari pihak pro RMS sendiri yakni anggota polisi, Tuan Robinus Suryadi (23), Sertu Pol Robinson yang dievakuasi menuju RSUD Dr Haulussy . Sedangkan di RS Pangkalan TNI-AL (Lanal) Ambon serta Stanly Souhoka (21) dan Pdt. RMS Berthy Kastanya(35) mengalami luka-luka parah.

Sementara di RS Al Fatah tercatat tiga personil TNI yakni Prada Ansori, Pratu Romsi, Prada Kipir Siuta serta Yamin dan empat lainnya belum diketahui identitasnya meninggal, sedangkan luka berat/ringan sebanyak 17 orang.

Disisi lain, RMS yang berada di kota Ambon memancing Muslimin di sekitar Masjid Al Fatah dengan meledakkan bom-bom rakitan dan granat tangan disertai rentetan panjang tembakan di kawasan Ponogoro, Mardika, Talake dan seputaran jalan Sedap malam. Dalam upaya mengalihkan perhatian pengejaran pasukan merah, RMS membakar kantor Telkom dan sudah 1% namun berhasi dipadamkan oleh Muslimin. Muslimin juga merebut kembali Kantor Pos Besar yang selama ini dipakai sarang RMS di Ambon. Sehingga sejak pagi hari Jumat (23/06) aktivitas perkantoran dan roda ekonomi di Ambon diliburkan. Demikian seperti dilaporkan via fax dari Ambon dan berbagai sumber (Imk, Ekj).

24 Juni 2000

Situasi Ambon dan sekitarnya belum mereda, mengingat pasukan merah tak henti-hentinya melakukan provokasi di seluruh Maluku secara serempak hingga hari ini, Sabtu 24 Juni 2000 pukul 12.00 WIB. Pertempuran dua belah pihak dari pasukan merah dan Muslimin di Tantui, Kecamatan Sirimau, Kodya Ambon sejak hari Rabu siang (21/6) sekitar pukul 13:00 WIT itu, kini merambah di perbatasan Talake, Waihaong, Galala, Kapaha dan Hative Kecil pada Jumat dinihari (23/6) sekitar pukul 04:00 WIT sehingga berjatuhan korban, baik jiwa maupun harta benda.

Muslimin yang terlihat mengejar pasukan merah setelah membunuh Yasmin di Kampung Jawa, mengakibatkan markas RMS di Tantui dapat hancur, sehingga pertempuran merembet hingga ke Kampung Jawa, Hative Kecil dan Talake-Waihaong. Pasukan merah yang sempat menjarah dan membakar markas Polres P. Ambon dan P. P. Lease, berakibat 1 gereja di Talakepun turut terbakar. Pasukan merah yang dibackup oleh Brimob dan Banmil tersebut berusaha memukul mundur ribuan pasukan Muslimin yang bersatu-padu.

Seorang anggota pasukan Merah yang berhasil dilukai di kawasan Paradise Tengah langsung dibawa ke RS Bhakti Kristen Rahayu Ambon. Akibat pasukan merah RMS mundur dan bersembunyi di Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM), maka massapun membakar UKIM dan dari pihak Nasrani RMS yang bernama Roby dan Hady tewas seketika.

Pertempuran yang nampak sekali direncanakan besar-besaran oleh RMS ini-pun merembes hingga daerah Muslimin di Benteng, Kecamatan Nusaniwe, Kotamadya Ambon--sekitar 4 km dari Tantui. Ledakan bom dan rentetan senjata masih saling bersahutan. Tercatat sudah 15 rumah penduduk dibakar massa RMS Kristen. Selain juga tujuh orang luka-luka terkena tembakan.

Sementara itu, di kawasan Laut, Teluk Dalam Ambon, juga terjadi saling serang antara kelompok merah dan putih. Saling serang yang terjadi di atas speedboat ini terjadi sejak pukul 16.00 WIT. Hingga kini, tercatat dua dan tiga orang dari kelompok merah dan putih cedera terkena tembakan.

Tercatat sejumlah 15 orang korban yang tewas sejak Kamis (22/06), dan 80 lainnya luka-luka. Dari pihak Muslim sebanyak tujuh orang dibaringkan di Rumah Sakit (RS) Bersalin Al Fatah dan 50 lainnya luka-luka.

Dari pihak pasukan merah, 2 korban tewas di RS TNI-AL Halong termasuk 30 orang luka-luka, empat jenazah di RSU Daerah Dr Haulussy. Sementara dua mayat RMS lainnya yang belum sempat dievakuasi di Kampus UKIM Ambon teridentifikasi bernama Roby dan Hady.

Sejak awal pertempuran Kamis (22/06), aparat yang disiagakan dari satuan Brimob dan Yonif 509 Kostrad lebih banyak membela kaum penyerang dari RMS Kristen. Keduapuluh orang tewas ini sebagian besar terkena tembakan aparat keamanan yang menghalau kedua kelompok untuk saling menyerang.

Sementara itu, konflik yang terjadi Duma, kecamatan Galela, Halmahera Tengah, propinsi Maluku Utara, yang pecah sejak Senin (19/6), sampai saat ini sudah tercatat 179 orang warga sipil tewas. Hari ini tercatat 41 orang tewas dari RMS, ditambah 1 orang anggota Yonif 512 Kostrad yang selalu membela RMS Kristen. Sementara itu, 294 rumah penduduk juga habis dibakar massa dan 30 orang yang terdiri dari para ibu dan anak-anak ditawan pasukan putih dan dijadikan tawanan yang dapat ditukar dengan logistik.

Tokoh dari gereja Masehi Injil Halmahera, pendeta RMS Kristen S. Dungar menyalahkan sikap kesatuan Yonif 512 Kostrad yang selama ini biasa melindungi Nasrani RMS, jika dalam waktu 24 jam ke depan tidak bisa membebaskan 30 tawanan yang diambil pasukan putih sejak kemarin, pihaknya akan melakukan konsolidasi pasukan untuk kembali melakukan penyerangan ke desa-desa yang teridentifikasi membantu penyerangan desa Duma, Galela. Sebenarnya, selama ini aparat dari Kostrad 512 yang selalu membela Nasrani RMS dalam penyerangan terhadap Muslimin, kali ini terpaksa harus lari melihat ribuan pasukan putih mendatangi Duma. Sebanyak 2 peleton pasukan Kostrad bayaran RMS ini meninggalkan pos penjagaan di desa Duma. Laahaula walaa quwwata illa billah. Demikian dilaporkan via fax dari Maluku Utara dan Maluku dan berbagai sumber (Imk, Rif).

25 Juni 2000

Pertikaian di pulau Ambon antara pasukan putih dengan pasukan merah masih berlangsung hampir di semua tempat di pulau Ambon hingga pagi ini hari Ahad, 25 Juni 2000 Pukul 09.00 WIB. Pasukan merah dibantu oleh aparat Brimob dan Kostrad terus-menerus mempertahankan basis pertahanannya di Galala. Bahkan di tempat-tempat lain, pasukan merah yang tidak mendapati lawan yang berarti seperti di Batu Merah, dengan menggunakan bom molotov dan senjata standar terus berusaha memancing agar kaum muslimin menyerang. Adapun pasukan putih hanya berbekal bom dan senjata rakitan berusaha membela diri ataupun merebut kembali wilayah-wilayah Muslim yang telah diduduki RMS Kristen.

Secara serentak RMS Kristen yang mengobarkan pertempuran di beberapa wilayah setelah mendapatkan senjata dan amunisi berupa mortir dari gudang senjata Brimob Polda Maluku yang dijarah tanggal 23 Juni 2000 lalu. Senjata-senjata standar Polri itu diantaranya dipakai di Ahuru, Talake, Batu Gantung dan Kudamati. Tim liputan MHI beberapa kali terdengar suara dentuman mortir disela-sela suara tembakan dan ledakan bom rakitan di daerah ini. Kontan saja puluhan rumah dan bangunan lain hancur rata dengan tanah dan beberapa bangunan lain terbakar.

Sedangkan di daerah Kapaha dan Galala yang telah dikuasai kembali oleh pasukan putih, berusaha dipertahankan dari serangan tangan RMS Kristen. Muslimin dipancing-pancing dengan tembakan dan mortir-mortir agar Muslimin bergerak meninggalkan pos penjagaannya.

Sementara itu, pertikaian ini juga terus meluas hingga merambah wilayah Passo yang merupakan basis pertahanan utama pasukan Merah. Pasukan putih dari arah Jazirah Leihitu sejak pagi tadi hingga malam ini (20.00 WIB) berusaha memasuki daerah Paso yang dijaga ketat oleh pasukan merah dengan persenjataan lengkap.

Pertempuran di wilayah ini mengakibatkan jatuhnya korban muslimin tercatat 4 orang meninggal dan beberapa orang luka-luka, sementara dari pihak Nashoro 5 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka, sehingga jumlah keseluruhan korban tewas dari kedua belah pihak akibat pertempuran sejak 4 hari lalu mencapai ratusan orang. Pertempuran yang terjadi di beberapa tempat ini mengakibatkan 1500 lebih penduduk penopang logistik RMS Kristen mengungsi ke gunung dan bukit yang mereka anggap aman untuk menyelamatkan diri.

Sebenarnya pasukan merah tidak berani menghadapi mujahidin di front, ini terbukti dengan tindakan mereka menembaki angkot-angkot muslimin yang lewat di daerah perbatasan Mardika-Batumerah sore ini (25/06) yang mengakibatkan jatuhnya 2 korban meninggal dari pihak muslimin. Selain itu, dilaporkan pula terjadinya penembakan membabi-buta yang dilakukan oleh pasukan merah RMS dari Lutuhala dan Gudang Arang terhadap kapal-kapal yang hendak berlabuh di pelabuhan Yos Sudarso, Ambon. Penembakan ini terjadi di wilayah Gudang Arang, salah satu basis pasukan merah di pulau Ambon, yang memang harus dilewati oleh setiap kapal yang hendak berlabuh di pelabuhan Yos Sudarso tersebut. Alhamdulillah, penembakan ini tidak menimbulkan korban jiwa dari pihak muslimin.

Laporan paling akhir yang diterima (25/06, 21.00 WIB) bahkan menyebutkan adanya orang-orang asing dari Australia dengan senjata lengkap memasuki wilayah Ambon. Sekali lagi, ini merupakan bukti keterlibatan langsung pihak-pihak asing yang tidak menginginkan wilayah Maluku tetap bersatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak efektifnya kebijakan yang diambil oleh Gus Dur untuk menutup Maluku dari pendatang.

Mudah-mudahan Muslimin selalu dilindungi dari makar-makar jahat RMS Kristen dimanapun dan dari ancaman persekongkolan Yahudi dan Nasrani Internasional. Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sajalah Muslimin berlindung dari makar-makar jahat kaum kafir yang ingin menghancurkan Islam dan ummat Islam (Ekj, Rif, Imk).

26 Juni 2000

Muslimin Ambon kembali melakukan serangan lanjutan, pada pagi hari ini Senin 26 Juni 2000 pukul 07.00 WIT, sebagai jawaban dari pancingan dan provokasi Nasrani RMS selama ini. Penyerangan balasan Muslimin ini berawal dari kejadian di Kampung Jawa dan telah merembet hingga ke seluruh pulau Ambon.

Dalam pertempuran yang dahsyat ini, terungkap kembali perilaku Kristen yang biadab dan sadis. Salah satu korban keganasan RMS, jenazah yang diidentifikasi bernama Deddy (40) diketemukan dalam keadaan kondisi tubuhnya tidak lengkap karena kepalanya dipenggal orang Kristen RMS. Hingga Senin malam, kepala Muslimin yang naas ini belum dapat diketemukan. "Bukan kali ini saja orang-orang Kristen RMS bertindak sadis dan biadab", kata sejumlah tim medis di RS Al Fatah, Ambon.
Maka sebagai jawabannya, seorang pejuang Muslimin mengatakan "Kami akan mengobarkan perang secara terus-menerus terhadap orang Kristen RMS, sehingga mereka musnah dari bumi Maluku".

Kekhawatiran yang selalu menghantui Muslimin yakni bahwasanya pasukan merah adalah pasukan yang memiliki semangat tempur yang kuat dan memliki senjata canggih, kini sirna sudah. Dalam pertempuran estafet selama lima hari sejak tanggal 21 Juni telah sedikit demi sedikit merontokkan kekuatan moril dan personil pasukan merah RMS. Biasanya pasukan RMS menggunakan Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) sebagai penghubung antara dunia Imperialis Kristen Internasional dengan Maluku, namun kini UKIM telah luluh lantak.

Hari ini serangan balasan Muslimin diarahkan untuk menguasai sepenuhnya wilayah Ahuru, Talake, Galala, Batu Gantung, Kudamati dan Passo. Bahkan gudang bahan bakar di Gudang Arang, Galala yang menyimpan bahan bakar sekitar pukul 15.00 WIT telah dikuasai. Kini pasukan merah tidak lagi memiliki bensin dan peralatan untuk membumihanguskan desa-desa Muslimin, sejak 11 ton bensin RMS berpindah tangan.

Kali ini Nasrani RMS mulai terbongkar kedoknya oleh perbuatannya sendiri. Secara tidak langsung Kristen RMS membenarkan adanya hubungan antara RMS dengan Amerika Serikat dalam hal pendanaan, diplomasi dan persenjataan. Memang, pasukan merah RMS telah mulai terdesak setelah satu-persatu gudang logistiknya jatuh ke tangan Muslimin serta jalur pemasokan logistik mulai tertutup. Keterlibatan pemerintah Amerika Serikat ini nampak dari siaran persnya di New York tanggal 21 Juni 2000 lalu, yakni hari dimana Muslimin untuk pertama kalinya melakukan serangan balasan besar-besaran dalam 1.5 tahun selama penjajahan RMS Kristen ini.

"Kami secara khusus sangat terganggu dengan fakta bahwa pihak keamanan telah terbukti tidak mau atau tidak mampu menghentikan serangan skala besar terhadap kelompok-kelompok di masyarakat," tegas dedengkot kafirin dari USA. Secara khusus, Pemerintah Indonesia harus mencegah kelompok-kelompok terorganisasi yang melakukan serangan dan menghentikan para ekstrimis dari luar Maluku yang memanas-manaskan situasi dan terlibat dalam kekerasan," demikian jelas Jurubicara Deplu AS, Philip Reeker dalam keterangan pers di New York, Kamis pagi. Demikian jelasnya permusuhan AS terhadap Muslimin khususnya di Maluku dan dukungan penuh AS terhadap RMS karena adanya satu misi yang sama dengan RMS yakni Kristenisasi Dunia, seperti yang direncanakan di http://www.kristenonline.com.

Tidak ketinggalan pula, wakil dari PDKB (Partai Kristen) dalam pernyataan yang ditandatangani Ketuanya Merphin Panjaitan dan Wakil Sekjen PDKB Tje Harfonso menuntut pemerintah agar bersungguh-sungguh menyelesaikan konflik di Maluku dan Poso. Pemerintah perlu mengerahkan segala kekuatan yang ada dan meminta bantuan pasukan PBB sebagaimana pemerintah meminta bantuan IMF untuk mengatasi krisis ekonomi. PDKB menuntut Panglima TNI dan Kapolri agar menindak anak buahnya yang ikut menimbulkan konflik dan menggantinya dengan pasukan yang bermoral Pancasila. Selain itu perlu ada penambahan pasukan TNI/Polri. Di satu sisi, PDKB meminta pemerintah membuka jalan bagi hadirnya pasukan "Perdamaian" PBB untuk membantu Moslem Cleansing, di lain pihak, juru bicara Deplu AS, Philip Reeker merasa terganggu untuk pertama kalinya selama 1.5 tahun dengan kemenangan demi kemenangan pasukan Muslimin di medan tempur Maluku. Maka sangat wajar bila Muslimin dimanapun di seluruh Indonesia berhati-hati dan bersiap-siap akan bahaya yang mengancam yang dipromotori oleh Polisi Dunia yang sangat angkuh ini.
Demikian laporan dan ulasan berita dari Ambon yang diterima via fax (Imk, Ekj).


27 Juni 2000

Akhirnya hari ini Selasa pukul 00.05 WIB, tuntutan Fraksi PDI Perjuangan (F-PDIP) DPR mendesak pemerintah segera mengambil sikap tegas dengan memberlakukan darurat sipil di Propinsi Maluku, terutama di kota Ambon diberlakukan oleh pemerintah Indonesia dan telah berjalan sejak pukul 22.00 WIB.

Berdasarkan laporan yang diterima F-PDIP, peristiwa kerusuhan tersebut telah menelan belasan penduduk dan melukai puluhan warga termasuk aparat keamanan, serta mengakibatkan sejumlah bangunan terbakar, termasuk sebuah Universitas. Agaknya laporan yang diterima FPDIP terlihat memihak salah satu kelompok, yakni di saat telah jatuh korban yang cukup berarti dari pasukan merah RMS, porak-porandanya jalur logistik RMS dari kota Passo dan jalur komunikasi serta diplomasi Internasional lewat UKIM.

Sementara peristiwa terbunuhnya lebih dari 5000 Muslimin oleh RMS Kristen tidak pernah diambil pusing oleh petinggi-petinggi DPR/MPR dari FPDIP maupun FPDKB. Kondisi ini justru semakin menunjukkan adanya benang hitam yang terjulur diantara pihak-pihak ini sesuai yang dilontarkan Brigjen (purn) Rustam Kastor lewat bukunya Fakta, Data dan Analisa - Konspirasi Politik RMS dan Kristen Menghancurkan Ummat Islam di Ambon Maluku, Mengungkap Konflik Berdarah Antar Ummat Beragama dan Suara Hati Warga Muslim yang Teraniaya cetakan Tahun 2000 Penerbit Wihdah Press dengan ISBN:379-9311-00-4 hal 132 dan 242 tersebut. Wajarlah jika petinggi dari fraksi Kristen/Katolik turut membantu perjuangan RMS Kristen di Maluku, namun sangat disayangkan jika pejabat-pejabat Muslimin sama sekali menutup mata dan telinga dengan kejadian di Maluku ini. Wallahu musta'an.

Perkembangan dari usaha Muslimin selama 6 hari ini cukup menggembirakan. Walaupun mendapatkan tekanan dari aparat Brimob dan Kostrad, Muslimin terus berusaha mengalahkan basis terkuat Kristen RMS di Talake Dalam, Batu Gantung, Waringin dan Ambon Kota di sektor penyerangan bagian selatan. Sedangkan di sektor Tenggara didapati wilayah Kuda Mati dan Benteng Atas, sedangkan Ahuru dan Karang Panjang di wilayah Timur kemudian Galala dan Passo di Utara.

Pasukan Muslimin dengan gagah-berani merebut kembali Kudamati yang akhirnya ditinggal lari oleh pasukan RMS yang bercokol disana, pada pukul 04.00 WIT. Di medan tempur Ahuru, kenyataan yang sama didapati bahwasanya seluruh pasukan RMS terpukul mundur, yang tersisa adalah personel sniper RMS dari Brimob yang masih setia menunggui sarangnya di reruntuhan gedung-gedung Ahuru. "Upaya yang terpenting adalah menguasai wilayah Passo untuk membuka blokade RMS Kristen yang dipimpin Agus Watimena ini, sehingga jalur transportasi darat antara jazirah Leihitu dan Tulehu dapat terbuka kembali", ujar salah satu Muslimin. Memang Kristen RMS akhirnya dapat terdesak dikarenakan ALLAH Ta'ala berkenan menyatukan Muslimin dalam menghadapi kaki tangan imperialis Nasrani Internasional ini. Melalu pemantauan radio komunikasi HT yang dipakai pasukan RMS Kristen, didapati keluhan dan keputusasaan mereka dengan terputusnya jalur logistik di Passo. Allaahu Akbar (Imk, Ekj).

28 Juni 2000

Merasa frustasi karena tidak berhasil mewujudkan impian dan kedok yang selama ini disembunyikan terbongkar, akhirnya tokoh-tokoh gerakan pemberontakan RMS tidak sabar lagi menunjukkan identitas aslinya hari Rabu 28 Juni 2000 di Talake dan tempat lainnya. Dalam setiap pertempuran yang sengit antara Muslimin yang memakai senjata rakitan dengan Kristen RMS yang memakai senjata standar TNI/Polri yang dijarah, bahkan ada senjata standar negara Australia dan USA, pasukan RMS meneriakkan yel-yel tentang kebanggaan RMS dengan Australia, USA dan Israel.

Pasukan merah RMS juga tak segan-segan menampakkan jatidirinya, seperti yang dilakukan 7 hari terakhir dalam setiap pertempuran, pasukan RMS mengibarkan bendera RMS di Passo maupun di Talake. Termasuk yang mereka lakukan hari Senin (26/06) dengan mengibarkan bendera RMS saat terjadinya pertempuran di wilayahTalake. Dikibarkannya bendera pemberontak tersebut menunjukkan dan membuktikan bahwa selama ini yang menjadi otak dan pelaku kerusuhan di Maluku khususnya di Ambon adalah RMS. Hal ini menambah semangat Muslimin untuk membela negara dan bangsanya agar tetap utuh dan Maluku tidak menjadi Timor yang kedua. Memang mentalitas Kristen RMS mewarisi mentalitas penjajah Belanda yang meninggalkan akar-akar yang menghunjam di lubuh hati Kristen RMS untuk mewujudkan impian mendirikan Negara Republik Maluku Serani (Serani, istilah Nasrani dalam logat Ambon, Red).

Menurut sejumlah tokoh Islam di Ambon, termasuk Ustadz Ali Fauzi dan Rustam Kastor, terjadinya pengibaran bendera RMS tersebut sebagai bukti atas apa yang selama ini disampaikan kepada Pemerintah Republik Indonesia, bahwa terjadinya kerusuhan yang berlarut-larut dan sadis di Ambon ini adalah merupakan ulah tangan-tangan RMS Kristen. “Pengibaran bendera RMS ternyata bukan hanya terjadi satu kali ini saja, tetapi sejak dimulainya kerusuhan mereka selalu membawa dan mengibarkan bendera di sela-sela pembantaian dan pengusiran kaum muslim 19 Januari 1999 yang lalu, bahkan setiap satu tahun sekali mereka mengibarkan bendera tersebut sebagai peringatan ulang tahun RMS”, kata warga Ambon.

Namun anehnya, tindakan RMS yang nampak di mata dan berlangsung sejak tahun 1950 tidak ditanggapi oleh pemerintah, apalagi pemerintah yang sekarang ini, terkesan membiarkan dan melindungi gerakan RMS yang nyata-nyata telah membunuh ratusan umat Islam selama kerusuhan. Dimungkinkan, pengibaran bendera dilakukan oleh tokoh-tokoh RMS tersebut sebagai upaya untuk mengangkat orang-orang kristen yang sudah kocar-kacir dan berlarian menyelamatkan diri, setelah 5 hari berturut-turut mereka dibalas oleh perlawanan ribuan Muslimin yang kompak di seluruh pulau Ambon.Kalau memang tokoh-tokohnya menginginkan yang demikain, kami akan menyambutnya dengan senang hati, karena selama ini kami memang menunggu mereka keluar dari sarangnya, bertempur di medan peperangan, bukan hanya bersenbunyi di balik pantat sniper”, kata mujahidin.

Di sisi lain, kendati presiden Abdurrahman Wahid menyatakan darurat sipil di kota Ambon, Senin (26/06) malam, tetapi pasukan merah RMS terus membombardir beberapa instalasi penting pemerintah seperti gedung TELKOM dan wilayah Muslimin di Talake. Akhirnya Muslimin menyambut serangan Kristen RMS dengan mendatangi daerah Passo, pusat kekuatan Kristen RMS yang terkuat. Pasukan RMS ini menghujani tembakan mortir dan bom sejak Subuh hingga memasuki malam tanpa henti kecuali beberapa saat saja.

Maka tidak ada pilihan lain, Muslimin dari Jazirah Leihitu yang bergabung dengan Muslim,in kota Ambon mencoba melokalisir bahaya Kristen RMS dengan mengepung RMS Kristen dari 3 penjuru. Sehingga sedikit demi sedikit dan berhasil memukul pasukan kristen hingga pertengahan desa Negeri Lima, Passo.

Kristen masih mempertahankan Passo yang bernilai besar sebagai supplier senjata dan logistik yang didapat dari Australia, Philipina maupun USA via helikopter, kapal penyusup dan kapal selama. Jika aparat membersihkan RMS Kristen dari bumi Passo, maka kerusuhan yang disebabkan RMS Kristen ini akan berangsur-angsur reda.. “Lebih cepat Passo direbut kembali akan lebih baik, karena wilayah tersebut dapat menopang kekuatan Muslimin dan memblokir jalur-jalur pemasokan makanan dan bantuan senjata pasukan kristen”, kata tokoh umat Islam di Kapaha.

Muslimin juga berusaha melemahkan kekuatan Kristen yang ditopang sniper-sniper Kristen RMS dari aparat Brimob Polri. Sniper-sniper ini kebanyakan bercokol di daerah Karang Panjang dan Ambon Kota.
Jika wilayah Ahuru dapat dikuasai kembali oleh Muslimin maka serangan ke arah markas Sniper di Karang Pangjang dapat dilakukan dari atas, dan hal ini sangat mempermudah dalam melumpuhkan pasukan Kristen RMS Karangpangjang. Untuk itu wilayah Ahuru harus direbut kembali terlebih dahulu”, kata beberapa pejuang Muslimin.

Dalam serangan kali ini di pihak Muslimin terdapat satu orang yang menemui syahid Insya Allah dan 2 orang mengalami luka tembak, sedangkan di pihak Kristen jatuh korban total 11 orang tewas.

Keberhasilan dan kemajuan Muslimin menumpas RMS ini mengundang kekhawatiran para sponsor dan pendukung RMS Kristen di lain daerah. Dalam hal ini Persatuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyatakan keprihatinan, kekuatiran, dan kegelisahan mendalam mengenai situasi di Maluku, khususnya di Ambon dalam tiga hari terakhir. Hal ini disampaiakan dalam siaran pers yang ditandatangani Ketua PGI Pdt Dr AA Yewangoe dan Wakil Sekretaris Umum Pdt Richard M Daulay itu. Maka yang perlu diwaspadai oleh Muslimin di seluruh Indonesia, yakni terstrukturnya pemberontakan RMS di Maluku ini yang dibungkus rapi oleh berbagai sebutan dan pemberitaan yang jau bertolak-belakang dari kenyataan. Muslimin dituduh melakukan Crishtian Cleansing, padahal kalu dilihat dari jumlah korban telah mencapai 5000 orang lebih dari Muslimin saja, sedangkan dari Kristen baru ratusan jumlahnya. Manakah yang lebih tepat dikatakan pemberantas etnis agama ? Demikian seperti dilaporkan dari Ambon pukul 09.00 WIB hari Rabu 28 Juni 2000 (Ekj, Imk).


29-30 Juni 2000

Ambon mulai tenang setelah perusuh dari RMS Kristen mulai diberangus oleh aparat atas perintah Penguasa Darurat Sipil Maluku Saleh Latuconsina, Banmil/Polri semenjak diterapkannya darurat sipil 3 hari yang lalu (27/6/2000). Darurat Sipil ini didasarkan pada Undang-Undang nomor 23 tahun 1959 tentang keadaan darurat di dua propinsi Maluku dan Maluku Utara. Bahkan pemimpin perusuh RMS Maluku Utara Benny Doro melarikan diri hengkang dari Tobelo, Maluku Utara sejak tadi malam (30/6/200). Maka praktis diharapkan RMS Kristen mulai habis dari bumi Maluku Utara.

Bahkan di negeri pengasingan Belanda, RMS yang berupaya menekan pemerintah Belanda untuk mencegah pemberantasan RMS Kristen oleh Muslimin di Maluku dengan mengajukan permohonan kepada PBB khususnya kepada Dewan Keamanan PBB dan Komisi HAM PBB. Demonstrasi yang dilakukan sekitar 1500 orang RMS Kristen hari Rabu (28/6/2000) pukul 12.00 waktu Den Haag dengan membawa bendera RMS di depan gedung parlemen Belanda di kompleks Binnenhof, Den Haag. Dan sekali lagi ini merupakan bukti bahwa RMS dimanapun selalu membikin onar dan merusuh dengan pemerintah megara manapun, pada demonstrasi kali ini mengakibatkan 1 orang tewas RMS Kristen dan 3 luka-luka. Demonstrasi yang berlangsung penuh emosional dan sangat kacau didasari oleh kondisi pasukan RMS Kristen di Maluku dan Maluku Utara yang mulai terhimpit dan habis.

Kerusuhan oleh RMS Kristen selewat pukul 12.00 waktu Den Haag, disebabkan sejumlah anggota RMS mencoba merangsek, mencoba memasuki gedung parlemen. Tapi pagar betis polisi khusus Binnehof dan satuan Mobiele Eenheid menghalangi laju mereka. Bentrokan keras pun tak terhindari. Satuan ME (semacam Brimob) menghalau mereka dengan meriam air, sementara mereka terus berusaha menembus pintu gedung parlemen. C. Nanlohy, salah seorang wakil delegasi RMS menyatakan, "Pemerintah (Belanda) menjanjikan kontak diplomatik dengan AS dan PBB untuk menyelesaikan tragedi kemanusiaan di Maluku. Salah satunya akan diupayakan pengiriman pengamat ke sana." Demikian nampak persekongkolan RMS dan Belanda sendiri, namun karena terlalu emosional dan kacau, maka pemerintah Belandapun berusaha menghalau separatis benalu RMS Kristen yang tinggal di Belanda ini dari gedung parlemen Belanda.

Memang Muslimin dimanapun harus waspada dengan bahaya konspirasi Internasional Kristen yang hendak mencaplok wilayah-wilayah Muslimin di dunia manapun. Hal ini telah terbukti beberapa kali pada peperangan seperti di Bosnia, Moro, Poso, Timor-Timur, Maluku, Maluku Utara serta wilayah lainnya yang tidak terpantau. Maka perlu menyatukan gerak Muslimin yang berlandaskan Al Quran dan As Sunnah seperti yang pernah dilaksanakan oleh Shahabat Rasulullah yang berani membela Islam dan Muslimin disaat Kafirin dan Musyrikin menampakkan permusuhannya (Imk).