untuk informasi

send an email

YAYASAN  ISLAM  RIYADHUL  JANNAH


 

 

Mukadimah

Buletin

Aqidah

Manhaj

Info Maluku

Tanya-Jawab


22 agustus 2000

 
  
        

Kapolda Pastikan Keberadaan RMS

Ambon, MHI (22/08/2000)
Kapolda Maluku, Brigadir Jendral Firman Gani kembali memberikan kepastian kepada warga Ambon tentang pihak-pihak yang menjadi pemicu dan pelaku kerusuhan di Ambon selama ini.

Pihak Kepolisian Polda Maluku telah mengetahui bahwasanya yang memulai pertikaian dan permusuhan di Ambon selama ini adalah orang Kristen, pada hari Rabu (16/08/2000) yang lalu, kemarin. Kapolda juga memberikan statemen tentang keberadaan gerakan separatis Republik Maluku Sarani (RMS) di Maluku.

“RMS memang ada,” tegas Kapolda. Penegasan tersebut Kapolda nyatakan ketika menjawab pertanyaan sejumlah wartawan lokal, berkaitan dengan demo yang dilakukan jaringan mahasisiwa muslim maluku (JPMMM), di depan Kedubes Amerika Serikat, di Jakarta beberapa waktu yang lalu. Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa Maluku mengungkapkan akan keterlibatan gerakan pemberontak Kristen RMS itu selama terjadi kerusuhan di Ambon, demikian juga menolak intervensi AS terhadap permasalahan Maluku.

Terkait dengan permasalahan tersebut, aktivis mahasiswa muslim Unpatti, Ambon, Irfan Laiso kepada liputan MHI di kampus alternatif gedung Ashari komplek Masjid Raya Al Fatah menyatakan, bahwa selama ini RMS dalam menjalankan aksinya selalu bergerak di bawah tanah.

Demi mensukseskan programnya, RMS menggunakan perantara Persekutuan Gereja Maluku (PGM), PGI dan GPM. Seluruh rencana makar RMS dikendalikan oleh PGM. Makar RMS tersebut dikemas rapi dengan polesan berita Nasional dan Internasional serta sedikit lips service pejabat teras NKRI dimasak oleh koki-koki profesional. Tidak sedikit pula dukungan sebagian besar pejabat di Ambon beragama Kristen yang notabenenya adalah pendukung separatis RMS. Demikian penjelasan Sekretaris Forum Kepedulian Muslim Maluku (FKMM), Aziz Fidmatan.


“Secara terselubung dan diam-diam, tokoh-tokoh dan anggota RMS menyusup ke berbagai sektor pemerintahan, khususnya pendidikan. Sehinga gerakan pemberontak tersebut saat ini berhasil memasang orang-orangnya di instansi tersebut. Sebagai bukti konkritnya, seluruh perkantoran pemerintahan berlokasi di daerah yang mayoritas beragama Kristen”, terang Irfan Laiso.

Bahkan sarana pendidikan seperti gedung SMU, SMP dan SMK seluruhnya berada di daerah kristen, hanya 1 sekolah SMP yang lokasinya terletak di daerah muslim, yakni SLTP 14 di Kebun Cengkeh, Sirimau, Kodya Ambon,” tambah Irfan.

Demikian juga di tingkat perguruan tinggi, lokasi pemilihan universitas yang terbesar sengaja di daerah koloni Kristen, yakni Unpatti. Dominasi pendidikan dan penguasaan perkantoran telah dijalankan sejak zaman Orde Lama berkibar hingga Orde Reformasi ini.

Kenyataan yang terjadi, Unpatti yang merupakan PTN juga digunakan sebagai sarana mendidik kader-kader RMS. Diantaranya, adanya komposisi mahasiswa dan dosen muslim dan kristen hanya berjumlah 10% dari total mahasiswa dan dosen yang ada. Mahasiswa muslim yang mengenyam pendidikan di Unpatti-pun mendapatkan tekanan dan ancaman yang beragam dari mahasiswa dan dosen Kristen.

RMS secara terang-terangan seringkali mengibarkan bendera kebanggaannya, seperti yang terjadi di kampus UKIM. Hal ini ditemui saat Kristen RMS sedang berupaya menyerang muslimin, pertengahan bulan Juni yang lalu. Selain itu, di berbagai puing-puing bangunan milik kaum muslimin yang dihancurkan pihak Kristen RMS selalu tertulis, hidup RMS, hidup Yesus.

Adapun bukti secara tertulis yang berhasil ditemukan oleh kaum muslimin adalah banyaknya dokumen yang ditemukan di berbagai gereja yang berkop surat RMS berikut program-programnya. “Itulah bukti-bukti nyata yang terlihat di lapangan,” kata sejumlah warga. Bukti-bukti inipun ditemui di propinsi Maluku Utara tepatnya di pulau Halmahera beberapa waktu yang lalu. Maka muslimin sepakat meminta pada Kapolda agar dapat bersama-sama mencari dan mengumpulkan bukti dari keterlibatan RMS itu, sehingga dapat ditempuh jalan berikutnya. (Zhr)

                                                           Dua Media Kisten Kena Batunya

Ambon, MHI (22/08/2000)

Dua media massa kristen lokal yang selama ini selalu memutarbalikkan fakta terhadap semua kejadian di Ambon, yakni lembaran Siwalima dan harian Suara Maluku akhirnya terbongkar kedustaannya. Kini orang Kristenpun tidak percaya dengan 2 media tersebut, menyusul berita provokasi 2 media lokal tersebut.

Warga Kristen dari desa Aboru, Pulau Haruku pada hari Senin (21/8), menyangkal adanya pertikaian antara pihak kristen dengan pihak muslim desa Pelauw. Pertikaian ini diberitakan oleh 2 media tersebut, padahal tidak pernah terjadi peristiwa tersebut. Mengingat warga kristen pulau Haruku tidak termakan hasutan untuk mendirikan RMS dengan membantai muslimin setempat.

Dalam pemberitaannya 2 harian RMS Kristen tersebut, dikemukakan bahwa seorang anak kecil bernama Andre Saija (9), warga desa Aboru tewas di tangan kaum muslimin Pelauw saat terjadi kontak senjata. Padahal sebenarnya dia tewas terjebak ranjau hewan yang ada di hutan P. Haruku tersebut.

Merasa diadu oleh ulah wartawan Kristen Ambon (RMS), tokoh-tokoh dari kedua desa itu tersebut mengunjungi TVRI Stasiun Ambon, untuk menayangkan bantahan akan kejadian tersebut. Ketua Tim Peduli Negeri Aboru, Wim Nahumuri menyatakan kalau Andre meninggal bukan karena terlibat pertikaian namun karena kena ranjau hewan di hutan.

Di tempat terpisah, klarifikasi serupa juga disampaikan Sekretaris Keluarga Besar Muslim Hatuhaha, Rasyid Sahubawa, dimana dia juga menegaskan tidak ada pertikaian dalam bentuk apapun di daerahnya.

Sejumlah tokoh kepada liputan MHI menyatakan, dengan kejadian tersebut membuktikan kalau permasalahan dan pertikaian di Ambon ini terjadi berlarut-larut dikarenakan 2 media kristen yang dikendalikan RMS itu sengaja memanas-manasi situasi dalam bentuk penyajian berita yang berat sebelah. Bahkan selalu menyudutkan kaum Muslimin dan mengadu domba antara Kristen yang belum termakan hasutan RMS dengan muslimin. Akhirnya membangkitkan semangat permusuhan antara Kristen dan Islam yang memang setiap saat dapat terjadi. (Zhr)


23 Agustus 2000


                
  Laskar Jihad Selamatkan Aset Telkom Maluku

Ambon, MHI (23/08/2000)
Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah menyerahkan aset PT (Persero) Telkom Propinsi Ambon yang berhasil diselamatkan dalam kerusuhan di Talake pada bulan Juni lalu. Acara penyerahan tersebut dilaksanakan pada hari Selasa (22/08) di komplek Masjid Al-Istiqomah, Tanah Lapang Kecil (Talake), kec. Nusaniwe, Kodya Ambon.

Barang-barang yang diserahkan setelah lebih sebulan diamankan dari ulah RMS yang membakar dan membumihanguskan Telkom tersebut antara lain puluhan perangkat komputer branded Pentium III, monitor dan peralatan berat milik PT Telkom.

Peralatan elektronis mewah tersebut ditaksir senilai satu milyar rupiah. Penyerahan aset tersebut dilakukan oleh Laskar Jihad yang diwakili oleh Rafrizal dan diterima oleh Muhammad Ely, selaku wakil dari Penguasa DS & Gubernur Saleh Latuconsina, untuk selanjutnya diserahterimakan pada Kadiv. Regional dan Pelayanan Telkom Maluku, Kusnaedi Sudrajat.

Turut menjadi saksi dalam acara tersebut adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku, R.R. Hassanusi, Mayor Willem Wusan wakil aparat pemulihan keamanan Maluku serta sejumlah tokoh masyarakat Islam dan warga setempat.

Dalam kesempatan tersebut Muhammad Ely menyatakan bahwa langkah yang ditempuh oleh Laskar Jihad dengan mengamankan sementara aset Telkom untuk dikembalikan lagi sangat positif dan penuh arti. Beliau juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Laskar Jihad yang menyediakan waktu dan tenaganya untuk mengamankan barang-barang tersebut, sebab kejadian ini sangat langka dan mustahil dilakukan oleh perusuh Kristen RMS.

Sedangkan Kusnaedi Sudrajat menyatakan rasa salutnya berkaitan dengan penyerahan aset pemerintah yang diamankan Laskar Jihad. Semula seluruh jajaran Telkom mengira bahwasanya barang-barang tersebut telah ikut hangus terbakar bersama gedung Telkom. Ternyata peralatan milyaran tersebut masih utuh, yang diantaranya terdiri dari alat ukur, genset, forklift, komputer Intel Pentium III. Adapun bila ditotal semua, nilai keseluruhan barang-barang tersebut mencapai satu milyar rupiah.

Sementara itu, R.R. Hassanusi menyatakan bahwa langkah yang ditempuh oleh Laskar Jihad tersebut merupakan suatu hal yang pantas dan sangat sesuai sekali dengan prinsip dan ajaran Islam terutama berkaitan dengan kedatangan mereka di bumi Ambon. Tim sosial Laskar Jihad yang mengadakan operasi pengamanan aset pemerintah telah berhasil mengamankan barang-barang milyaran tersebut saat terjadi pertikaian tanggal 23 Juni 2000 seperti diberitakan MHI Edisi 23/06/2000.

Penyerahan aset pemerintah ini membuktikan bahwa Laskar Jihad dan masyarakat Muslim di Ambon menjalin kerja sama yang erat secara moral dengan Pemerintah Daerah dalam mempercepat penyelesaian konflik di Maluku.

Sedangkan Rafrizal mengemukakan, bahwa alasan Laskar Jihad menyerahkan kembali aset PT Telkom tersebut dikarenakan keseluruhannya merupakan harta milik negara yang tidak boleh dimiliki oleh masyarakat. Aset tersebut merupakan saran penunjang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang telekomunikasi. (Adr,Fzi, Zhr)


      

24 Agustus 2000

                            RMS Kristen Memanas-manasi Situasi

Ambon, MHI (24/08/2000)
Baru beberapa hari saja kota Ambon reda dari berbagai bentuk pertikaian, Kristen RMS Ambon kembali berulah dengan cara memanas-manasi situasi. Kristen RMS telah sengaja membuang sampah dalam jumlah besar di wilayah perkampungan Islam, desa Batu Merah Dalam (Bameda), kec. Sirimau, Kodya Ambon.

Kegiatan pembuangan sampah yang sudah berlangsung dalam beberapa hari terakhir ini dilakukan oleh pihak Kristen RMS dari arah Karang Panjang, dimana posisi kampung Kristen ini letaknya persis diatas kampung Bameda, dan hanya dibatasi tebing yang cukup tinggi.

Sejumlah warga Bameda kepada Liputan MHI, Selasa (22/08) menyatakan kegiatan pembuangan sampah tersebut berlangsung sejak 3 hari yang lalu dan masih berlangsung sampai saat ini, dimana sekitar 8 truk ukuran besar memuntahkan sampah di Bameda setiap pagi tanpa seizin warga setempat.

Menurut Ahmad (30), warga setempat, dengan adanya kegiatan ini menandakan kalau pihak Kristen RMS mulai memancing situasi pertikaian. Hal tersebut nampak disengaja dan memancing emosi warga, sebab daerah Bameda sebelumnya tidak pernah dijadikan lokasi pembuangan sampah. Terlebih lagi sampah yang dilemparkan dari atas tebing itu jatuh persis di samping rumah warga Bameda. Kristen RMS memang tidak pernah mau berhenti merusuh dan selalu mengharapkan agar umat Islam terpancing. Apabila muslimin menyambut hasutan RMS Kristen, maka aparat yang tidak netral segera memberondong muslimin seperti kejadian yang telah lalu.

Ahmad menilai bahwa sampah yang dibuang tersebut bukan hanya berasal dari wilayah Karang Panjang saja. “Kalau cuma dari Karang Panjang, tidak mungkin sampah yang dibuang jumlahnya mencapai bertruk-truk tiap harinya, pasti sampah itu berasal dari seluruh wilayah Kristen”, timpal Hasan.

Seluruh warga menyatakan, bila pihak Kristen RMS tidak menghentikan aksinya itu, maka warga Bameda akan mengadakan perhitungan dengan mengusir mereka, bahkan melalui kekerasan bila perlu.

Selain itu, mereka juga berharap agar Pemerintah Daerah dan Walikota memperhatikan masalah ini. Perhatian Pemerintah Daerah sangat dibutuhkan, karena pihak Kristen RMS yang selama ini menjadi pemicu dan pelaku kerusuhan pertama dapat menyukseskan misinya, yakni menyulut pertikaian kembali. “Kalau pemerintah tidak menghentikan, maka kami sendiri yang akan menindaknya”, tegas salah seorang warga. (Zhr)



  

25-26 Agustus 2000

         
                     
  Polri Segera Perkuat Maluku

Ambon, MHI (26/08/2000)
Pertikaian berlatar belakang suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) yang terjadi di bumi Maluku, khususnya kota Ambon adalah masalah nasional yang selayaknya diselesaikan oleh intern bangsa indonesia sendiri. Sehingga tidak perlu adanya intervensi pasukan asing dalam penyelesaiannya, sebab justru dengan adanya intervensi asing akan menambah konflik baru sebagaimana yang terjadi di Timor-Timur.

Demikianlah ditegaskan Kapolri Jenderal Rusdihardjo saat mengadakan kunjungan kerja sekaligus tatap muka dengan masyarakat Ambon, yang dihadiri pula oleh penguasa Darurat Sipil, Gubernur Dr. Saleh Latuconsina, Kapolda Maluku, Brigadir Jendral (Pol) Firman Gani dan Pangdam XVI Pattimura, Brigadir Jendral (TNI) I Made Yasa di Mapolres Ambon, Kamis (24/08/2000).

“Kalau bangsa kita sendiri dapat menyelesaikan permasalahan dan pertikaian di Ambon, kenapa harus meminta intervensi asing. Kita tidak akan menempuh itu semua karena ini adalah masalah nasional”, tegas Kapolri menanggapi usulan Kristen RMS yang meminta kehadiran pasukan PBB di Ambon.

Menurut Kapolri, kondisi di Ambon saat ini sudah dalam keadaan baik dan aman. Maka dalam rangka memelihara dan menjaga keamanan serta ketertiban, pihaknya dalam waktu dekat akan mengirimkan anggotanya untuk menambah personil yang ada di Maluku, khususnya pulau Ambon.

Ia menegaskan, saat ini yang dapat dilakukan oleh kepolisian hanyalah mengirimkan anggotanya ke Ambon, sehingga keamanan dan ketertiban yang tercipta dapat terjaga dan kepentingan masyarakat dapat terlayani kembali.

Kapolri juga menambahkan, tidak terlayaninya kepentingan masyarakat selama ini dikarenakan dalam tubuh Polda Maluku sendiri saat ini tercerai berai karena kerusuhan, sehingga banyak anggotanya yang meninggalkan tugas akibat terjadinya pertikaian yang berlarut-larut.

Tetapi pihaknya menyangkal kalau di tubuh Polri saat ini terdapat anggota yang disersi. Menurut Kapolri, beberapa anggotanya memang meninggalkan kesatuan, namun mereka masih berada di Ambon.

Kapolri juga menyatakan, terjadinya beberapa anggota Brimob yang meninggalkan tugas dengan tidak sah tersebut, karena saat terjadinya pertikaian persenjataannya kurang. “Senjata yang dimiliki Brimob hanya setengah saja dari jumlah anggotanya,” tandas Kapolri.

Tentang penggunaan senjata di jajaran Brimob tersebut, Kapolri mengatakan bahwa senjata itu dipakai secara bergantian. Aparat yang pulang tidak membawa senjata, namun diserahkan kepada pasukan penggantinya, hanya saja sebelum senjata sampai diserah-terimakan, sudah terjadi gegeran (pertikaian).

Saat wartawan menyinggung tentang ratusan anggota Polri beragama Kristen yang melarikan diri ke Sorong dalam rangka mencari bantuan Kristen Papua untuk membantu Kristen RMS, Kapolri tidak dapat berkelit. Kapolri hanya dapat menyatakan bahwa ia sudah mengeluarkan perintah kepada Polri Kristen yang desersi untuk kembali ke Ambon, bila tidak maka pihaknya akan mencari mereka ke daerah itu.

Kapolri menegaskan bahwa yang menjadi prioritas utama Polri saat ini adalah menjaga keamanan dan ketertiban. Setelah semuanya terkendali maka pihaknya akan melakukan usaha-usaha pengembalian sebagian senjata yang saat ini masih ada di tangan perusuh, dan akan lebih baik lagi bila para perusuh tersebut mau menyerahkannya secara sukarela. “Setelah itu baru usaha penegakan hukum”, tambahnya.

Berkaitan dengan pasukannya yang bercerai berai, ia menyatakan semuanya akan ditangani secara perlahan-lahan, sebab menyangkut masalah psikologis. “Untuk menanganinya harus dilakukan secara perlahan-lahan dan kita tidak dapat memaksa, karena saat ini masih ada rasa kekhawatiran dan ketakutan pada diri mereka,” jelasnya lebih lanjut.

Sementara itu, Gubernur Maluku Saleh Latuconsina kepada wartawan menjelaskan, pihaknya memang telah meminta kepada Kapolri untuk menambah jumlah pasukan Brimob di Ambon, guna mendukung terciptanya situasi yang lebih kondusif.

Sedangkan Jenderal Polisi (Purn) Kusparmono Irsan, dari komite HAM yang ikut dalam rombongan Kapolri menyatakan bahwa yang pertama kali harus ditangani dari tragedi Ambon ini adalah masalah kemanusiaannya, setelah hal tersebut terlaksana baru merehabilitasi bangunan dan lain-lainnya. Irsan menyarankan pemberian proteksi bagi lembaga atau kelompok yang membawa misi kemanusiaan

Bantuan
Dalam kesempatan tersebut Kapolri juga menyerahkan bantuan sebesar 2 milyar bagi para anggotanya yang disaksikan oleh Gubernur Latuconsina untuk memperbaiki kerusakan rumah-rumah personil Polri di Ambon juga menjadi sasaran perusakan dan pembakaran. Kebanyakan rumah-rumah yang rusak menimpa anggota-anggotanya yang beragama Islam.

Menurut Rusdihardjo, walaupun bersifat ala kadarnya, bantuan tersebut diberikan secara tulus dan ikhlas, dan semua dibatasi pula oleh kondisi negara sendiri yang saat ini juga memprihatinkan. “Jumlahnya masih sangat kurang, namun Kapolda harus memprioritaskan perbaikan fasilitas yang dianggap perlu,” ujarnya.

Dana sebesar itu diharapkan dapat dijadikan sebagai modal untuk mengontrak rumah bagi para bintara dan perwira, sedangkan sisanya diperuntukkan bagi dukungan logistik terhadap anggota dan mitra Polri.

Selain bertujuan memberikan bantuan kepada anggotanya, kunjungan putra dari Sukoharjo ini juga bermaksud melihat situasi dan kondisi keamanan, khususnya kondisi anggotanya yang ada di Ambon dalam melaksanakan tugas-tugas yang mulia ini.

“Sebagai sesama umat saya sangat prihatin melihat kondisi di Maluku, sebab kita semua mengetahui bahwa selama ini Maluku terkenal daerah yang damai dan tenang serta memiliki alam yang sangat indah. Bahkan Maluku juga menghasilkan putra-putra yang berbudi elok. Semua petaka itu terjadi di luar kemampuan kita dan sebagai umat beragama kita yakin kalau malapetaka ini akan berakhir kalau kita mau berusaha mengakhirinya”, tambah Kapolri.

Kapolri juga mengungkapkan dibandingkan 2 kali kunjungannya ke Ambon, yakni 2 bulan yang lalu bersama Megawati, dan 3 bulan yang lalu ketika mengikuti Panglima TNI, saat ini kondisi di Ambon telah mengalami banyak kemajuan, diantaranya anak-anak sekolah dapat belajar kembali.

“Ini kemajuan, karena bagaimanapun anak adalah titipan Allah yang harus kita rawat dan pelihara serta dipersiapkan hari depannya. Sesungguhnya kita berdosa apabila tidak menghantarkan mereka menjadi manusia yang berguna bagi agama dan bangsa”, ungkap Kapolri.

Di akhir keterangannya, Kapolri juga menyatakan penyesalan terhadap tindakan adu domba sekelompok orang di bumi Ambon. “Kami heran kok tega-teganya mereka memprovokasi warga, sehingga warga Ambon yang terkenal ramah, cinta seni, sekarang bercerai berai. Siapapun yang melihat akan sedih terhadap semua ini,” tambah Kapolri. Memang tangan-tangan asing yang mengacaukan NKRI tidak bosan-bosannya melanjutkan misinya lewat RMS Kristen. (Zhr)

             

27 Agustus 2000


   
                
RMS Kristen Cuci Tangan

Ambon, MHI (27/08/2000)
Ummat Kristen Ambon yang berada dibawah payung RMS yang merekayasa terselenggaranya Kongres Rakyat Maluku pada awal bulan lalu, kini telah terancam kegagalan. Muslimin telah memahami benar bahwa langkah-langkah Kristen RMS tersebut hanyalah sebagai upaya menghilangkan jejak terhadap semua tindakan makarnya setelah membantai umat Islam pada peristiwa ‘Iedul Fithri Berdarah 19 Januari 1999 lalu.

Gerakan yang dilancarkan Kristen RMS saat ini yakni mengusulkan pada Penguasa Darurat Sipil Maluku, Dr. Saleh Latuconsina, untuk membentuk Satuan Tugas Hukum (Satgaskum). Satgaskum ini difungsikan untuk membantu pemerintah dalam menegakkan hukum dan mengadili pihak-pihak yang berbuat kerusuhan selama ini.

Gagasan tersebut dikemukakan oleh tokoh-tokoh Kristen RMS yang selama ini menjadi provokator dan penggerak massa dalam menghancurkan umat Islam, diantaranya Richard Louhenapessy, SH, Pdt. Ruhulessin, Paul Mantulamenten dan pastor Agus Ulahayaan. Acara penyampaian pendapat ini dikemukakan saat mengadakan sharing diskusi di hotel Amans, Rabu (16/08), yang lalu.

Rencana busuk 4 tokoh RMS ini akhirnya tercium oleh muslimin. Pihak Kristen Ambon menyatakan kepada Pemerintah Daerah bahwa komposisi Satgaskum terdiri dari orang Islam dan Kristen. Padahal, dalam program tersebut tidak satupun orang Islam yang faham benar masalah di Maluku yang diikutsertakan dalam Satgaskum.

Setelah diselidiki secara cermat ternyata tujuan pokok pembentukan Satgaskum, yakni untuk mengkambinghitamkan TNI AD dan Laskar Jihad sebagai pengacau di Maluku. RMS Kristen menuduh dua komponen yang menjadi penyebab utama kekacauan tersebut diusulkan untuk segera dipulangkan.

Menurut tokoh Kristen RMS, pemulangan Laskar Jihad dengan dikumpulkan di Lantanal Halong, untuk selanjutnya dievakuasi memakai kapal perang TNI AL. Memang pada akhirnya pemerintah Maluku memulangkan TNI AD yang dituduh terlibat seperti Batalyon 303 Jabar serta Den Zipur V Brawijaya. Padahal masyarakat setempat menyaksikan netralnya tentara TNI AD tersebut sehingga mampu memukul mundur perusuh RMS yang selalu memancing terjadinya pertikaian.

Namun disaat oknum TNI/Polri tidak bersikap netral, seperti tindakan personel Kostrad 509, 621, 622, 623 menembaki 6 anak-anak, maka Satgaskum maupun LSM HAM serta Komisi HAM PBB yang saat ini sudah berada di Maluku tidak menganggap sebagai pelanggaran HAM. Demikianlah tindakan makar RMS Kristen yang didukung penuh oleh dunia Kristen Internasional.

Dalam pertemuan yang membahas sekitar Satgaskum tersebut, keempat provokator Kristen RMS ini juga tidak segan-segan menuduh para elit politik di Jakarta sebagai penyebab utama kerusuhan di Ambon. Padahal aliran dana untuk para perusuh RMS terus mengucur dari Jakarta serta berbagai negara Kristen semenjak awal Januari 1999, ditambah personel preman Ambon di Jakarta hingga kini tidak pernah dipermasalahkan.

Begitulah perkataan yang keluar dari mulut najis Kristen RMS, walaupun banyak bukti dan fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa pelaku utama dalam kerusuhan di Maluku dari Kristen RMS sendiri. Toh, tokoh-tokoh RMS itu masih saja mengelak, bahkan mengatakan kalau orang lain sebagai pelakunya. Mereka justru balik menuduh Laskar Jihad, yang baru hadir bulan Mei 2000, sebagai provokator utama kerusuhan Maluku.

Semua perkataan dan dalih untuk mengadili pelaku kerusuhan tidaklah mungkin terlaksana, mengingat pelaku tindak kejahatan tersebut adalah Kristen RMS sendiri. Pembentukan Satgaskum tidak lain dimaksudkan agar Kristen RMS dapat lari dari tanggung jawab untuk kemudian menimpakan tuduhan pelaku kerusuhan kepada muslimin setempat maupun Laskar Jihad.

Pembentukan Forum Penyesat
Dalam upaya cuci tangan, selain menempuh langkah diatas, tokoh-tokoh Kristen RMS juga mengusulkan kepada Pemerintah Daerah untuk bersama-sama mewujudkan supremasi hukum, dengan cara mengadakan pemantauan bersama terhadap semua pertikaian dan permusuhan yang terjadi.

Kali ini, RMS Kristen berupaya menipu masyarakat Ambon untuk membentuk Forum Monitor Bersama (FMB) yang akhirnya dibentuk pada hari Rabu (13/08/2000) di Ambon. Sekali lagi, Kristen RMS berlindung di balik kata ‘kebersamaan’, sedangkan dalam forum itu tidak terdapat perwakilan dari umat Islam. Kalaupun ada wakil dari muslimin, wakil tersebut dipilih dari muslim yang tidak pernah merasakan pahit-getirnya semasa kerusuhan Ambon Babak I hingga III.

Selain kedua langkah tersebut, tokoh-tokoh Kristen RMS saat ini juga menghembuskan isu bahwa saat ini di Ambon terdapat gerakan misterius yang dilakukan oleh kelompok tertentu untuk mengacaukan kota Ambon.

Pernyataan yang sama dikeluarkan pula di berbagai media massa lokal oleh orang-orang yang selama ini justru menjadi penyebab terjadinya kerusuhan yang berkepanjangan, yakni Wakil Ketua DPRD I Fraksi PDIP Maluku, Jhon Mailoa dan Ketua DPRD II Kodya Ambon, Drs. M. J. Papilaya.

Perkataan para provokator sekaligus antek RMS tersebut dibantah Pangdam XVI Pattimura, Brigjen (TNI) I Made Yasa, kemarin (25/08). I Made Yasa menegaskan bahwa di Ambon tidak terdapat gerakan-gerakan misterius yang akan membuat kekacauan di Ambon, seperti dihembuskan oleh ummat Kristen.

Bahkan yang ada adalah upaya pemojokan dirinya yang dinyatakan bertanggung-jawab atas peristiwa kalahnya RMS di Poka-Rumah Tiga beberapa waktu yang lalu oleh Pdt, A. J. Jamborrnias. Demikian kejinya RMS Kristen yang menghujat TNI AD dan memojokkan petinggi TNI sekalipun, padahal kerusuhan Poka-Rumah Tiga dipicu oleh ulah Kristen yang membakar masjid di kampus Unpatti yang berada di kawasan elit Poka-Rumah Tiga (3/7).

Demikianlah usaha, manuver dan makar-makar separatis Kristen RMS dalam upaya mengalihkan perhatian dan membersihkan diri terhadap tindakan biadabnya terhadap umat Muslim. Tindakan Kristen RMS ini tidak lain hanyalah upaya untuk mencari kambing hitam, agar boroknya yang sudah nampak, yaitu sebagai pelaku penyerangan terhadap umat Islam pertama kali, tidak dijamah pengadilan.

Padahal, kalau para provokator dan pelaku penyerangan terhadap umat Islam tersebut tidak diadili, maka pertikaian dan permusuhan di Ambon tidak mungkin dapat selesai. Derita yang dialami umat Islam akibat penyerangan Kristen RMS selama kerusuhan berlangsung sangatlah pedih. “Umat Islam menuntut agar pelaku penyerangan pertama pada tanggal 19 Januari 1999 diadili,” kata ketua Dewan Eksekutif Front Pembela Islam Maluku (FPIM), M. Husni Putuhena, SH. (Zhr)


                                                      Laskar Jihad Dakwah ke Waiheru

Ambon, MHI (27/08/2000)
Keberadaan Laskar Jihad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di kota Ambon yang sudah memasuki bulan kelima, ternyata hari demi hari semakin mendapatkan simpati dari masyarakat maupun aparat.

Hal tersebut terjadi karena selama ini Laskar Jihad benar-benar melaksanakan misi dakwah di Ambon serta telah menuai hasil dakwahnya. Berbagai lapisan masyarakat yang telah mengetahui dakwah Laskar Jihad berupaya mendapatkan kesempatan mengikuti kajian penyiram rohani bahkan mengundang ustadz dari Laskar Jihad.

Salah satunya adalah permintaan warga desa Waiheru, kec. Baguala yang meminta agar Laskar Jihad mengirimkan dainya untuk membina mental kerohanian warga setempat. Mengingat banyaknya peserta yang akan hadir yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang memiliki latar belakang pengetahuan yang berbeda-beda, akhirnya Jum’at kemarin (25/8), sebanyak 5 dai sekaligus dikirim ke desa tersebut.

Dai-dai muda yang berasal dari Sumatra, Jawa dan Sulawesi tersebut diantaranya Muhammad Arif, Abdullah, Abdul Hakim, Khairul Ashab dan Umar yang bertindak sebagai pimpinan rombongan. Perjalanan menuju Waiheru, diawali dengan mengendarai mobil dari Kebun Cengkeh menuju Batu Merah. Lalu dengan menggunakan speed boat, perjalanan diteruskan dengan melintasi teluk menuju ke Kota Jawa, selanjutnya dari Kota Jawa menuju Waiheru ditempuh dengan menggunakan mobil.

Kedatangan rombongan santri ini disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat setempat. Bahkan aparat yang bertugas di desa setempat turut mengikuti pengajian tersebut. Demikianlah kiprah para dai Laskar Jihad yang ikhlas menjalankan tugas yang diemban sehingga muslimin kembali mendapatkan kewibawaannya sehingga tercapailah kondisi yang aman dan tentram di Maluku. (Adr)


28 Agustus 2000

                                        Penyusup RMS Tertembak di Diponegoro

Ambon, MHI (28/08/2000)
Suasana yang agak tenang yang tercipta di kota Ambon dalam beberapa minggu terakhir ini, akhirnya kemarin hari Sabtu (26/08) di kampung Diponegoro, kec. Urimeseng, Kodya Ambon terjadi pertikaian. Hal itu dikarenakan ulah pihak Kristen RMS dari arah kampung Tempurung yang berusaha masuk dengan cara menyusup ke kampung Diponegoro, sekitar pukul 00.30 WIT malam mendapatkan perlawanan dari muslimin setempat.

Begitu melihat ada penyusup yang berusaha memasuki kampung, maka dengan aparat yang saat itu berjaga-jaga di perbatasan antara kampung Tempurung dan Diponegoro langsung memberikan tembakan peringatan.

Namun, tidak disangka-sangka, tembakan peringatan tersebut dibalas oleh penyusup kristen dengan gencarnya, sehingga warga Diponegoro balik membalas menghujani penyusup Kristen RMS yang saat itu berhasil berusaha masuk melalui arah komplek pemakaman.

Kondisi kota Ambon yang malam itu tenang berubah menjadi riuh akibat tembakan yang dilancarkan oleh kedua belah pihak. Dan rentetan senjata pada malam itu baru berakhir sekitar pukul 01.30 WIT. Dalam pertempuran tersebut 1 orang penyusup tewas dan diperkirakan puluhan orang luka-luka, sedang di pihak kaum muslimin tidak terdapat korban apapun.

Menyikapi kejadian tersebut, warga Diponegoro menyatakan kalau usaha penyusupan tersebut sudah dipersiapkan. Selain jumlahnya banyak, RMS Kristen juga membawa persenjataan yang lengkap.

Menurut warga setempat, keberanian orang-orang Kristen RMS menyusup ke wilayahnya dimungkinkan mereka mempunyai perkiraan kalau aparat dari Yon 405 yang ditempatkan di kampung Diponegoro dan sekitarnya sudah ditarik pada hari Jumat (25/08/2000).

Sedangkan salah satu komandan kesatuan TNI AD Kostrad Batayon 405 mengatakan, rencana penarikan dari Diponegoro memang telah ada, namun melihat perkembangan yang terjadi di lapangan, rencana tersebut ditunda.

Staf Ahli Bidang Penerangan Darurat Sipil Daerah Maluku, Drs. John Tomasoa dan Mayor TNI. M Luther Jari, membenarkan ketegangan akibat rentetan tembakan dan jatuhnya korban.

"Pengerahan dua panser ke Manggadua guna mengantisipasi kemungkinan eskalasi tembakan lebih marak, menyusul sejumlah peluru mengarah ke bangunan gardu listrik di kediamanan Gubernur Maluku, Saleh Latuconsina," kata Tomasoa.

Insiden penyusupan yang berakhir dengan pertikaian ini membuktikan, bahwasanya ajakan untuk menciptakan kondisi tenang dan aman yang digembar-gemborkan oleh tokoh-tokoh Kristen RMS hanya sebagai taktik saja. Padahal hatinya masih menyimpan rasa permusuhan yang membara dengan tetap merencanakan pemulihan kekuatan untuk menghantam umat Islam.

Selain itu pihak Kristen RMS juga mengotori sekaligus menentang upaya dari penguasa darurat sipil, Gubernur Saleh Latuconsina, yang berusaha menciptakan perdamaian di kota Ambon.

Demikianlah sifat orang Kristen RMS selalu saja mendahului menyerang umat Islam, dan ini bukan terjadi satu atau dua kali saja melainkan sering terjadi sejak terjadinya kerusuhan 19 bulan yang lalu. “Ini adalah buktinya, ketika umat Islam banyak yang sudah terlena dengan bujuk dan rayu tokoh-tokoh Kristen RMS di pemerintahan daerah maupun DPRD Maluku yang disuarakan di berbagai media massa kristen dan pamflet-pamflet, untuk menciptakan dan menjaga kondisi keamanan bersama, mereka menyusun kekuatan untuk menikam dari belakang,” kata Muhammad, warga setempat. (Zhr)

29 Agustus 2000


                                                     
                                                   
  
Batalyon 405 Purna Tugas

Ambon, MHI (29/08/2000)

Terciptanya kerja sama yang baik antara warga kampung muslim Diponegoro, kec. Nusaniwe, Kodya Ambon dengan aparat dari kesatuan Kostrad Batalyon 405 Banyumas berakhir dengan penuh keharuan. Kesatuan Yon 405 yang ditugaskan mengamankan wilayah Diponegoro tersebut terhitung sejak Senin (28/08) dikarenakan masa tugasnya di Ambon sudah berakhir. Bukti kekompakan dan jalinan erat antara aparat dan warga, kemarin malam (28/08) dilakukan silaturrahmi antara personil Yon 405 dan warga.

Acara silaturrahmi tersebut tersebut digelar secara sederhana di kediaman salah satu warga, yang dihadiri oleh tokoh-tokoh kampung Diponegoro, Laskar Jihad dan Danki Letda Kuncoro dan perwakilan aparat penggantinya dari Batalyon 527 Lumajang, Jawa Timur. Diharapkan kompi dari Batalyon 527 tersebut tidak seperti kompi lainnya, yang pernah membantai anak-anak kecil, sehingga daerah Diponegoro yang sering diserang oleh separatis Kristen RMS dapat terjaga keamanannya.

Letda (TNI) Kuncoro mengucapkan terima kasih atas sikap Laskar Jihad dan warga Diponegoro yang selama sangat kooperatif dengan aparat dalam menjaga keamanan. Bahkan perwira lulusan Akabri yang masih muda tersebut meminta kepada warga agar tetap menjaga wilayahnya sendiri. “Untuk menciptakan keamanan, jangan hanya mengandalkan keberadaan aparat saja, tetapi harus masyarakat harus bersikap proaktif”, katanya.

Dalam kesempatan yang sama, tokoh-tokoh warga Diponegoro tersebut selain mengucapkan terima kasih kepada Yon 405, juga meminta kepada aparat penggantinya agar dapat bekerja sama dengan warga dalam mengamankan wilayah Diponegoro dari serangan pihak separatis RMS. “Ini adalah sebagai bukti kerja sama kami dengan aparat, dan tidak mungkin kegiatan seperti ini kami lakukan kalau kami tidak punya hubungan yang harmonis”, ujar Muhammad, tokoh masyarakat Diponegoro.

Masih menurut Muhammad, silaturrahmi antara warga dan aparat ini adalah kejadian yang langka di seluruh Ambon. Bahkan baru pertama kali dilangsungkan di P. Ambon, yakni di desa Diponegoro. Semua ini terjadi karena penghuni kampung adalah masyarakat muslim yang memang mendukung NKRI dan membantu pemerintah dalam upaya pemulihan keamanan.

“Suasana seperti ini tidak mungkin terjadi di daerah Kristen, sebab selama ini menolak kehadiran aparat. Bahkan sudah puluhan nyawa aparat yang melayang ketika menjalankan tugas di daerah Kristen RMS, dan itu terjadi karena pihak Kristen adalah pemberontak. Sebab buat apa mereka menyerang dan membunuh aparat kalau bukan pemberontak NKRI”, lanjut Muhammad setengah bertanya. (Zhr)


                                                   
   RMS Menahan Speed-boat Raja Laha

Ambon, MHI (29/08/00)

Ambon yang telah relatif aman semenjak meletusnya insiden Diponegoro 3 hari lalu, hari Senin kemarin (28/08) separatis Kristen RMS berulah kembali. Kristen RMS yang berada di desa Hative Besar menahan speedboat milik Raja Laha (sebutan untuk kepala desa di Maluku, red), Franky Wahon.

Penahanan speedboat ini menjadikan suasana dua desa bertetangga di kecamatan Baguala tersebut tegang, dan sempat terjadi konsentrasi massa utuk mengadakan penyerangan. Hal ini terjadi karena Kristen RMS di Hative Besar bersikukuh tidak mau menyerahkan speedboat yang ditahan, bahkan RMS Kristen meminta uang tebusan sebesar Rp. 5000.000,00.

Menurut raja Franky, menjelang malam speedboatnya disandarkan di dermaga speedboat Laha, namun pagi harinya speedboat tersebut sudah tidak ada ditempat semula, yang tertinggal hanya tali pengikatnya yang telah putus.

Warga Laha yang memiliki keahlian menyadap HT menyelidiki percakapan RMS, akhirnya didapat informasi bahwa speedboat yang dicari-cari dicuri RMS Kristen desa Hative Besar.

Melalui perantara aparat keamanan, Franky berusaha meendapatkan kembali speedboatnya, namun tidak berhasil sebab Kristen RMS di Hative Besar meminta tebusan uang yang lumayan besar, yakni lima juta rupiah.

Saat itu juga raja Franky langsung menghubungi Penguasa Darurat Sipil Latuconsina, selanjutnya Penguasa Daerah Sipil tersebut memerintahkan aparat untuk segera menanganinya. Setelah ditangani para komandan dari berbagai kesatuan TNI diantaranya Kostrad, Paskhas TNI AU dan Marinir TNI AL, akhirnya speedboat dapat diambil kembali namun masih menggunakan tebusan sebesar 1 juta rupiah.

Sejumlah warga di Laha menegaskan, bila dalam waktu dekat speedboat tidak dikembalikan maka akan terjadi perang besar-besaran. Apalagi Hative Besar merupakan daerah pertama yang mengobarkan permusuhan dengan umat Islam sebelum terjadinya penyerangan pertama, 19 Januari silam. Demikianlah sikap RMS Kristen yang selalu mengobarkan permusuhan dan memancing meletusnya pertikaian antar warga muslim dan pasukan merah RMS. (Zhr)


                                                      Laskar Jihad Gelar Kajian Remaja


Ambon, MHI (29/08/2000)
Kehadiran Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah di kota Ambon yang membawa misi dakwah dan kemanusiaan benar-benar terwujud secara menyeluruh. Selain mengadakan kajian bersama masyarakat di masjid-masjid, Laskar Jihad juga mengadakan kajian bagi remaja dan pelajar

Seperti yang dilaksanakan pada hari Jumat (27/08) sekitar 500 remaja dari tingkat pelajar SMU dan SMK mengikuti dengan penuh perhatian kegiatan pengajian remaja di Masjid Raya Al Fatah, Ambon. Kegiatan ini didukung juga oleh pemuda muslim yang tergabung dalam Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) Ambon.

Dalam pengajian tersebut, Abu Bakar Silawane, pimpinan daerah IRM Ambon memberikan sambutan dan wejangan yang ditujukan pada peserta yang hadir di masjid tersebut. Beliau mengingatkan agar para pemuda yang disibukkan dengan kegiatan sehari-hari, baik di sekolah maupun di tengah masyarakat, tidak melalaikan kewajiban yang dibebankan agamanya.

Dikatakan pula bahwasanya musuh-musuh ALLAH, yakni orang-orang Yahudi dan Kristen membidik generasi muda Islam untuk menghancurkan agama Islam. Maka musuh-musuh ALLAH tersebut menggoda dengan kenikmatan dunia sehingga para pemuda Islam lupa akan diri dan agamanya.

Menurut Abu Bakar, kajian IRM biasanya diadakan secara rutin 3 kali dalam 1 bulan, namun sejak terjadinya kerusuhan di Maluku, kegiatan itu hanya dapat dilaksanakan dalam 1 kali dalam sebulan. Maka Abu Bakar menyatakan rasa salutnya pada Laskar Jihad yang menggencarkan kembali pengajian yang sekian lama telah terbengkalai menjadi setiap Ahad (4 kali dalam sebulan).

Kajian remaja yang diisi oleh Ketua Dewan Pembina Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah, Ustadz Jauhari Lc. tersebut diikuti oleh para pelajar dari berbagai SMU dan SMK diantaranya SMU Negeri 3 Ambon, SMU Muhammadiyah, Madrasah Aliyah Al Fatah dan masih banyak lagi. Kajian tersebut dimulai pada pukul 09.45 WIT hingga 10.30 WIT. Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan pembukaan forum tanya jawab selama minimal setengah jam.

Dalam kajian tersebut, Ustadz Jauhari mengutarakan pentingnya kedudukan masjid didalam Islam dan pentingnya menghormati masjid. Bahkan beliau menjelaskan pentingnya peranan generasi muda Islam sebagai garda terdepan yang memanfaatkan dan menjadi kedudukan masjid. Ustadz Jauhari juga mewasiatkan agar para pemuda agar memanfaatkan waktu mudanya untuk banyak beribadah kepada ALLAH sebelum tiba waktu tuanya. (Adr, Fzi).


30 Agustus 2000

Aparat Pro RMS membunuh TNI

Ambon, MHI (30/08/2000)

RMS Kristen yang telah puluhan tahun mempersiapkan makarnya atas NKRI kini kian terbongkar. Ternyata bukan hanya Max Tamaela saja yang menjadi kader RMS, Kolonel Siswanto yang semula muslimpun rela meninggalkan agamanya demi kepentingan dunia. Hasil pembusukan RMS lewat kaderisasi atas anggota TNI/Polri asal Maluku inilah yang menyebabkan terjadinya penembakan antar aparat pro NKRI dan aparat pro RMS, seperti terjadi pada hari Ahad (27/08) kemarin.

Aparat yang semestinya bertugas dengan sikap netral ternyata masih memiliki loyalitas pada para pendeta ekstrimis Kristen serta pemimpin-pemimpin RMS di luar dan dalam negeri yang selama ini menjadi provokator sejati kerusuhan Maluku.

Dalam peristiwa penembakan tersebut, aparat pro RMS ini tega menghabisi temannya sendiri yang masih dalam satu matra. Prajurit Dua (TNI) Mulyono (25) yang bertugas mengambil senjata dari gudang senjata Peralatan Kodam XVI Pattimura akhirnya meninggal setelah ditembak aparat pro RMS tersebut.

Prada Mulyono yang beragama Islam tersebut meninggal sesaat setelah kepalanya ditembak dalam jarak tembak efektif yang dilakukan oleh oknum sejawatnya di Paldam yang beragama Kristen Protestan.

Kejadian ini berawal saat dirinya bersama rekannya satu kesatuan yang bernama Muhammad Bahrun Dailen hendak mengambil senjata di Gudang Paldam, SKIP Karang Panjang, kec. Sirimau, Kodya Ambon, Ahad (27/8) sekitar pukul 20.15 WIT.

Namun tanpa dinyana, dua prajurit Kodam Pattimura yang beragama Islam tersebut diberondong oleh penjaga gudang yang dipastikan beragama Kristen pro RMS dari arah samping kanan sehingga langsung mengenai kepalanya. Pelaku penembakan tidak sempat dikenali oleh Muhammad Bahrun maupun rekan-rekannya yang lain. Akhirnya Mulyono meninggal ditempat karena kepalanya bagian kanan terbongkar (hancur) dihantam timah panas.

Sedangkan rekannya Muhammad Bahrun menderita luka tembak di leher, di tangan dan saat ini kondisinya kritis. Saat itu juga keduanya dilarikan menuju ke RS Darurat Al Fatah, namun dalam keadaan kondisi Mulyono sudah tidak bernyawa lagi, sedangkan Bahrun yang keadaannya kritis. Mengingat keterbatasan peralatan pengobatan di Al Fatah, akhirnya Bahrun dan jasad Mulyono dibawa ke Rumah Sakit Tentara Ambon.

Saat liputan MHI melakukan pengecekan di kamar mayat RST Ambon, kepala Mulyono tersebut pecah dan isinya berhamburan keluar. Selain itu darah masih tetap mengalir dan membasahi alas pembaringan jasadnya. Sementara itu, Bahrun sedang menjalani operasi jenis berat untuk mengatasi luka tembak di beberapa bagian tubuhnya.

Sejumlah aparat TNI/Polri yang MHI temui di RS Al Fatah maupun RST membenarkan bahwa Prada Mulyono tewas terkena tembakan, namun belum jelas siapa pelakunya. Saat ini petugas Detasemen Polisi Militer Maluku di markas sedang mengusut aparat Paldam yang diperkirakan terlibat dalam aksi pembunuhan tersebut.

“Mereka pasti ditembak oleh penjaga gudang yang beragama kristen, sebab yang menjaga sekaligus membukakan pintu tersebut adalah penjaganya. Sebab selama ini petugas penjaga gudang senjata Paldam sebagian besar adalah orang Kristen,” kata seorang aparat di komplek RST.

Kejadian ini secara spontan memicu terjadi konsentrasi massa di wilayah-wilayah muslim, seperti di Batu Merah, Waihaong dan komplek masjid Raya, Al Fatah. Bahkan massa yang berkerumun tersebut telah yakin bahwa yang membunuh Prada Mulyono adalah aparat Kristen pro RMS. “Siapa lagi kalau bukan mereka, sebab yang ada di lokasi kejadian hanya orang Kristen, apalagi selama ini Paldam didominasi oleh orang Kristen,” kata Husein.

Pemutarbalikan Fakta
Kejadian penembakan yang telah menemui titik terang pelakunya, ternyata Dansektor, Kolonel Siswanto, yang murtad dari Islam ini memutarbalikkan fakta mengenai sebab-musabab peristiwa tersebut.

Kolonel Siswanto menyatakan bahwa yang menjadi penyebab tewasnya Mulyono bukan tembakan dari orang lain. Menurutnya peristiwa ini terjadi karena kesalahannya sendiri, yakni ketika mengambil senjata pelatuk tersenggol kawat, sehingga peluru yang didalamnya menghujam kepalanya.

Namun pengkaburan fakta dan akal bulus Siswanto yang memusuhi umat Islam ini tidak dapat menutupi kebusukan aparat yang mendukung RMS. Melihat posisi saat ditemukannya korban, serta bagian-bagian yang terluka tidak mungkin dijangkau oleh tangannya sendiri.

Apalagi korbannya bukan hanya Mulyono, tetapi juga rekannya Bahrun yang menyertai dirinya. Dapat dipastikan tembakan berondongan tersebut sama sekali bukan dari kealpaan Mulyono, melainkan tembakan yang disengaja oknum aparat Paldam yang mendukung secara tidak langsung atas gerakan RMS.

Pendapat tersebut bukannya tanpa beralasan, karena menurutnya tidak mungkin kedua korban diatas terkena senjatanya sendiri, sebab semua senjata yang masuk ke gudang dipastikan sudah kosong. Dan saat itu dia akan mengambil senjata digudang. “Berarti khan senjata dalam keadaan kosong,” kata beberapa warga.

Warga muslimin setempat menyatakan bahwa apa yang dikatakan Siswanto tersebut merupakan tindakan makar dan upaya membelokkan permasalahan dengan membuat skenario yang dapat melindungi anak buahnya yang Kristen. Bahkan para tokoh muslimin ini menegaskan bahwasanya Dansektor tersebut terlibat dalam gerakan separatis RMS.

Indikasi kuat keterlibatan Dansektor tersebut ini ditandai fitnah yang dilancarkan Dansektor Siswanto sehingga tanpa reserve para prajurit TNI yang baru datang sehingga langsung menembak mati 6 anak-anak kecil muslim. Kemudian dilanjutkan dengan instruksi sweeping yang tidak manusiawi dan terkesan seperti perampokan atas muslimin beberapa waktu yang lalu. Terakhir, Dansektor Siswanto menyatakan tanggapan yang sangat miring atas kejadian penembakan Mulyono.

Nampak juga rekayasa yang dibuat-buat oleh pihak Paldam dengan keengganan hadirnya aparat dari Paldam semenjak korban masuk RS hingga penguburannya. Bahkan hingga pukul 23.30 WIT dari Paldam tidak ada yang melihat mayat Mulyono di kamar jenazah RST dan mengunjungi Bahrun sebagai rasa keprihatinannya.

Menurut beberapa aparat Kodam, saat ini komplek Paldam di blokir dan aparat dari kesatuan tersebut tidak boleh keluar. “Ini bukti adanya rekayasa lebih lanjut, sebab kalau dibiarkan keluar, informasi yang sebenarnya pasti akan terkuak serta bukti-bukti yang diperlukan akan dapat diketahui,” kata Ali kepada MHI.

Beberapa pemuka agama Islam dan perwakilan warga Ambon meminta dan mendesak gubernur selaku penguasa Darurat Sipil untuk segera menangani kejadian tersebut dan segera memecat Dan sektor murtad itu. Apabila peristiwa ini tidak diselesaikan sesuai hukum, maka seluruh muslimin siap memboikot perekonomian seluruh aparat TNI di Ambon yang diperkirakan terlibat. (Zhr)


31 Agustus 2000


                                     
                 Maluku Aman bila RMS digilas

Ambon, MHI (31/08/2000)
Berkecamuknya pertikaian yang didasari sentimen agama (SARA) di Ambon, yang saat ini memasuki bulan ke dua puluh, ternyata belum juga menampakkan perubahan yang berarti dari segi penyelesaiannya. Pemerintah sama sekali belum tanggap akan adanya gerakan RMS yang telah menewaskan ribuan ummat muslim, merusak ratusan masjid dan berbagai sarana pemerintah dan muslimin.

Selama ini situasi cenderung aman setelah muslimin sedikit banyak telah dapat mengembalikan desa-desanya yang dibiarkan pemerintah dikuasai pasukan merah. Hal ini menjadikan fakta bahwasanya suatu daerah dimanapun yang dikuasai muslim, dapat dipastikan akan aman dari berbagai gejolak pembantaian etnis non muslim.

Sebaliknya, apabila non muslim dari kalangan Nasrani dan Yahudi merasa kuat, maka pihak kafirin akan membantai muslimin secara sistematis dan terencana seperti kasus di Afganistan, Bosnia, Chechnya, Kosovo, Palestina, Kashmir, Moro, Maluku, Poso dan berbagai tempat lainnya.

Tentunya proses pembantaian muslimin tersebut didahului dengan taktik divide-et-impera dan manipulasi informasi sehingga muslimin di luar wilayah konflik terlena serta mengira pembantaian tersebut hanya pertikaian kecil yang disebabkan masalah kecil. Inilah hasil pengopinian berita-berita yang disebarkan melalui kantor-kantor berita cetak, elektronik dan online milik kafirin di seluruh penjuru dunia.

Muslimin yang bersusah-payah bangkit dari lumpur kehinaan, dengan semangat yang tersisa akhirnya mampu menguasai kembali wilayah-wilayahnya serta melumpuhkan beberapa markas RMS di P. Ambon. Kini warga muslim Ambon dapat menyaksikan adanya suatu perubahan, yakni sejak awal bulan Mei hingga akhir Agustus ini kota Ambon berangsur-angsur pulih. Keadaan tenang ternyata dapat dicapai apabila muslimin memegang kendali atas perekonomian, transportasi maupun gedung-gedung penting lainnya.

Melalui pembicaraan Handy Talky (HT), Orari maupun telpon yang berhasil disadap, didapati pihak RMS kini telah kalang-kabut mencari bantuan negara-negara donornya. Bahkan pelabuhan AL yang netral sering dipakai untuk tempat transitnya RMS yang hendak mengungsi ke kota Tual, Kab. Maluku Tenggara. Baik menggunakan kapal Ferry, kapal Motor, Kola-kola (sejenis kapal yang kecil), Speed Boat serta kapal-kapal Pelni yang tersisa. Inilah balasan dari ALLAH atas tindakan mereka sebelumnya terhadap umat Islam.

Muslimin kini sudah merasa bersyukur atas keberhasilannya menumpas gerakan separatis RMS. Dapat dibayangkan suasana yang tegang, mencekam mulai berganti suara-suara muadzin yang lantang mengumandangkan panggilan sholat di reruntuhan masjid ataupun di masjid-masjid yang tersisa. Muadzin tidak perlu takut terkena ancaman M16 dan AK47 yang biasa dipakai RMS mewujudkan cita-citanya di Kepulauan Maluku. Pasar-pasar tradisional milik muslim telah mulai ramai dihuni para pedagang serta dikunjungi oleh para pembeli.

Tidak kalah ramainya suasana di perkantoran pemerintah yang telah dapat direbut dari tangan RMS. Seperti kantor Telkom di Talake yang sempat dibumihanguskan oleh pasukan merah setelah merasa pihaknya tidak mampu lagi menahan serangan muslimin yang mencoba membebaskan gedung Telkom.

Rekonsiliasi Tipu Daya RMS
Kini tengah dilancarkan oleh pihak Kristen yang telah berjalan lebih satu tahun, seuntai kata-kata yang manis penuh rayuan berbisa yakni Pela Gandong. Hampir-hampir umat Islam terpedaya dan terlena oleh bualan racun para tokoh-tokoh Kristen RMS, baik yang ada di pemerintahan maupun yang tergabung dalam tubuh Persekutuan Gereja Maluku (PGM) yang saat itu menggembar-gemborkan perdamaian dan persaudaraan.

Begitulah sifat pemberontak RMS, disaat umat Islam terlena terhadap tipudaya pihak Kristen melalui ajakan perdamaian, maka dengan leluasa pihak Kristen menyusun kekuatan lagi untuk menikam dari belakang, sehingga meletuslah kerusuhan jilid kedua, Juli 1999.

Pada babak kedua tragedi pembantaian pihak RMS atas muslimin Maluku inilah ribuan umat Islam dibantai, ratusan masjid terbakar dan ribuan rumah warga muslim dijarah dan dibakar, serta ratusan ribu orang mengungsi dan sebagian memenuhi masjid raya Al Fatah serta mengantri di pelabuhan Pelni, Yos Sudarso.

"Dibandingkan dengan kondisi beberapa bulan yang lalu, saat ini kami sudah merasa cukup senang dengan semua yang dicapai oleh umat Islam, sehingga saat ini kami dapat bersyukur dapat melupakan sejenak penderitaan kami," kata Oma Saleh, di lokasi pengungsian Waihaong.

Menurutnya, sejak rumahnya di Batu Gajah dijarah dan dibakar orang-orang kristen pada kerusuhan pertama, dirinya menyatakan tidak punya apa-apa lagi. Walaupun begitu, saat ini nenek yang sudah udzur tersebut mengaku gembira dengan keberhasilan umat Islam memukul mundur bahkan membalikkan situasi, yakni gantian orang kristen yang mengungsi.

Salah seorang tokoh muslimin Batu Merah menyatakan kalau memang Kristen hendak berdamai dengan berlindung di belakang Pela Gandong serta terjadinya pertemuan para tokoh adat dan agama, maka semestinya dipastikan masalah akan selesai dengan baik. Kenyataannya tidak sesuai harapan, sebab akar permasalahannya adalah munculnya cita-cita berdirinya RMS oleh ummat Kristen Maluku tidak pernah dipikirkan oleh pemerintah pusat.

Namun dibalik keberhasilan yang dicapai oleh umat Islam ini menjadikan pihak kristen tidak dapat duduk tenang dan bernapas dengan lega, sehingga melalui tokoh-tokoh mereka yang ada di pemerintahan, DPRD maupun di PGM berusaha melakukan tipudaya terhadap umat Islam dengan dalih perdamaian.

Melalui tokoh mereka seperti Jhon Mailoa, Bito Temar serta tokoh-tokoh gereja yang notabene mereka juga tokoh dan penggerak gerakan sparatis Republik Maluku Sarani (RMS), mulai melancarkan serangan dalam bentuk isu dan ajakan kepada warga Ambon untuk mengadakan perdamaian, melalui dua harian Kristen lokal yakni Suara Maluku dan Siwalima.

Dalam rangka mewujudkan semua ide sekaligus akal bulus tersebut Kristen RMS melakukan manuver ke Jakarta, Swiss, Belanda, Inggris guna mencari dan mendapatkan dukungan dari pemerintah dan PBB yang tentunya disertai keterangan data dan bukti yang palsu. Bahkan RMS juga meminta Persatuan Gereja Indonesia (PGI) dan Organisasi Gereja Internasional untuk merayu dan menipu pemerintah pusat serta PBB.

Sebagai hasilnya, saat ini "strategi baru" baru yang disiapkan telah mendapatkan dukungan dari PGI. Seperti pernyataan Direktur Litbang PGI, Dr. Karel Phil Erari, yang mengatakan kalau untuk menyatukan visi maka diperlukan rekonsiliasi.

Ide busuk penuh tipudaya ini telah diketahui oleh seluruh tokoh muslim di Ambon sehingga rencana rekonsiliasi ini ditentang sebab walaupun sudah berkali-kali langkah tersebut ditempuh, namun selalu saja berakhir dengan pengkhianatan RMS Kristen, yakni RMS menyerang umat muslim terlebih dahulu.

Ketua DPW PPP Maluku, Lutfi Sanaki, SH dalam mensikapi permasalahan tersebut menjelaskan bahwa pihak muslim tidak akan lagi terjerumus untuk yang kesekian kalinya, yakni tertipu ide perdamaian dan rekonsiliasi. Beliau menegaskan akan menolak semua bentuk rekonsiliasi atau ajakan damai dalam bentuk apapun. Pernyataan Lutfi tersebut didukung pula oleh sejumlah tokoh agama dam masyarakat di Ambon.

Menurut Lutfi, walaupun di kemudian hari ada pertemuan antara pihak Kristen dan Islam maka, yang menjadi pokok pembicaraan bukan lagi kesepakatan mencari perdamaian tetapi meminta pertanggung-jawaban Kristen serta menawarkan bargaining position (pembagian posisi) kepada pihak kristen.

Hal ini harus dilakukan mengingat selama ini umat Islam dipinggirkan oleh orang-orang Kristen di berbagai sektor kehidupan dan pemerintahan, baik di bidang hankam, pendidikan, sosial politik. Pihak Kristen yang berupaya menguasai semua instansi pemerintah dengan menempatkan orang kristen sebagai pucuk pimpinan. Padahal muslimin sudah banyak yang menyandang gelar Doktor maupun Profesor serta komposisi penduduk Maluku didominasi umat Islam. Demikianlah tipu daya Kristen RMS dari hari ke hari yang menghalalkan segala cara dan mau mengorbankan apa saja demi tercapainya kedaulatan atas wilayah Kepulauan Maluku Bagian Selatan dengan nama Republik Maluku Sarani. (Zhr)