untuk informasi

send an email

YAYASAN  ISLAM  RIYADHUL  JANNAH


 

 

Mukadimah

Buletin

Aqidah

Manhaj

Info Maluku

Tanya-Jawab


9 Agustus 2000

Lagi, Kristen Waai Masuk Islam

Ambon, MHI (09/08/2000)
Atas berkat rahmat dan hidayah ALLAH jua, kini seorang wanita kristen bernama Netty Laumarisa menyatakan masuk Islam pada hari ini, Selasa (08/08). Muslimah yang muallaf ini berasal dari desa yang sama dengan wanita yang masuk Islam sebelumnya yakni dari desa Waai, kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.

Kesediaan masuk Islamnya Netty tersebut disampaikan di hadapan ustadz Muhammad Bashiron, di kediaman salah seorang warga di perum BTN Kebun Cengkih, kecamatan Sirimau, kodya Ambon, pukul 02.30 dini hari.

Menurut pengakuannya, kesediaannya masuk ke dalam agama Islam sama sekali bukan karena paksaan atau rayuan apapun. Tapi didasarkan pada pengamatannya sendiri terhadap akhlaq umat Islam, khususnya yang nampak pada keseharian tingkah laku para anggota Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah di perum BTN ini.

Sifat dan perilaku umat Islam yang menurut Netty sangat mulia terhadap orang lain sangat jauh berbeda dengan perilaku para pendeta kristen. Para pendeta ini ternyata hanya bersikap baik pada jemaatnya yang masih setia memberi sumbangan dan bantuan.

Selain itu, ia juga mengakui setelah mendapatkan bimbingan dan masukan dari ustadz Bashiron tentang agama Islam, dirinya merasa tertarik dan dapat menerima agama Islam sebagai agamanya. Keputusan menetapkan agama Islam sebagai jalan hidupnya yang baru tersebut sudah direnungkan selama lebih satu minggu. Setelah mendapat gambaran yang terang dan penjelasan yang gamblang tentang Islam dari ustadz Bashiron, akhirnya Netty menyatakan masuk Islam.

Ikrar dua kalimat syahadat Netty disaksikan beberapa warga di perumahan BTN, di bawah bimbingan ustadz Muhammad Basiron. Adapun suasana di lokasi pengikraran saat itu, hari Selasa 8 Agustus 2000 pukul 02.30 dini hari, terasa haru dengan semakin bertambahnya umat Islam yang berkunjung menyaksikan peristiwa yang sangat religius ini. “Inilah salah satu berkah dari hadirnya Laskar Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah di kota Ambon yang membawa misi da’wah dan kemanusiaan. (zhr)


                    Pihak Kristen Putar Balikkan Fakta


Ambon, MHI (09/08/2000)
Setelah ditolak merapat di pelabuhan Sorong oleh warga setempat, sejak bulan Juli yang lalu yang diberitakan MHI edisi 27 dan 29 Juli lalu, kini KM Dobonsolo kembali mengalami nasib yang serupa. Kapal penumpang yang mewah milik Pelni tersebut ditolak warga Manokwari dan Biak ketika hendak merapat di kedua pelabuhan besar di pulau Irian itu, kemarin Senin (07/08) kemarin. Bahkan penolakan kali ini lebih tegas karena pelaku penolakan adalah satuan tugas (Satgas) Papua yang mendukung Kongres Rakyat Papua.

Demi menutupi kebusukan dari para penumpang yang notabenenya anggota pasukan merah RMS, dinyatakan bahwa ada penyusup dari anggota Laskar Jihad diantara para penumpang yang menumpangi kapal tersebut. Sehingga hal ini dijadikan alasan oleh Pemda setempat serta Satgas Papua untuk menolak kehadiran pengungsi RMS tersebut. Menanggapi pernyataan tokoh-tokoh kristen tersebut, kalangan muslimin Ambon menuduh pihak Kristen Papua hanya menutup-nutupi adanya eksodus RMS ke Papua dengan mengkambinghitamkan Laskar Jihad.

Padahal seperti diketahui bersama sejak awal konflik di Maluku tahun 1999, umat Islam Ambon tidak pernah menumpang KM Dobonsolo tersebut, sebab kapal ini hanya melayani jalur Surabaya-Bali-Kupang-Ambon-Irian, yang merupakan jalur pelayaran ‘merah’. Apalagi di Ambon, KM Dobonsolo tidak pernah mau bersandar di pelabuhan Yos Sudarso, pelabuhan yang dikuasai pihak Muslim, tetapi merapat di Halong, yang cenderung memfasilitasi Kristen RMS.

Jadi sangat aneh sekali kalau kapal tersebut mengangkut Laskar Jihad, karena sejak lama umat Islam tidak menggunakan kapal tersebut, kalau tidak percaya silahkan datang ke Ambon, untuk membuktikan semua fakta di atas,” kata Muhammad kepada Liputan MHI di Ambon, kemarin (07/08/2000).

Masih menurut Muhammad, semua pernyataan tokoh-tokoh Kristen tersebut merupakan upaya pengkaburan dan penghilangan jejak kebusukan Kristen RMS, sebagaimana pihak Kristen RMS juga sering menuduh Cendana berada di belakang kerusuhan ini. Siasat kuno ini bukan hanya dilakukan satu dua kali saja, tetapi hampir setiap kali kebusukannya terungkap, selalu menyatakan bahwa yang melakukan adalah umat Islam atau provokator Cendana. Demikianlah sifat-sifat orang kristen, yang menipu dan memutarbalikkan fakta sebagaimana diajarkan oleh agama mereka.

Demikian pula halnya dengan kasus Poso, Palu Utara, bahkan Sorong telah mulai merebak. Seorang sumber yang bernama Mukhlis, warga Sorong yang kuliah di Ternate, menyatakan bahwa kondisi Sorong sekarang mulai rawan. Pasca penggunaan nama Papua dan pembolehan pengibaran bintang kejora, warga pendatang (suku Jawa dan Bugis) yang kebanyakan muslim, nampak merasa ada perubahan sikap dari orang Papua yakni mulai overacting atas warga muslim.

Warga pendatang yang notabenenya muslim kerap diintimidasi, yakni ketika menuai hasil panen, dengan enaknya warga 'asli' ikut mengambil hasil panenan dengan mengatakan "ini punya kami, ini kan tanah Papua." Intimidasi-pun terjadi di tempat-tempat publik dengan sikap-sikap yang menunjukkan permusuhan atas muslimin di Papua. Keresahan yang sama terjadi juga hampir di seluruh pelosok Papua. Beberapa bulan ini telah terjadi perpindahan penduduk pendatang ke luar Irian, sekitar 250 mobil pribadi pergi dari Irian karena khawatir kelompok Papua Merdeka melakukan tindakan sama seperti kelompok Kristen Republik Maluku Sarani. Hanya kepada ALLAH-lah tempat memohon perlindungan. (Zhr)

 

10 Agustus 2000

Massa menghakimi Mata-mata RMS

Ambon, MHI (10/08/2000)
Buang Salayar (30) dan Labiru (32), warga Batu Merah, Kodya Ambon, pelaku pembunuhan terhadap Ibrahim Romadlon (35), anggota kesatuan Yonif 733 Ambon, akhirnya dieksekusi oleh massa, kemarin siang, hari Rabu (09/08/2000)

Aparat dari detasemen Polisi Militer tidak mampu bertindak apa-apa ketika massa merengsek masuk ke ruang penahanan mata-mata RMS yang suka mabuk-mabukan. Dua orang pemabuk yang mengaku Islam tersebut telah mengkhianati muslimin dengan membocorkan informasi serta merencanakan pembunuhan aparat Yonif 733 Banau, pada malam hari Selasa (31/7) yang lalu, di komplek pasar lama (PL), sekitar pukul 02.00 WIT.

Menurut petugas Denpom yang menginterograsi dua pemabuk ini, tindakan meraka hanya didorong oleh iming-iming sejumlah uang dua juta rupiah dari pihak kristen. Maka direncakanlah proses pembunuhan tersebut bersama ke-13 rekannya dengan mengelabui korban agar berangkat menuju lokasi yang ditentukan sebelumnya.

Sesampainya di pasar Lama, kepala Ibrohim dipukul dengan martil besi oleh Buang Salayar, setelah jatuh langsung dihujami tusukan di sekujur tubuhnya, sehingga korban saat itu tewas seketika.

Sejumlah warga muslim yang ditemui tim MHI menyatakan, mereka setuju dan mendukung terhadap keputusan dan tindakan massa terhadap 2 pengkhianat tersebut, sehingga dapat dijadikan pelajaran terhadap mata-mata yang lain, agar tidak berbuat macam-macam dalam memperjuangkan pembebasan Maluku dari RMS.

Para pengkhianat yang belum terdeteksi dan tertangkap biar dapat mengambil pelajaran dari semua itu, dimana mereka digantung di pinggir jalan dan seluruh umat mendoakan kejelekan atasnya,” jelas Ahmad, salah satu warga.

Selain 2 orang yang berhasil dieksekusi tersebut, muslim Ambon juga berhasil menangkap 3 pengkhianat lainnya, yakni Jufri dan 2 orang lainnya. Kini, masing-masing gerombolan pemabuk tersebut diamankan di asrama polisi Parigi Lima, Polres dan Denpom untuk diinterograsi, sehingga dapat mengungkap pelaku lainnya yang beberapa orang diantaranya sudah menyingkir dari Ambon. (Zhr)

10 Agustus 2000

Massa menghakimi Mata-mata RMS

Ambon, MHI (10/08/2000)

Buang Salayar (30) dan Labiru (32), warga Batu Merah, Kodya Ambon, pelaku pembunuhan terhadap Ibrahim Romadlon (35), anggota kesatuan Yonif 733 Ambon, akhirnya dieksekusi oleh massa, kemarin siang, hari Rabu (09/08/2000)

Aparat dari detasemen Polisi Militer tidak mampu bertindak apa-apa ketika massa merengsek masuk ke ruang penahanan mata-mata RMS yang suka mabuk-mabukan. Dua orang pemabuk yang mengaku Islam tersebut telah mengkhianati muslimin dengan membocorkan informasi serta merencanakan pembunuhan aparat Yonif 733 Banau, pada malam hari Selasa (31/7) yang lalu, di komplek pasar lama (PL), sekitar pukul 02.00 WIT.

Menurut petugas Denpom yang menginterograsi dua pemabuk ini, tindakan meraka hanya didorong oleh iming-iming sejumlah uang dua juta rupiah dari pihak kristen. Maka direncakanlah proses pembunuhan tersebut bersama ke-13 rekannya dengan mengelabui korban agar berangkat menuju lokasi yang ditentukan sebelumnya.

Sesampainya di pasar Lama, kepala Ibrohim dipukul dengan martil besi oleh Buang Salayar, setelah jatuh langsung dihujami tusukan di sekujur tubuhnya, sehingga korban saat itu tewas seketika.

Sejumlah warga muslim yang ditemui tim MHI menyatakan, mereka setuju dan mendukung terhadap keputusan dan tindakan massa terhadap 2 pengkhianat tersebut, sehingga dapat dijadikan pelajaran terhadap mata-mata yang lain, agar tidak berbuat macam-macam dalam memperjuangkan pembebasan Maluku dari RMS.

Para pengkhianat yang belum terdeteksi dan tertangkap biar dapat mengambil pelajaran dari semua itu, dimana mereka digantung di pinggir jalan dan seluruh umat mendoakan kejelekan atasnya,” jelas Ahmad, salah satu warga.

Selain 2 orang yang berhasil dieksekusi tersebut, muslim Ambon juga berhasil menangkap 3 pengkhianat lainnya, yakni Jufri dan 2 orang lainnya. Kini, masing-masing gerombolan pemabuk tersebut diamankan di asrama polisi Parigi Lima, Polres dan Denpom untuk diinterograsi, sehingga dapat mengungkap pelaku lainnya yang beberapa orang diantaranya sudah menyingkir dari Ambon. (Zhr)

11 Agustus 2000

RMS Membangkang pada Aparat

Ambon, MHI (11/08/2000)
Gerakan separatis Kristen yang berlabel Republik Maluku Sarani (RMS) yang selama ini dibantah keberadaannya oleh tokoh-tokoh politik kristen sendiri, akhir-akhir ini telah berani menampakkan diri dan menyatakan permusuhannya terhadap pemerintah dan aparatnya. Sehingga gerakan sparatis yang selama ini ‘dilatenkan’ oleh para politikusnya, saat ini justru muncul sendiri di lapisan bawah. Maka teka-teki tentang keberadaan RMS saat ini secara tidak resmi sudah terjawab, yakni pemicu dan pelaku tindak kerusuhan di Ambon, Maluku dan sekitarnya adalah gerakan pemberontak RMS.

Bukti nyata yang menunjukkan mereka itu memberontak terhadap negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) adalah, mereka menolak kehadiran aparat keamanan di seluruh perkampungan Kristen, menolak diadakan razia senjata seperti di Gudang Arang, Passo dan Batu Gantung. Bahkan RMS bertindak brutal dengan melawan, menculik dan membunuh aparat Darurat Sipil dari berbagai batalyon yang di BKO-kan, karena dianggap merintangi rencana besarnya

Kejadian ini berlangsung pada tanggal 7 Agustus 2000, dimana RMS yang terdiri dari sniper dari aparat yang desersi dan laskar kristen, menembak Praka Ihwantoro dan Sersan Dodi , anggota Yonif 141 Palembang. Dua prajurit naas tersebut sedang mengawal mobil tangki premium milik PT Makara, melintas di kampung kristen, Wayame, Kecamatan Baguala, kodya Ambon, sekitar pukul 16.00 WIT.

Akibatnya, Praka Ihwantoro saat itu tewas setelah kepalanya dihujam peluru, sedangkan Sersan Dodi mengalami luka serius di punggung dan saat itu pula dilarikan di RS Darurat Al Fatah, Ambon (08/08/2000). Pangdam XVI/Pattimura, Brigjen TNI I Made Yasa mengakui Praka Ihwantoro dari Batalyon Infantri (Yonif) 141/Sriwijaya Palembang tewas tertembak saat mengendarai mobil tangki milik PT Makara.

Bermula dari melintasnya mobil tangki yang membawa bahan bakar bensin jenis premium itu di daerah Dusun Durian Patah, desa Hurrut, Kecamatan Boguala, Kodya Ambon. Rencananya mobil tangki minyak ini berangkat dari desa Laha menuju Depot Pertamina Wayame, kodya Ambon, ujarnya. Peristiwa penembakan ini diduga kuat dilakukan oleh pihak oknum aparat pro RMS yang bertugas berjaga-jaga di daerah Dusun Durian Patah. Inilah bukti nyata keterlibatan RMS yang telah memprovokasi aparat serta menggalang kekuatan untuk menghancurkan sendi-sendi kehidupan muslimin di Maluku.

Sedangkan pada tanggal 9 Agustus 2000, terjadi peristiwa yang tak kalah menariknya sehingga dapat dinilai adanya RMS di Maluku. Berawal dari rencana sweeping senjata di daerah Gudang Arang, Batu Gantung dan Passo, yang telah diketahui sebagai gudang senjata RMS. Ternyata rencana ini telah dicium oleh antek-antek RMS, sehingga Danki (Kapten Hg) serta dua anggotanya pasukan BKO dari kesatuan Yonif 403 Yogyakarta disekap lalu diculik RMS.

Saksi mata dari aparat 403 menjelaskan, saat aparat dari kesatuan tersebut melakukan operasi, pasukan kristen yang semula berada dibalik gedung-gedung tinggi, menyergap dan menodong ketiga prajurit Sapta Marga ini dengan senjata organik lengkap, akibatnya, Danki beserta 2 orang anak buahnya berhasil mereka sandera. Menurut anggota pasukan merah, tujuan penyanderaan ini untuk membebaskan salah satu anggota pemberontak kristen RMS yang disandera aparat dari Yonif 509 Jember setelah ketahuan membawa senjata berat jenis Jangle satu hari sebelumnya. Pasukan RMS ini mau membebaskan aparat 403 tersebut kalau temannya yang ditahan oleh Yon 509 juga dibebaskan.

Penyanderaan yang dilakukan oleh RMS ini mengundang kemarahan seluruh anggota Yonif 403 Yogyakarta, sehingga suasana di Air Salobar tempat berjaganya Yon 403 dan Gudang Arang tegang. Aparat TNI AD Batalyon Infanteri 403 mengultimatum, jika Danki dan kedua anggotanya tidak segera dibebaskan, maka gudang persenjataan RMS dan markas RMS di Gudang Arang akan dibumihanguskan.

Melihat perkembangan situasi tersebut, Yon 509 yang sejak awal kedatangannya selalu condong ke pihak Kristen RMS, justru melepaskan anggota RMS beserta senjata Janglenya. Sejumlah masyarakat Ambon, ketika mendengar kejadian tersebut kepada Liputan MHI menyatakan, semua perbuatan pihak Kristen RMS tersebut menandakan mereka itu adalah para pemberontak. “Kalau bukan pemberontak, kenapa dia melakukan tindakan melawan hukum dengan menculik dan membunuh aparat, oleh karena itu mereka harus dibasmi,” tegas mereka. (Zhr


                                    TPG dan GPM Provokator Maluk


Ambon, MHI (11/08/2000)
Kembali Front Pembela Islam Maluku mengajak umat Islam di Ambon untuk bersama-sama memecahkan masalah umat dan mencari solusi yang tepat dan adil dalam kasus Maluku. FPIM menilai bahwa aparat Darurat Sipil sangat lemah legitimasinya, sehingga hingga kini belum mampu menyeret Tim Pengacara Gereja (TPG) dan pimpinan Gereja Protestan Maluku (ýGPM) ke meja pengadilan. Front Pembela Islam Maluku (FPIM) kembali menegaskan agar aparat DS tidak membuang waktu lagi dan segera mengadili dan menghukum tokoh-tokoh kristen di dua organisasi tersebut.

Sebagai langkah konkrit, maka pada hari Kamis (10/8), di bawah koordinasi Dewan Eksekutif (DE) FPIM, M. Husni Putuhena, SH, disampaikan beberapa sikap yang ditujukan kepada penguasa DS, pemerintah dan pihak Kristen RMS yang selalu melakukan tindakan manuver dan membangun opini yang negatif mengenai Maluku.

Pernyataan sikap dari FPIM tersebut dilontarkan saat berada di Pasar Gambus, Kota Ambon, sekitar pukul 10.00 WIT dan dihadiri oleh ratusan warga muslim yang berasal dari berbagai lokasi. Pernyataan sikap yang dibacakan oleh Husni Putuhena tersebut, berisi 5 macam tuntutan. Dalam pernyataan yang juga ditandatangani Dewan Syuro, Drs. Nour Tawainela tersebut, FPIM menyatakan, mereka mendukung segala langkah dari gubernur Maluku, Dr. Ir. Saleh Latuconsina dalam menentang keras segala upaya menciptakan disintegrasi bangsa yang disuarakan oleh organisasi tanpa bentuk (OTB) yang diprakarsai para elit gereja dan intelektual Kristen yang bersatu di bawah gerakan RMS.

Dalam penyataan sikap tersebut, FPIM menuntut langkah-langkah nyata dari Kepolisian Negara dan Kejaksaan Agung (KA) agar segera menyentuh akar permasalahan konflik Ambon dan Maluku, dengan menyeret provokator dari gerakan RMS yang bertopengkan organisasi TPG dan GPM Ambon ke hadapan pengadilan yang adil dan netral. Hal itu perlu segera dilakukan karena sudah cukup bukti keterlibatan tokoh-tokoh kristen di 2 lembaga tersebut serta provokator seperti Pastor Agus Ulahayanan, Agus Wattimena, Jack Ospara, sebagai desainer, penyebar berita provokasi dan penggerak massa untuk membantai dan membersihkan Islam dari Maluku.

Selain itu, dalam pernyataan sikap tersebut mereka juga mengutuk aksi sempalan yang dilakukan Mahamuda Siwalima dan perkumpulan kristen yang lainnya yang telah menyebarkan berita bohong untuk membangun opini negatif mengenai Maluku. Terakhir kali, FPIM menyatakan menolak intervensi asing baik berupa Komisi HAM, DK PBB dan yang semodel dengannya ke dalam wilayah manapun di Republik Indonesia, khususnya di propinsi Maluku.

Dalam menyampaikan pernyataan sikap tersebut, di sekeliling lokasi kegiatan digelar ratusan aparat berjaga-jaga secara berlapis-lapis, guna mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh pihak Kristen RMS yang selama kerusuhan selalu menjadi pemicu semua kerusuhan di Ambon.

Sedangkan dipilihnya lokasi tersebut sebagai tempat pembacaan di pasar Gambus ini karena di lokasi tersebutlah kerusuhan pertama kali timbul di Ambon, yakni dibakarnya seluruh komplek pasar oleh orang-orang Kristen RMS. “Apakah masih belum cukup bukti untuk menindak orang-orang Kristen RMS itu ? ” tegas salah satu warga. (Zhr)


                        Pengkhianat Kembali Berhasil Tertangkap

Ambon, MHI (11/08/2000)
Usaha umat Islam Ambon untuk mengungkap sindikat pengkhianat di dalam tubuh kaum muslimin kembali mendapatkan hasil yang cukup memuaskan, dimana salah satu pengkhianat, M. Nur Sailone (34), berhasil diringkus oleh muslimin kemarin Kamis (10/08/2000) sekitar pukul 14.30 WIT.

Berhasilnya tim pemburu menangkap pengkhianat tersebut berangkat dari informasi 5 orang dari 11 orang dari total pengkhianat yang sudah tertangkap terlebih dahulu. Muslimin melakukan pemantauan sejak pagi di rumah kontrakannya, yang terletak di desa Batu Merah, kec. Sirimau, Kodya Ambon, akhirnya muslimin berhasil menangkap pengkhianat yang memiliki badan tinggi besar itu. Maka dalam sekejap saja, kawasan Batu Merah dibanjiri warga muslim setempat.

Selanjutnya, di rumah pengkhianat tersebut, tim pemburu langsung melakukan interograsi secara halus untuk mendapatkan keterangan berkaitan dengan komplotan pengkhianatnya. Namun, karena terlalu berbelit-belit, akhirnya muslimin yang ada dilokasi tersebut tidak sabar, dan langsung menghajar pengkhianat tersebut.

Hasilnya, setelah mendapatkan pelajaran yang berarti, pengkhianat itu akhirnya memberikan keterangan kepada muslimin, antara lain berkaitan dengan posisinya di dalam sindikat, dimana Nur mengakui dirinya anggota intel RMS yang bertugas mendata orang-orang Islam yang keras permusuhannya terhadap perusuh RMS. Menurut Abang Husein, salah seorang muslimin, pengkhianat tersebut juga menyatakan gerombolannya beranggotakan sebelas orang, masih ada 5 orang lagi yang bersembunyi. “Dia (Nur) takut kalau dihukum gantung seperti yang dialami, Buang, kemarin,” katanya.

Setelah beberapa saat menjadi bulan-bulanan massa, akhirnya Nur dibawa ke Rumah Sakit Tentara (RST) Ambon untuk dilakukan perawatan, sebab masih diharapkan mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi. Akhirnya massa dari Batu Merah yang bubar berkumpul di masjid Al Fatah hingga pukul 20.00 WIT. (Zhr)

12 Agustus 2000

Aparat Yon 527 Tembaki Warga Muslim

Ambon, MHI (12/08/2000)
Sebanyak 4 warga muslim setempat menemui ajal dan 14 orang menderita luka tembak, setelah mereka diberondong tembakan oleh aparat dari Batalyon (Yon) 527 Mojokerto, Jawa Timur kemarin Jum’at (11/08), sekitar pukul 18.30 WIT.

Keempat warga yang Insya ALLAH menemui syahid tersebut adalah Muhammad Rinjani (18), Muhammad Tamrin (17), Lajalundi (18) dan Abdullah (16), yang semuanya tertembak dibagian dada. Sementara itu, 14 orang yang mengalami luka-luka tembakan, yaitu Muhammad Ulat (16), Arsad (13), Deden (10), Faisal Nuri (15), Yusuf Basri (16), Ihsan Maricar (15), Iskandar (13), Almutamin (18), Mahdir Ali (20), Wahid (16), Misbah (16), Irwan (13) dan Yusron (13), yang masing-masing terkena tembakan dibagian kaki, perut, lengan dan tangan.

Saat itu juga, semua korban dilarikan ke rumah sakit (RS) Al Fatah Ambon, untuk diadakan perawatan, hanya saja karena jumlahnya terlalu banyak dan tidak dapat ditampung, akhirnya mereka ditempatkan di gedung pertemuan Ashari, yang terletak di komplek ýMasjid Raya Al Fatah.

Insiden penembakan yang dilakukan aparat Yon 527 asal Mojokerto terhadap warga muslim tersebut terjadi di perbatasan antara desa Batu Merah dan Belakang Soy. Berawal dengan berkerumunnya warga muslim yang menuntut pihak Kristen RMS mengembalikan motor BE 2439 A, milik salah satu warga Batu Merah, yang dirampas oleh orang-orang kristen di Mardika, sekitar pukul 14.30 WIT.

Begitu mendengar kejadian tersebut, maka umat Islam di Batu Merah geram, sehingga tak berapa lama kemudian, puluhan orang bergerak maju menuju arah Mardika dan Belakang Soya. Menuntut agar motor salah satu warganya di kembalikan. Hanya saja, pergerakan mereka tertahan aparat dari Yon 527 yang saat itu berjaga-jaga melindungi pihak kristen RMS. Sehingga warga muslim merasa lebih dilecehkan dan disudutkan lagi oleh kesatuan yang didominasi orang Kristen.

Lalu, pada saat yang bersamaan pihak Kristen RMS dari arah yang berlawanan juga mulai berkumpul, sehingga saat itu kedua kubu saling berhadap-hadapan sekitar 100 meter dan dalam pengawalan dan sekat dari aparat. Tingkah aparat kristen tersebut ternyata dinilai suatu bentuk keberpihakan, karena saat aparat tersebut menghadang umat Islam, tidak diikuti oleh usaha mencari motor yang dirampas orang Kristen RMS tersebut. Namun, hanya diam dan menghadang saja, seolah-olah ada skenario melindungi pencuri dari pihak RMS. Akhirnya, kondisi kerumunan tersebut berlangsung secara panas.

Berdasarkan pemantauan liputan MHI di lokasi kejadian sejak pukul 14.00 WIT, sesaat setelah puluhan warga Batu Merah menuntut kembali motor, dalam waktu sekejap ratusan warga muslim lainnya berdatangan untuk bergabung.

Keadaan tersebut berlangsung hingga memasuki waktu Maghrib pukul 17.30 WIT. Akhirnya, puncak tragedi tersebut meletuslah insiden penembakan oknum aparat Kostrad yang memihak RMS Kristen, tanpa adanya tembakan peringatan. Aparat tersebut memberondong korban yang saat itu berada di posisi terdepan dan rata-rata masih dibawah usia dewasa (21 tahun).

Terhadap kejadian tersebut, sejumlah warga kepada tim MHI menyatakan, tindakan aparat dari Yon 527 tersebut bukan hal yang pertama kali, tapi sudah sering terjadi. Tindakan keberpihakan ini juga pernah dilakukan oleh satuan Brimob, Marinir maupun TNI AD Batalyon Infanteri dari Jember maupun Salatiga yang didominasi Kristen. (Zhr)

                                Belanda Lepas Tangan dari RMS

Ambon, MHI (12/08/2000)
Dalam 6 bulan terakhir, telah terjadi gelombang pengungsian elit politik dan pimpinan RMS beserta keluarganya ke negeri induk semang RMS di Belanda. Rupanya Pemerintah Belanda yang merasa upaya mendapatkan koloni baru di negeri seberang di ambang kegagalan, yakni di Maluku lewat gerakan RMSnya, kini tidak mau lagi memfasilitasi secara khusus para pengungsi yang tidak punya rasa patriotisme tersebut. Kasus pengungsian ini tidak hanya bertujuan ke negara Belanda, banyak diantaranya bersembunyi di bawah ketiak negara-negara donor RMS diantaranya ke Filipina, Australia dan Amerika Serikat.

Ketua KNPI Kodya Ambon, Hijrah Hatapayo serta anggota DPRD Maluku Jack Ospara menyatakan agar pemerintah pusat untuk bekerja sama dengan Komisi Tinggi PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR), dalam mengurus permasalahan pengungsi yang telah ‘membenalu’ lagi di Belanda. Pernyataan ini terkait dengan adanya ancaman Pemerintah Belanda sendiri, Rabu (09/08/2000) yang akan memulangkan pengungsi RMS karena visa tinggal sementara telah habis masa berlakunya.

Sementara Penguasa Darurat Sipil daerah Maluku, Saleh Latuconsina, ketika ditanya hal itu, mengaku belum menerima laporan resmi dari pemerintah pusat maupun pemerintah Belanda. "Saya belum terima laporan dari sana, dan saya tidak tahu berapa jumlah pengungsi Maluku di Belanda," ujar-nya.

Pemerintah Belanda ngotot untuk lepas tangan dari urusan pengungsi RMS ini, sebab hampir semua pengungsi tersebut telah habis masa visa kunjungannya, hampir melebihi 6 bulan. Pihak Perundang-undangan (Yustisi) Belanda tetap berpegang pada ketentuan UU ke-Imigrasian Belanda dengan tidak mau memberikan kekecualian bagi siapa saja, termasuk pengungsi Maluku, yang telah habis masa berlaku visa selama tiga bulan.

"Sebuah visa (kunjungan keluarga) berlaku 3 bulan dan sesudahnya hanya boleh diperpanjang sekali untuk jangka waktu yang sama. Jika mereka menghendaki tinggal lebih lama sebagai pencari suaka, mereka harus kembali ke ibukota Indonesia untuk mengurus surat-surat sesuai prosedur di Kedutaan Belanda. Setelah 6 bulan, ya sudah. Tidak bisa diperpanjang lagi," demikian penjelasan resmi Kementerian yang dipimpin Menteri Korthals dari Volkspartij voor Vrijheid en Democratie atau Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi, yang populer disebut Partai VVD ini.

Sesuai aturan salah satu negara donor RMS ini, visa pengungsi tersebut dapat diperpanjang untuk waktu yang sama tapi harus menempuh prosedur yang ketat. Ketentuan tersebut, merupakan hak negara lain yang tidak bisa dicampuri. Ketua KNPI tetap menuntut pengkhususan dengan alasan kemanusiaan, karena pengungsi tersebut terkait dengan konflik Maluku. Padahal justru semestinya pemerintah Indonesia tidak perlu memikirkan nasib para pengkhianat negara, sebagaimana para pengkhianat komunis yang hengkang menuju China dan Rusia semenjak terjadinya pemberontakan PKI tahun 1965.

RMS Desak Pemerintah
Setelah merasa dikecewakan oleh pemerintah Belanda, kini RMS kembali mendesak pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan masalah pengungsian Maluku. Kaki tangan Kristen Internasional Pdt. Agus Ulahyanan meminta agar secepatnya dibolehkan intervensi asing ke Maluku, dalam hal ini intervensi Organisasi Kristen Internasional PBB dan pemboncengnya. "Bagi saya wajar-wajar saja kalau rakyat minta bantuan kapal-kapal asing untuk mengangkut mereka demi keselamatan nyawa," kata Agus. Demikianlah ganjaran yang setimpal atas pembangkang NKRI yang tetap berusaha menyembunyikan jatidirinya.

Anggota F PDI Perjuangan DPRD Maluku Dr Jafet Damamain menyatakan hal serupa. Menurutnya, dirinya amat mendukung kehadiran pasukan PBB di bumi Maluku. "Saya kira demi terwujudnya kedamaian, pasukan PBB perlu datang ke Maluku," katanya, kemarin di Ambon.

Bahkan kaki tangan RMS ini menuduh bahwasanya aparat yang bertugas di Maluku untuk menumpas gerakan pemicu konflik setiap pertikaian, yang selalu dimulai oleh pihak Serani, dituduh memihak kepada salah satu kelompok Islam. "Nah, dalam rangka membantu masyarakat Maluku (Salam-Sarani) yang menderita terus menerus akibat permainan orang-orang yang mau terus melanggengkan kerusuhan Maluku, maka, tidak ada alasan lain kecuali mendatangkan pasukan PBB”, kata Damamain.

Menurut wakil rakyat yang tidak punya rasa patriotisme, kehadiran pasukan Dewan Keamanan PBB ke Maluku tidak sedikit pun mengurangi rasa nasionalisme bangsa."Mengapa ketika bangsa kita mengalami kesulitan ekonomi, kita minta uang, beras, obat-obatan dari pihak asing, sementara bantuan keamanan PBB terhadap pelanggaran HAM yang cukup besar nilainya di dunia kita tidak minta? Inikan munafik namanya," tandas Damamain. Jelas sekali adanya keterlibatan Damamain dari PDIP untuk menggerogoti kewibawaan pemerintah NKRI yang keras menolak intervensi asing ini. Wallahu musta’an. (Imk)

13 Agustus 2000

Buntut Penembakan Atas Warga Muslim :
                         Aparat Pro Kristen RMS Diboikot

Ambon, MHI (13/08/2000)

Sebanyak 4 Batalyon TNI AD Kostrad yang bertugas di Ambon, sejak hari ini, Sabtu (12/8) terpaksa harus menuai beban atas sikap arogan dan keberpihakannya kepada pihak Kristen RMS. Saat ini, seluruh warga muslim Ambon menyatakan boikot terhadap 4 batalyon yang terlibat penembakan terhadap warga Muslim. Tidak hanya aparat dari Kostrad Jawa Timur saja yang melakukan penembakan yang tidak sesuai prosedur, namun juga tiga anggota kesatuan Kostrad dari Kalimantan.

Keempat Batalyon (Yon) tersebut adalah, Yon 527 dari Jawa Timur serta Yon 621, Yon 622 dan Yon 623 dari Kalimantan. Boikot tersebut dinyatakan oleh umat Islam Ambon didasarkan atas tindakan aparat dari kesatuan tersebut yang memberondong warga muslim, di perbatasan desa Batu Merah (Muslim)–Mardika (Kristen), pada hari Jum’at (11/08/2000), kemarin. Tercatat korban dari pihak Muslimin dimana dari kejadian tersebut, sebanyak 5 orang tewas dan 14 luka parah. Berarti saat ini telah ada lima batalyon Kostrad termasuk Yon 509 yang telah melukai hati ummat muslimin Maluku.

Kesepakatan boikot tersebut disampaikan warga muslim yang dipelopori Pasukan Jihad Ambon melalui pernyataan tertulis yang ditempelkan di tempat-tempat keramaian. Adapun boikot yang paling utama adalah dalam bentuk jual beli, yakni semua pedagang muslim dilarang melakukan transaksi dengan aparat kesatuan tersebut. Bahkan kalau ada pedagang yang melanggar akan dikenai resiko.

Berdasarkan pengamatan liputan MHI di pasar Batu Merah, Kodya Ambon, pada hari yang sama, di setiap gang dan kios yang ada. Baik warung dan toko yang berada di dalam maupun di luar pasar, terpampang jelas seruan untuk memboikot aksi keempat Batalyon tersebut.

Adapun bunyi dari seruan itu adalah “Semua Warga Muslim Dilarang Melakukan Transaksi Dalam Bentuk Apapun Dengan Kesatuan 527, 621, 622, 633. Siapa Yang Melanggar Resiko Ditanggung Sendiri.” Pada pamflet tersebut, dinyatakan sebagai penggerak dan penanggungjawab dari seruan tersebut adalah Pasukan Jihad Ambon.

Muslimin Ambon memang sudah lama memendam kebencian kepada aparat tersebut, khususnya pada Yon 527, menyambut gembira atas keputusan dan ajakan dari Pasukan Jihad Ambon. Bahkan telah menyatakan kesediaannya, yakni tidak akan melakukan transaksi jual beli dalam bentuk apapun.

Rupanya tekad dari warga Ambon tersebut sudah sampai di telinga aparat yang selalu melindungi pihak Kristen RMS tersebut. Realisasinya, mulai sejak pagi hingga sorenya tidak terlihat adanya aparat yang belanja di berbagai warung yang berada di seluruh pelosok daerah muslim Ambon, terutama di pasar Batu Merah. Sehingga kini pasar induk kota Ambon nyaris sepi tanpa kehadiran aparat yang dinyatakan diboikot karena tidak ada yang berani belanja disana.

Tindakan boikot ini diharapkan dapat mengakibatkan aparat kekurangan makanan, sebab hanya di pasar itulah persedian barang-barang kebutuhan pokok tersedia. Sementara itu kalau berbelanja dengan pihak Kristen RMS dipastikan mengalami kesulitan, karena saat ini terjadi kelangkaan bahan kebutuhan, walaupun ada harganya 20 kali lipat.

Menurut Bang Yong (39), salah satu pedagang di pasar tersebut kepada tim MHI menjelaskan, tindakan boikot ini dimaksudkan untuk memberikan pelajaran kepada aparat yang tidak netral bahkan cenderung membela Kristen RMS. Diharapkan aparat Darurat Sipil (DS) tidak berani berbuat sewenang-wenang terhadap umat Islam lagi, apalagi memberondong anak-anak kecil seperti yang sudah lalu.

Para pedagang muslimin juga menyatakan pihaknya tidak merasa rugi walaupun dagangannya tidak dibeli oleh aparat dari kesatuan tersebut. Bahkan beberapa pedagang telah menolak tegas apabila ada aparat ada yang akan berbelanja. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh seluruh pedagang di komplek pasar terbesar dan satu-satunya di Ambon itu.

Komentar MUI

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Sabtu (12/8) menyesalkan aksi penembakan terhadap sejumlah massa di kawasan Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kodya Ambon, pada hari Jumat petang (11/8) yang menyebabkan enam orang meninggal dunia dan belasan lainnya luka-luka.

"Kami sangat menyesalkan tindakan penembakan aparat keamanan yang diperintahkan Komandan Sektor A Pulau Ambon terhadap warga yang sebenarnya sedang berkerumun di Batu Merah saat terjadi insiden," kata Malik Selang, SH. di Ambon.

Sikap penyesalan itu dilontarkan Malik Selang karena ketika terjadi insiden yang disertai konsentrasi massa di perbatasan Mardika dan Batu Merah, pihaknya sedang melakukan negosiasi dengan Penguasa Darurat Sipil Daerah, aparat keamanan maupun Ketua Klasis Pulau Ambon Noh Pattinaija. Ia mengatakan, perintah penembakan oleh Dansektor itu seharusnya tidak terjadi karena koordinasi masih berjalan untuk mencegah terjadinya kerusuhan, dan akhirnya aparat yang diduga berasal dari Batalyon Infanteri 621, 622 dan 623 menembak massa muslim di perbatasan Batu Merah-Mardika.

"Akibat penembakan itu, sedikitnya empat warga sipil tewas di tempat kejadian dan dua lainnya meninggal dunia di Rumah Sakit Bersalin Al Fatah Ambon. Umumnya korban meninggal adalah anak-anak usia sekolah," ujarnya. Ia juga mengimbau bahwa seharusnya selaku Komandan Sektor jangan hanya menerima laporan dari bawahan tapi juga harus turun ke lapangan untuk melihat kondisi yang sebenarnya.

Tuntutan tersebut disampaikan kepada salah satu Komandan Peleton Yonif 141 Palembang, dan akhirnya dipenuhi Ketua Klasis Pulau Ambon, Noh Pattinaija yang menyerahkan sepeda motor pribadinya kepada aparat keamanan sebagai jaminan sampai sepeda motor yang ditahan ditemukan. Sepeda motor jenis Yamaha Bebek warna hitam bernomor polisi DE 4522 AA milik Nona Tum (29), warga Desa Batu Merah telah dikembalikan kepada Posko MUI dengan disaksikan penguasa Darurat Sipil Daerah Maluku.

Korban Bertambah

Walaupun pada akhirnya pihak Kristen RMS menyerahkan motor curiannya pada Laurens SH sebagai wakil dari penguasa darurat sipil di kantor Gubernur Maluku, Ambon untuk disampaikan pada Nona Tum (29), si pemilik motor tersebut. Namun, RMS Kristen tetap merasa tidak bersalah bahkan menyatakan pencurian motor tersebut merupakan tindak protes kepada aparat.

Sementara itu, dari RS Al Fatah diperoleh perkembangan, bahwa korban yang meninggal pada pukul 12.30 WIT bertambah satu orang, dimana Hasan Mualaf (30), akhirnya meninggal. Hasan sebelumnya sempat dilarikan ke RS Tentara saat pecahnya kejadian, hanya saja karena tidak dapat diatasi akhirnya pada tengah malam itu. Kemudian, pada tengah malam itu juga, korban keganasan aparat 527 ini dikebumikan di pemakaman muslim setempat. Maka total korban keganasan aparat Kostrad 527 bertambah menjadi 6 orang meninggal. (Zhr

14 Agustus 2000

RMS Terlunta-lunta

Ambon, MHI (14/08/2000)

Tabiat orang kristen yang selalu bermuka manis padahal di hatinya terdapat rencana yang busuk penuh kebencian dan kekejaman terhadap kaum Muslim, akhir-akhir ini mulai mendapatkan balasan dari Allah Ta’ala. Allah telah memberikan dalam bentuk berbagai kekalahan dan bencana serta penderitaan yang diakibatkan oleh serangan balik muslimin di seluruh pelosok Ambon.

Semua kekalahan dan penderitaan itu, dialami oleh orang-orang Kristen RMS di seluruh kepulauan Maluku, baik di Propinsi Maluku Utara maupun Maluku sendiri. Sebelumnya Kristen RMS telah membantai dan menindas umat Islam selama berbulan-bulan. Kini keadaan telah berbalik, Kristen RMS juga merasakan kesengsaraan, terusir dari rumah, kampung dan kota-kotanya.

Para pengungsi RMS yang merasa terdesak di Maluku Utara akhirnya berbondong-bondong berebutan naik kapal laut guna berlari ke berbagai daerah kristen lainnya, sepeti Manado, Kupang, Sorong, Manokwari, Jayapura, Biak, Fakfak dan berbagai daerah lainnya. Namun naas kembali berpihak pada Kristen, Kapal Cahaya Bahari yang menjadi tumpuan keselamatannya akhirnya kandas di perairan Sangihe & Talaud, Sulawesi Utara, dimana sebanyak 500 orang lebih tewas tenggelam tanpa diketahui mayatnya.

Adapun pengungsi RMS yang berhasil mengarungi lautan, ternyata ditolak oleh masyarakat Menado maupun Satgas Papua dan Pemda setempat sebab RMS memang suka merusuh, tukang palak, serta membawa senjata organik dan amunisi berat besertanya. Akhirnya ribuan pengungsi RMS tersebut terpaksa dikembalikan dari Papua menuju pelabuhan Tual, Maluku Tenggara. Sebagian pengungsi RMS yang tidak mau keluar Ambon, terpaksa tidur beralaskan telapak tangan, berselimutkan rumput, tinggal di rumah beratapkan langit. Alternatif lainnya, ikut berkumpul di markas besar RMS di Kuda Mati, Gudang Arang, Batu Gantung dan Passo.

Sejumlah warga yang berhasil liputan MHI temui menyatakan, walaupun saat ini orang-orang kafir itu mengalami penderitaan, namun bobot dan tingkatnya tidak sama dan jauh sekali dengan apa yang dialami oleh kaum muslimin, baik korban harta maupun nyawa. Sebab sejak tragedi kerusuhan tanggal 19 Januari 1999 yang lalu, kaum muslimin lebih banyak yang terusir dari Ambon, demikian juga puluhan masjid dan sarana peribadatan dirusak oleh orang-orang Kristen RMS. (Zhr)


  
                        Laskar Jihad Serahkan Warga Kristen Ke Aparat

Ambon, MHI (14/08/2000)

Kehadiran Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah ke bumi Ambon yang bertujuan membantu masyarakat, pemerintah dan aparat keamanan untuk bersama-sama menyelesaikan pertikaian di Ambon, benar-benar dibuktikan. Anggota Laskar Jihad berhasil mengamankan seorang wanita warga Kristen RMS, kemarin Ahad (13/08/2000) yang sedang kebingungan dan terancam bahaya.

Warga Kristen dimaksud adalah Etty (54), warga desa Waai, kecamatan Salahutu, Kodya Ambon. Wanita tua tersebut diamankan Laskar Jihad dari amukan massa RMS yang membabi buta menyerang muslimin di desa Tulehu. Wanita yang berjalan dengan gontai dan seperti orang linglung tersebut tidak memperdulikan keselamatan dirinya. Melihat hal tersebut Laskar Jihad langsung mengambil inisiatif untuk mengamankan wanita tua tersebut.

Tindakan penyelamatan ini dilakukan karena tim medis Laskar Jihad mengetahui besarnya dendam yang terpendam di hati warga Tulehu (Muslim) terhadap Kristen Waai yang telah membantai ratusan warga Tulehu. Bahkan Kristen RMS dari Waai juga telah menyerang dan membantai warga muslim muslimin yang lewat di kampung kristen itu, seperti dialami 4 orang warga muslim Gemba (perkampungan transmigran asal Jawa Timur).

Laskar Jihad memanfaatkan sarana angkutan laut untuk mengevakuasi wanita Kristen tersebut menuju perum BTN, Kebun Cengkih, Kec. Sirimau, Kodya Ambon. Namun setelah mempertimbangkan mayoritas warga adalah muslim, maka diputuskan untuk menyerahkan perempuan tua tersebut ke aparat keamanan yang berjaga di kantor Jasa Raharja, desa Galunggung, kec. Sirimau, Kodya Ambon.

Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jama’ah kepada liputan MHI menjelaskan, langkah Laskar Jihad mengamankan wanita baya tersebut karena didasarkan pada ajaran Islam yang mulia, dimana di dalam peperangan tidak diperbolehkan membunuh anak-anak, wanita dan orang tua. Maka langkah yang terbaik setelah diamankan adalah diserahkan kepada aparat keamanan setempat.

Mayor Sumardi dari TNI AD, selaku aparat yang menerima wanita setengah baya tersebut menyatakan terima kasih atas kerja sama Laskar Jihad. Menurutnya, ini adalah langkah tepat yang dilakukan Laskar Jihad yakni bersama-sama membantu menyelesaikan masalah di Ambon. Selain itu, dengan tindakan Laskar Jihad ini merupakan bukti kalau kehadiran mereka di Ambon adalah bertujuan mulia, sehingga tidak perlu selalu disudutkandan akar permasalahan di Ambon pun bukan karena eksistensi Laskar Jihad.(Zhr)