untuk informasi

send an email

YAYASAN  ISLAM  RIYADHUL  JANNAH


 

 

Mukadimah

Buletin

Aqidah

Manhaj

Info Maluku

Tanya-Jawab


8-9 Juli 2000

Poka-Rumah Tiga Jatuh ke Tangan Muslimin

Ambon, MHI
Seperti diberitakan sekilas pada MHI edisi sebelumnya (6/7/2000), Muslimin Ambon mengadakan penekanan dan penyerangan terhadap kaum Kristen RMS di desa Poka dan Rumah Tiga., Kecamatan Baguala, Kodya Ambon sejak Sabtu (1/7). Akhirnya pada hari Kamis (6/7), Muslimin warga Desa Liang dan Tulehu berhasil merebut kembali seluruh wilayah kedua desa tersebut.

Penyerangan yang dilakukan Muslimin atas RMS Kristen sejak seminggu yang lalu tentu saja dipicu oleh ulah Kristen RMS sendiri. Kejadian ini bermula dengan pembakaran masjid di kawasan Poka-Tihu serta membumi-hanguskan Masjid di Kampus Universitas Pattimura Ambon pada hari Senin tanggal 3 Juli 2000. Disamping itu, ada peristiwa pembunuhan atas Muslimin di dua desa ini pada kerusuhan awal tahun 1999 yang lalu

Dalam pertempuran yang berlangsung sejak waktu Subuh hingga Isya' tersebut, Muslimin berada dalam posisi baik, karena dalam serangan kali ini kekuatan yang turun ke medan peperangan sekitar 5 ribu orang warga Muslimin Ambon

Serangan sporadis juga yang dilancarkan Muslimin dari arah Kota Jawa dan BTN Poka tersebut, memaksa pasukan dan warga Kristen RMS di dua desa tersebut tidak mampu lagi membendung serangan Muslimin yang sudah menyimpan dendam terhadap kafir Kristen RMS, karena sehari sebelumnya pasukan Kristen RMS telah membakar masjid Al-Muhajirin di perumahan BTN Poka.

Setelah Muslimin berhasil meratakan sebagian desa Rumah Tiga, akhirnya pasukan Kristen RMS yang sejak awal terdesak dalam pertempuran itu terpojok gerakannya, karena tidak ada pelindung lagi, sedangkan tempat yang aman untuk lari hanya ke laut. Dan akhirnya mereka terpaksa mundur dengan cara terjun ke laut untuk berenang maupun menaiki perahu agar dapat menyeberangi selat Martafons menuju Halong.

Berdasarkan pemantauan dari Masjid Kapaha, terlihat rombongan-rombongan orang-orang Kristen RMS yang berjubel dan berdiri di pantai dengan membawa senjata-senjatanya, sedang menunggu perahu-perahu yang akan membawa mereka ke tempat pengungsian. Sehingga saat itu terlihat bagaimana lalu-lalangnya puluhan speed, perahu dan kapal ikan Kristen RMS yang mengangkut orang-orangnya ke tempat pengungsian. Baru kali ini Muslimin memenangkan pertempuran yang seimbang dan dapat membalas tindakan orang Kristen RMS yang telah membuat sengsara dan prahara bagi kaum Muslimin di kota Ambon. "Dulu kami yang merasakan penderitaan dan kedukaan seperti ini, tetapi sekarang giliran orang Kristen RMS, bahkan kami akan memberikan balasan yang lebih berat, yakni mengusir mereka dari pulau Ambon, dan itu tinggal menunggu waktu saja, " tegas seorang pejuang Muslimin.

Markas RMS di Unpatti Hancur

Selain menghancurkan dan meratakan markas serta pemukiman Kristen RMS, Muslimin juga terpaksa menghancurkan markas kaum intelek Kristen RMS, yakni Universitas Pattimura (Unpatti), yang selama ini menjadi 'pipa' untuk menyalurkan kader-kader RMS ke Belanda. Kedok yang dipakai selama ini oleh RMS Kristen yakni menjalankan program tukar-menukar mahasiswa maupun dosen-dosennya, padahal di negeri penjajah tersebut mereka menerima doktrin dari tokoh-tokoh RMS di luar negeri.

Sejak terjadinya kerusuhan 1,5 tahun yang lalu kampus negeri dan terbesar di Ambon tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi oleh mahasiswa yang Muslim, bahkan Muslimin mendapatkan perlakuan yang diskriminatif dari para dosennya. Apalagi disaat kerusuhan yang dipelopori RMS meledak, mahasiswa Muslimin tak luput dari pembunuhan dan pembantaian, dimana puluhan mahasiswa Muslim dicincang secara sadis di kampus tersebut.

Seperti yang dialami Fredy Latuconsina, mahasiswa semester akhir Jurusan Ilmu Tanah Unpatti, yang disergap mahasiswa Kristen RMS saat praktikum di laboratorium. Setelah itu tubuhnya diseret dan digantung di sebuah pohon besar di samping Fakultasnya lalu dibakar jasadnya dengan tumpukan ban-ban bekas oleh RMS yang biadab itu. "Sejak saat itu, semua mahasiswa Muslim trauma kalau mau kuliah di Unpatti," jelas seorang mahasiswa Unpatti, Ambon.

Selain rumah dan bangunan, Muslimin juga berhasil membakar semua perlengkapan pribadi orang Kristen RMS yang tinggal di kawasan elit Poka-Rumah Tiga. Bahkan saat itu puluhan mobil dan sepeda motor ikut dibakar Muslimin, dan diperkirakan kaum Kristen RMS mengalami kerugian milyaran rupiah. Korban yang jatuh dari Kristen RMS sekitar 30 orang tewas di tangan Muslimin, ratusan orang luka-luka dan ribuan orang Kristen RMS akhirnya meninggalkan desa tersebut. Sedangkan dari pihak Muslimin, 8 orang meninggal dan 3 orang mengalami luka ringan dan saat ini masih dirawat di RS Darurat Al-Fatah, Ambon.

Dengan demikian, kawasan dua desa yang letaknya strategis yang berada di sentral perhubungan antar daerah Muslim di Pulau Ambon tersebut saat ini bersih dari kaki-kaki najis orang Kristen RMS, karena saat ini tak satupun mereka tersisa, padahal sebelum diserang, dua desa tersebut hanya dihuni orang Kristen RMS saja. Diharapkan roda perekonomian, perdagangan dan perhubungan Muslimin di dua desa tersebut dapat berjalan seperti sedia kala lagi (Imk, Rif).

RMS Serang Kapolda Maluku

Empat buah speed boat Kristen RMS yang berusaha menghadang dan menyerang aparat di perairan teluk Ambon, hancur dihujani berondongan peluru oleh 24 aparat Darurat Sipil yang sudah siap menunggu di atas kapal, lima hari yang lalu pada hari Selasa (4/7). Akibat berondongan tersebut, 2 speed hancur terapung-apung di tempat dan 2 lainnya melarikan diri, sedangkan jumlah orang Kristen RMS yang tewas hingga saat ini belum tercatat berapa karena dimungkinkan mereka langsung tenggelam. RMS Kristen yang tewas di tempat ditinggal oleh 4 speedboat lainnya, sehingga tertinggal 2 buah speedboat tak berpenumpang.

Tak pelak lagi, saat itu juga dikerahkan patroli Polda Maluku sebagai reaksi atas ditembakinya speed yang ditumpangi Kapolda Maluku, Brigjen (Pol) Firman Gani. Patroli yang berkekuatan 24 orang Brimob dengan memakai speed boat biasa, mengadakan pengawasan di perairan teluk Ambon.

Begitu memasuki tanjung Martafons, aparat Brimob ini mendapati 2 speedboat dengan penumpang yang sama seperti penyerang Kapolda dan 2 speedboat lain yang datang dari arah Halong. Begitu kawanan pemberontak RMS mendekat, maka secara serempak 24 pucuk senjata otomatis menghujani mereka. "Mereka pantas mendapat perlakuan seperti itu karena setiap speedboat Muslim dan aparat melewati selat selalu ditembaki, bahkan Kapolda saja ditembak," kata sejumlah warga desa Kapaha yang menyaksikan langsung kejadian tersebut. (Imk, Rif)

Muslimin Tembak 6 Penyusup Kristen RMS

Sebanyak 6 orang penyusup Kristen RMS berusaha mencoba mendakati reruntuhan gereja Sejahtera dengan membawa senjata dan bom molotov, di Poka, kecamatan Baguala, Kodya Ambon pada empat hari lalu Rabu (5/7) berhasil diketahui oleh Muslimin. Sehingga tanpa pikir panjang, enam orang RMS penyusup tersebut diberondong peluru sehingga tewas seketika.

Menurut sejumlah Muslimin, dalam menjalankan aksinya para penyusup tersebut menggunakan pakaian putih-putih menyurupai orang Islam. "Atas petunjuk dari Allah SWT, Muslimin mampu mengetahuinya gerak-geriknya" kata seorang Muslimin. Dengan adanya usaha penyusupan ke desa Poka-Rumah Tiga yang baru direbut Muslimin sehari sebelumnya itu, menunjukkan bahwa pasukan Kristen RMS masih menyembunyikan sesuatu yang berharga di bekas wilayahnya itu terutama di bawah puing-puing gereja.

Sejumlah Muslimin menilai gereja Sejahtera yang saat ini sudah hancur, diperkirakan menjadi tempat penyimpanan senjata dan amunisi, karena tidak mungkin kalau tidak ada yang penting mereka kembali ke kampungnya.

Selain itu, sudah sering kali Muslimin menemukan gudang peralatan perang dari gereja-gereja yang mereka taklukan, baik itu ditanam di dalam tanah, di bawah mimbar maupun di ruangan tertentu .Dan untuk memastikan semua itu, maka pada hari itu juga diadakan pembersihan puing-puing reruntuhan gereja untuk diadakan penyelidikan dan penggalian, hingga sore penggalian berlangsung namun belum diketemukan tempat penimbunan senjata. Untuk mengatasi kejadian yang serupa, maka Muslimin langsung memperkokoh barisan dan pertahanan untuk mengantisipasi penyusup-penyusup Kristen RMS tersebut.

Adapun kondisi Poka-Rumah Tiga, yang sudah bersih dari orang-orang kafir RMS saat ini sudah berjalan normal, sehingga berbagai sarana angkutan laut dan darat sudah leluasa mengunjungi dua desa ini, sedangkan untuk transportasi darat dari desa Kota Jawa hingga Poka dapat berjalan baik tanpa gangguan sedikitpun, Alhamdulillah.

Sedangkan kaum Kristen RMS yang saat ini mengalami kekalahan beruntun, kali ini dipaksa menelan pil pahit dan mengalami kesengsaraan yang cukup berarti, karena perekonomiannya sudah hancur. Pasukan RMS Kristen kini sudah tidak berani lagi melewati perairan antara Kapaha-Rumah Tiga (Imk, Rif, Abs).

9 Juli 2000

Hanya 2 Jam, Desa Waai Hancur Oleh Muslimin

Ambon, MHI
Muslimin kembali meraih kemenangan gemilang dalam pertempuran 3 hari yang lalu (6/7/2000). Bahkan kesuksesan yang diraih pada hari Kamis lalu (6/7) kali ini termasuk yang tercepat, karena hanya dengan waktu 2 jam saja, Muslimin berhasil menghancurkan markas RMS Kristen di desa Wai, di kecamatan Salahutu, Kodya Ambon, yang terletak 15 km dari desa Passo.

Dalam serangan kali ini Muslimin mengerahkan sekitar lima ribu kekuatannya dan digerakkan melalui 3 jurusan untuk menyerbu desa Wai pada pukul 03.00 dinihari, yakni dari arah Tulehu (Utara), Liang (Selatan) dan dari arah laut (Barat). Sehingga posisi desa Kristen RMS tersebut terkepung oleh Muslimin. Dan hanya satu arah saja yang tersisa bagi mereka yakni melewati gunung Salahutu guna menuju basis RMS terkuat di Passo.

Penyerbuan balasan ini dimulai pukul 07.00 WIT secara serempak ke daerah tersebut. Dalam jangka waktu dua jam saja secara cepat dan pasti, Muslimin berhasil menggusur dan memaksa warga desa Kristen RMS yang berjumlah 85 KK itu meninggalkan rumah dan harta benda lainnya. Akhirnya pasukan RMS Kristen menyelamatkan diri menempuh perjalanan beberapa kilometer melalui gunung Salahutu agar tiba di Desa Passo dan Wayari.

Adapun arus pengungsi yang secara tiba-tiba kembali ke desanya, dapat dihalau hingga terjepit di pinggir pantai. Setelah diadakan kontak antara pimpinan RMS Wai dengan aparat AL di Halong (AL biasa memihak RMS Kristen), akhirnya kapal AL merapat dan mengevakuasi sisa pasukan RMS menuju Passo.

Keadaan demikian semakin mempermudah langkah Muslimin, karena selain tidak mendapatkan perlawanan yang berarti dari orang Kristen RMS, juga leluasa dalam mengobrak?abrik gudang logistik persenjataan dan pemukiman Kristen RMS tersebut rata dengan tanah. Selain itu, ratusan babi-babi piaraan yang selama ini dibiarkan berkeliaran di jalanan juga dibabat oleh Muslimin hingga ludes.

Warga desa Liang, yang seluruhnya Islam sepakat untuk membalas pembunuhan dan penghancuran Muslimin ke desa Kristen RMS itu. Setelah diadakan koordinasi, akhirnya Muslimin di desa Liang, Tulehu dibantu oleh umat Islam sekitarnya pada hari itu memutuskan untuk melancarkan penyerangan. Dan bagi Muslimin Liang, serangan tersebut merupakan yang keempat kalinya, dimana dalam 3 serangan sebelumnya selalu menemui kegagalan.

Kejadian ini menurut informasi dari Posko MUI Maluku menyebutkan aksi penyerangan secara besar-besaran ke wilayah itu dikarenakan tiga orang warga Liang tertembak di kawasan perbatasan antara Desa Wai dan Desa Liang lima hari lalu (4/7/2000), di mana satu diantaranya meninggal dan dua lainnya menderita luka-luka. Satu dari tiga warga Muslim yang meninggal yakni Laduma (70), warga desa Liang, di perbatasan desa Waai dan Liang. Data Posko MUI juga menyebutkan sedikitnya dua orang warga meninggal dan tujuh lainnya mengalami luka-luka dalam pertikaian bernuansa SARA itu.

Diharapkan dengan terusirnya orang-orang Kristen RMS tersebut, maka di pesisir barat pulau Ambon dari Leihitu hingga Tulehu sudah bersih dari orang-orang Kristen RMS. Di pihak Kristen RMS, selain rumah dan perkampungannya ludes dibakar, puluhan orang juga tewas ditangan Muslimin, bahkan mereka tidak sempat mengevakuasi 3 orang temannya. Sedangkan dipihak Muslimin tidak ada korban nyawa dan hanya beberapa orang saja yang mengalami luka ringan.

Kesulitan Mengungsi
Warga Kristen RMS yang sejak pagi hari hingga menjelang sore melarikan diri ke gunung Salahutu rupanya merasakan keputus-asaan dalam menembus jalan menuju desa Suli, dan beberapa orang diantara mereka yang masih memegang senjata berusaha kembali ke kampungnya.

Disamping itu, sejumlah warga Desa Wai menyatakan, sangat berkeberatan untuk mengungsi dari Waai dan dievakuasi ke Desa Waisarissa oleh Gubernur Penguasa Darurat Sipil, di samping karena trauma dengan insiden tersebut, mereka juga keberatan meninggalkan desa mereka karena merupakan desa adat yang telah ditempati sejak turun-temurun.

Sehingga sekitar jam 15.00 WIT, saat mereka turun di bekas kampungnya, sejumlah Muslimin dari Tulehu sudah siap menghadang. Akibatnya terjadi tembak-menembak antara kedua pihak, dan dipihak Muslimin terdapat 4 orang luka dan dipihak Kristen RMS tidak diketahui jumlah korbannya karena langsung lari ke hutan. Dengan begitu, mereka tidak berhasil memasuki desanya lagi. "Untuk semakin memantapkan situasi yang aman, maka kami akan mengadakan penyisiran ke hutan sekitar desa untuk menangkap orang Kristen RMS yang masih bersembunyi," kata sejumlah Muslimin.

Harga Kebutuhan Melangit, RMS Kristen Menjerit

Sementara keadaan RMS Kristen sulit ketika mengungsi ke Passo, sesampainya disana roda perekonomian basis terkuat Kristen RMS Passo telah rusak parah. Daerah Kristen RMS yang saat ini terisolir dari pasokan kebutuhan pokok maupun hubungan antar daerah, mengalami kesulitan mendapatkan sembilan bahan makanan pokok, akibatnya sembako dan barang lainnya harganya selangit dan teramat mahal.

Menurut informan MHI di Passo, saat diadakan pemantauan harga pada hari Sabtu (8/7), harga beras Rp. 5000/kg, Rp. 3000/butir telur, ikan laut Rp. 5000/ekor, Supermie Rp. 2500/bungkus. Hal ini menimpa pada seluruh harga sembilan bahan pokok (sembako) hingga hari ini Ahad (9/7/2000). Inilah adzab dari ALLAH supaya Kristen RMS menemui ajalnya sebagaimana RMS telah menyiksa dan membunuh ribuan Muslimin.

Demikian situasi terakhir keadaan di Maluku yang dimana pasukan merah semakin hari semakin terdesak dengan adanya serangan yang bertubi-tubi dari pihak Muslimin. Semangat Muslimin yang sempat mengendor selama 1 tahun, kini bangkit kembali atas berkat hidayah ALLAH Ta'ala. Muslimin dimanapun dia berada patut mencontoh sikap berani membela diri di jalan ALLAH dalam mempertahankan Agama Islam dari kebiadaban, kekejian, dan kelicikan dari kaum kufar Nashoro, khususnya RMS Kristen. Karena disinilah letak ketinggian wibawa Muslimin yang pernah menguasai 1/3 dunia di bawah kepemimpinan putra-putra Sahabat Rasulullah di awal abad Hijriyah.

"
RMS Kristen di Maluku yang berniat menghabisi penghalang besarnya, Islam dan Muslimin harus dibersihkan dari Maluku. Dan Maluku ini harus kita jadikan seperti Maluku yang seperti dulu yang bersih dari tangan-tangan najis yang dulunya memiliki nama Islam yakni Jazirah Al-Mulk ini" tegas seorang tokoh Muslimin Maluku di kediamannya. (Imk, Rif, Ekj)

10 Juli 2000

Laskar Jihad Selenggarakan Pesantren Kilat

Ambon, MHI
Sebanyak 80 anak-anak usia SD/SMP di komplek BTN Kebun Cengkih, dengan antusias mengikuti pesantren kilat yang diselenggarakan oleh Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah yang ditempatkan di komplek tersebut. Kegiatan yang dipusatkan di Masjid Amal Shalih, BTN itu berlangsung sejak pukul 07.00 WIT hari Rabu tanggal 5 Juli yang lalu, dan dijadwalkan akan berakhir pada hari Sabtu tanggal 15 Juli 2000.

Kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan di BTN tersebut ternyata mendapatkan respons yang cukup tinggi, sehingga hampir seluruh orang tua yang memiliki anak didaftarkan untuk mengikuti pesantren kilat. Bahkan seusai diumumkannya rencana kegiatan tersebut pada hari Sabtu (1/7), jumlah anak yang mendaftar sudah mencapai puluhan, dan saat dimulainya kegiatan jumlah peserta mencapai 80 anak. Dan jumlah itu hanya berasal dari perumahan BTN saja.

Orang tua yang berminat mendaftarkan putranya mengikuti pesantren kilat tersebut ternyata tiap hari jumlahnya terus meningkat dan memenuhi masjid Amal Shalih, Kebun Cengkih Kodya Ambon. Untuk mengantisipasi jumlah peserta yang begitu besar, maka Laskar Jihad selaku pelaksana menyediakan menjadi 2 sesi. Sesi pertama dilangsungkan dari pukul 08.30 hingga 11.00 WIT dan sesi kedua mulai jam 16.00 sampai 18.30 WIT.

Adapun materi yang disampaikan dalam pesantren kilat tersebut adalah tentang ma'rifatullah, ma'rifatur-rasul, ma'rifatuddin, akhlaq dan ibadah. Dan sebagai pembawa materi, Laskar Jihad melimpahkan kepada para santri dari Ponpes Ihya'us-Sunnah Yogyakarta yang bermarkas di perumahan tersebut.

Sejumlah warga menilai, dengan kegiatan semacam itu maka sejak dini anak-anak sudah mengenal agama Islam sehingga dengan sendirinya akan menciptakan kecintaan terhadap agama ini. Selain itu, waktu yang dipilih oleh Laskar Jihad juga tepat karena saat ini anak-anak sedang menikmati masa liburan sekolah yang panjang. Dengan demikian, liburan panjang sekolah ini dimanfaatkan untuk memperoleh pengetahuan agama yang selama ini jarang mereka dapatkan.

Sedangkan bagi Laskar Jihad, kegiatan pesantren kilat ini dilaksanakan sebagai bentuk realisasi atas rencana dan tujuan utama kedatangannya di bumi Ambon, yakni untuk melaksanakan misi dakwah dan sosial keagamaan, sehingga umat Islam mampu memahami agamanya sejak dini sekaligus mengenali musuh-musuh mereka. Kegiatan serupa tidak hanya diselenggarakan di komplek BTN Kebun Cengkeh saja, akan tetapi juga di seluruh lokasi penempatan Laskar Jihad yang tersebar di seluruh wilayah pulau Ambon.

11 Juli 2000

Terjepit, Tokoh RMS Mengungsi Ke Luar Negeri

Ambon, MHI
Setelah dalam 1 bulan terakhir ini Muslimin Ambon mengadakan penyerangan dan penekanan sehingga berhasil melumpuhkan kekuatan pasukan RMS Kristen, maka saat ini terjadi perubahan yang cukup berarti di bumi Ambon. Perubahan yang sangat berpengaruh sekali adalah berkuasanya ummat Muslimin di semua jalur perhubungan dan pendistribusian sembako, yang menyebabkan Kristen RMS saat ini kesulitan dalam soal makanan, bahkan terancam kelaparan.

Kondisi tersebut memaksa pihak Kristen RMS untuk berpikir seribu kali menyerang Muslimin. Bahkan keinginan Kristen RMS untuk survive diantaranya meminta perlindungan kolonialis Kristen seperti Amerika, Australia, Inggris lewat pemutarbalikan fakta dan jalan keluar kepada tokoh-tokoh mereka yang selama kerusuhan menjadi corong dan pemompa semangat dalam menghancurkan dan membantai ummat Islam di kota Ambon.

Namun kesengsaraan mereka bukannya berkurang, tetapi justru bertambah karena setelah menempuh berbagai usaha, orang Kristen RMS justru mendapat kepahitan. Itu terjadi karena, sejumlah orang yang sebelumnya mereka anggap sebagai tokoh dan pemimpin, ketika orang Kristen RMS sudah terdesak dan tidak berdaya, justru melarikan diri untuk mencari keselamatan pribadi dan keluarganya. Sehingga saat ini di kalangan umat Kristen RMS sendiri sudah terjadi konflik, yang isinya saling menyalahkan pemimpin dan kelompok-kelompoknya sendiri.

Berdasarkan pemantauan tim liputan MHI hingga Senin (10/7), di kalangan Kristen RMS terjadi konflik antara pengikut dan pemimpin Kristen RMS karena para pemimpin RMS Kristen ternyata hanya mengutamakan kepentingan pribadinya sendiri. Diantaranya dengan meninggalkan Maluku dan anak buahnya untuk bersembunyi di pantat najis provokator disintegrasi NKRI, baik ke benua Eropa, Australia maupun Amerika. Disaat Kristen RMS terdesak, tentunya para pemberontak tersebut serta-merta menyembunyikan kepalanya di negara yang selama ini membiayai dan mendukung proses disintegrasi NKRI.

Kenyataan yang dihadapi oleh Kristen RMS berada pada posisi yang serba kalah dan merana diberbagai sektor baik intern maupun ekstern. Dari sektor internnya mereka menjadi korban dari kerakusan tokoh-tokoh RMS dan permusuhan serta pertentangan antar mereka di dalam kelompoknya.

Kemenangan demi kemenangan yang diperoleh Muslimin dalam setiap pertempuran melawan RMS Kristen tidak lepas dari prinsip Muslimin, yakni mentauhidkan ALLAH dan mengikuti Rasulullah. Sehingga Muslimin mempunyai kekuatan, semangat dan rasa kebersamaan yang sangat menakutkan bagi Kristen RMS maupun bahaya laten yang biasa mengancam Muslimin lainnya. (Imk)

Awal Kehancuran RMS Kristen

Ambon, MHI
Setelah terlibat dalam beberapa pertempuran dimana Kristen RMS selalu mengalami kekalahan, agaknya pilihan yang tepat menurut provokator sejati RMS adalah hengkang dari Maluku. Muslimin dapat menyaksikan sendiri fakta larinya para provokator tokoh-tokoh RMS yang telah berlarian ke luar negeri seperti Dicky Watimena, mantan walikota Ambon selaku penggerak kerusuhan.

Melalui berbagai manuver liciknya, tokoh-tokoh RMS tersebut berteriak lantang di forum-forum rahasia di Inggris, Amerika, Australia, Belanda untuk memutarbalikkan fakta bahwasanya Laskar Jihad yang selama ini berperan sebagai relawan sosial adalah sumber penyebab kerusuhan. Padahal Muslimin telah banyak bersabar dan tidak akan beraksi jika tidak ada pemic. Di setiap daerah konflik, selalu didapati fakta ilmiah bahwasanya pemicunya adalah gerombolan RMS Kristen dan didanai oleh Kafirin Internasional.

Perjuangan para tokoh-tokoh RMS Kristen ini digambarkan seakan-akan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan dan kemerdekaan hakiki bagi rakyat Maluku. Padahal jelas proses disintegrasi ini akan menyebabkan keterpurukan masyarakat Muslimin yang telah menetap di Jazirah Al Mulk sebelum kolonialisme Portugis, Belanda dan Spanyol hadir. Para tokoh-tokoh Kristen yang tidak punya rasa kebangsaan, menjual celotehan yang murahan demi mendapatkan uluran tangan najis simpatisannya.

Dan akhirnya, setelah simpatisannya tersebut memberikan bantuan, para tokoh RMS ini memprovokasi masyarakat agar ikut ambil dalam menyuarakan dan melakukan tindakan makar yang telah mereka programkan, melalui slogan-slogan kesejahteraan, penindasan, kebodohan dan kemerdekaan. Sehingga kelanggengan bantuan dari luar negeri tetap ada dan pemasukan untuk pribadi tokoh-tokoh RMS makin bertambah.

Namun disaat situasi telah berbalik arah dan orang-orang Kristen RMS terdesak seperti saat ini, tokoh-tokoh RMS yang mengeruk keuntungan dari para simpatisan dari dalam dan luar negeri tersebut menyelinap keluar dari kota Ambon guna menyelamatkan dirinya sendiri. Tidak lupa para tokoh RMS ini menyelamatkan harta mereka di bank-bank yang tersebar di berbagai negara di Eropa. Dengan demikian para tokoh RMS ini dapat menikmati perjalanan yang mengasyikkan dengan membawa bekal yang cukup banyak, dan dapat menikmati kebenaluannya lagi di berbagai negara Kristen. Padahal anak buah tokoh RMS Kristen ini mengungsi dengan baju yang melekat di badan tanpa uang sepeserpun bahkan ada yang sampai tenggelam kapalnya.

Di pihak lain, tokoh RMS Kristen Max Markus Tamaela, yang selama tahun 1999-2000 diandalkan untuk Moslem Cleansing kini dituntut oleh anggota Komisi II DPR dari F-PDIP JE Sahetapy dan sekaligus Guru Besar Hukum Universitas Airlangga Surabaya, Prof Dr. Sahetapy mengusulkan agar I Made Yassa, mantan pangdam XVI Brigjen Max Markus Tamaela, bahkan Penguasa Darurat Sipil, Gubernur Maluku Saleh Latuconsina agar dibawa ke pengadilan HAM karena dinilai membiarkan pertikaian terus terjadi di wilayahnya.

Alhamdulillah
, akhirnya ALLAH berkenan mengabulkan jeritan Muslimin yang telah berlumuran derita selama lebih 1.5 tahun tanpa ada kepastian hukum dan nasib. Insya ALLAH, Muslimin akan kembali mendapatkan kewibawaannya setelah melewati tidur yang panjang dininabobokkan dengan slogan-slogan toleransi antar ummat beragama yang berlebihan dan menjurus ke arah sinkretisme. Syaratnya yakni kembali ke Islam yang sebenar-benarnya seperti yang Rasulullah dan Shahabatnya ajarkan dan diwariskan pada Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in serta ulama-ulama sholih yang mengikutinya. Amin.

Tokoh-tokoh RMS yang melarikan diri dari Ambon

1. Dicky Watimena
Merupakan tokoh dan otak utama terjadinya kerusuhan di kota Ambon. Melalui berbagai manuvernya sewaktu menjabat walikota, orang kafir ini mendesak para pendatang musllim untuk meninggalkan kota Ambon, karena akan terjadi kerusuhan besar. Saat ini, provokator dan penjahat besar ini melarikan diri ke Belanda, disaat kerusuhan dan peperangan makin meluas.

2. Semy Titaley
Sebelum kerusuhan dan peperangan meletus, pendeta kafir ini membakar semangat umatnya untuk mengobarkan permusuhan terhadap pendatang Bugis, Buton dan Makasar (BBM), Jawa dan Sumatra, sehingga begitu kerusuhan terjadi, umat Islam dibantai dengan sadis. Saat Muslimin berhasil mendesak umat Kristen dalam pertempuran, kafir satu ini melarikan diri ke luar Ambon, dan diperkirakan ke Belanda menyusul seniornya.

3. Sammy Waileruni
, ketua Tim Pengacara Gereja (TPG)
Orang kafir yang selama kerusuhan selalu membolak-balikkan fakta dan kejadian yang sebenarnya ini, tidak diketahui keberadaannya sekarang ini. Diperkirakan dia lari ke Jawa. Dari mulutnya ini, umat Islam menderita luar dalam, karena saat Kristen RMS membantai umat Islam bersamaan itu pula kafir Kristen berbicara di berbagai media massa dalam dan luar negeri bahwa yang terjadi di Ambon adalah pembantaian orang Kristen.

4. Prof. Nanery
, mantan rektor Unpatti
Dengan jaringan yang luas dan pengetahuan yang dimiliki, tokoh culas Kristen RMS ini membakar umat Kristen untuk memusuhi umat Islam, dengan menjelek-jelekkan agama Islam dan penganutnya baik di dalam maupun di luar negeri. Dikabarkan saat ini dia bersembunyi di Belanda.

5. Jhon Mailoa
, wakil ketua DPRD Tk. I dari PDI-P
Saat umat Islam menyerang Galala, Tantui dan Talake, tokoh Kristen RMS yang menciptakan opini jelek terhadap umat Islam ini melarikan diri ke Jakarta hingga sekarang. Dari mulutnya-lah pertikaian di Ambon terjadi.

6. Lucky Sopacua
, reporter TVRI Ambon
Penyiar TVRI Ambin yang setiap pemberitaannya berisi hasutan dan makian terhadap umat Islam saat ini sudah tidak muncul lagi di TVRI. Menurut beberapa sumber saat ini dia sudah berada di luar Ambon.

7. Eti Sabarua,
ketua DPRD dari Golkar
Penghasut rakyat dan pengecam umat Islam tersebut, saat ini tidak diketahui keberadaannya, diperkirakan dia sudah lari dari Ambon.

8. Chris Sahetapy
. Anggota DPRD
Selalu memberikan komentar yang menyudutkan umat Islam dan menciptakan kondisi permusuhan semakin menguat. Saat ini dia lari ke luar Ambon.

9. Jhon Papilaya
, tokoh Kristen
Mengajak umat Kristen RMS untuk mengadakan permusuhan kepada umat Islam dengan melalui jargon-jargon saat melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh dan warga Kristen, sehingga menumbuhkan pertentangan dan peperangan serta pembantaian terhadap Islam.

10 . Letkol (Pol) Robert Siahaya, perwira di Polda Maluku
Memberikan jalan dan peluang kepada umat Kristen RMS untuk membantai umat Islam di Passo, yang akhirnya daerah tersebut menjadi basis terkuat Kristen saat ini. Saat ini dia melarikan diri dari tugas, berdasarkan informasi salah satu perwira Polda Maluku, aparat kafir ini bersembunyi di Bandung.

12 Juli 2000

Harian Siwalima Bangkrut

Ambon, MHI
Kesulitan perekonomian warga Kristen di Ambon, hari demi hari mulai nampak nyata, mulai dari kesulitan memperoleh sembako dan terputusnya jalur perhubungan darat dan laut. Semua itu lebih nampak lagi saat Harian Siwalima berhenti terbit seja kemarin hari Senin 10 Juli 2000, alias bangkrut.

Harian Umum (HU) Siwalima, yang selama ini menjadi corong tokoh-tokoh Kristen RMS untuk melakukan provokasi dan pemutarbalikan fakta, saat terjadinya kerusuhan sejak hari Selasa (11/7) menyatakan tidak mampu terbit lagi. Pernyataan tidak mampu terbit disampaikan oleh pemimpin redaksi Siwalima, Fredy Wahon, yang dimuat di harian Siwalima edisi ke 206/VII tahun I, pada hari Senin (10/7).

Bangkrutnya harian yang selalu menyuarakan kepentingan Kristen tersebut, memang sangat dinanti-nantikan oleh kalangan muslimin Maluku. Sebagai langkah nyata yang ditempuh umat Islam, sejak satu bulan terakhir ini sepakat untuk tidak lagi membeli koran tersebut. Akibatnya pangsa pasar harian tersebut hilang, sebab selama ini yang mampu membeli koran hanya umat Islam, yang saat ini menguasai perekonomian kota Ambon. "Karena tidak dibeli lagi oleh umat Islam, akhirnya bangkrut," kata warga Muslim. Alhamdulillah.

Perkataan sejumlah warga tersebut memang benar-benar terjadi, karena sejak masa kerusuhan yang berlangsung hingga saat ini, kemampuan pihak Kristen RMS untuk membeli kebutuhan pokok saja terbatas, apalagi membeli koran, pasti tidak mampu. Dengan berhentinya harian tersebut, saat ini tinggal satu surat kabar pro Kristen RMS di Ambon, yakni Suara Maluku. Namun, diperkirakan umurnya tidak akan lama lagi, karena umat Islam juga sudah menyatakan boikot terhadap harian Suara Maluku, yang mempunyai misi yang sama dengan Siwalima (Imk, Ekj).

Ketakutan, Kristen Suli Tinggalkan Desanya

Ambon, MHI
Perasaan takut dan khawatir akan diserang Muslimin, warga desa Suli, kecamatan Salahutu, Kodya Ambon, saat ini telah meninggalkan desanya menuju daerah pengungsian, sehingga saat ini desa yang dihuni orang Kristen RMS tersebut sudah tidak berpenghuni lagi. Demikian menurut pengamatan sumber tim MHI hari Rabu, 12 Juli 2000.

Menurut sejumlah warga muslim yang tinggal di perbatasan desa Suli dan Tial (desa Muslim), ribuan arus penduduk Kristen RMS yang mengungsi dari desa Suli tersebut dimulai setelah Muslimin Ambon berhasil membumi-hanguskan desa Wai, di kecamatan yang sama pada hari Kamis (6/7) yang lalu.

"Setelah desa Waai yang besar dapat dihancurkan Muslimin hanya dalam waktu 2 jam saja, maka warga desa Suli diliputi ketakutan yang amat sangat, sehingga mereka memutuskan untuk meninggalkan desanya guna bergabung dengan pengungsi Kristen lainnya di desa Passo, yang menjadi pusat kekuatan Kristen RMS saat ini," kata sejumlah warga. Dengan begitu, saat ini Muslimin mempunyai kesempatan dan kemudahan untuk menghancurkan Kristen Ambon di berbagai titik kekuatan. Hal ini diperoleh karena sebelum diadakan penyerangan, orang-orang Kristen RMS sudah ketakutan dan meninggalkan perkampungan mereka.

Jumlah pengungsi Kristen RMS yang tiap hari bertambah, ternyata tidak dapat ditampung di daerah yang menjadi kantong Kristen seperti Passo, Lateri, Lata, Latuhalat, sehingga para pengungsi itu saat ini sudah ada yang bergerak mengungsi ke pulau Seram, khususnya wialyah Seram Barat yang mayoritas Kristen RMS.

Rajab Kaimuddin, warga desa Waisarissa kecamatan Tuheru, Seram Barat kepada Liputan MHI, Selasa (11/7) menjelaskan bahwa saat ini di daerahnya sudah mulai kedatangan pengungsi dari Ambon. Dimana dengan adanya pengungsi tersebut suasana di daerahnya menjadi tegang. Hal ini terjadi karena para pengungsi yang berdatangan tersebut selalu memberikan masukan, hasutan dan membakar perasaan umat Kristen untuk memusuhi umat Islam. "Posisi kami saat ini benar-benar terancam," katanya.

Kaimuddin menyatakan demikian karena wilayah Seram Barat merupakan daerah mayoritas dihuni oleh orang Kristen RMS dan kalau pun ada desa Islam, jumlahnya kecil dan terkepung oleh desa-desa Kristen seperti desa Waisarissa, yang selain kecil juga dikelilingi orang-orang Kristen RMS. Ia menilai, saat ini bahaya yang mengancam umat Islam Waisarissa yang berpenduduk sekitar 500 orang (semua umur) adalah desa Keibobo, karena desa tersebut mempunyai jalinan persaudaraan (Pela) dengan desa Waai, di Ambon yang sudah diratakan Muslimin beberapa hari yang lalu, bahkan saat ini puluhan pengungsi dari Waai telah berada di desa Keibobo.

Melihat kenyataan yang berkembang saat ini, maka Muslimin di Ambon langsung mengadakan koordinasi untuk memikirkan dan memberikan bantuan kepada umat Islam di Seram Barat, dan mereka sepakat untuk memberikan bantuan setiap saat kalau Muslimin di pulau tersebut diganggu oleh umat Kristen RMS (Imk, Ekj).

UKIM Mengungsi ke Passo

Ambon, MHI
Keberhasilan Muslimin menjepit dan memaksa umat Kristen RMS meninggalkan rumah dan perkampungannya saat ini, ternyata benar-benar mendatangkan penderitaan yang besar bagi umat Kristen RMS di segala bidang. Termasuk didalamnya bidang pendidikan yang kondisinya sekarang ini sudah hancur berantakan karena sudah tidak memiliki tempat untuk belajar. Seperti yang diderita Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) yang berlokasi di Talake, kota Ambon. Universitas kebanggaan orang Kristen tersebut hancur di tangan Muslimin dalam pertempuran yang terjadi selama 4 hari pada bulan yang lalu.

Karena sudah tidak memliki sarana dan prasarana pendukung kegiatan perkuliahan, akhirnya mereka menyatakan mengungsi ke desa Passo. Hal ini disampaikan pihak rektorat melalui siarannya di radio pada hari Selasa (11/7). Pernyataan kepindahan kampus penyokong utama gerakan separatis RMS tersebut oleh kalangan umat Islam dinilai hanya sebagai upaya menyamarkan kebekuan, ketakutan dan gangguan serta penderitaan yang saat ini mereka rasakan. Hal itu dilakukan oleh tokoh-tokoh Kristen RMS sebagai usaha membangkitkan semangat pemudanya, kalau saat ini kegiatan perkuliahan masih tetap dapat dilaksanakan walaupun di tempat pengungsian. Dan oleh umat Islam semua itu dinilai sebagai suatu usaha yang berlabelkan kebohongan semata.

Penilaian umat Islam tersebut bukan tanpa alasan, karena sejak direbutnya kawasan Poka-Rumahtiga dari tangan Kristen RMS, wilayah utara di pulau Ambon, yang meliputi Passo, Lata, dan Halong sudah terisolasi, karena perahu dan speedboat Kristen RMS tidak berani lagi melewati jalur perairan yang sudah diblokir oleh Muslimin. "Jadi pernyataan rektor UKIM tentang pemindahan kampus adalah hanya kebohongan saja," kata sejumlah warga (Imk, Ekj).

13 Juli 2000

Mahasiswa Muslim :
Unpatti Harus Ditutup

Ambon, MHI (13/7)
Mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) yang beragama Islam menuntut, bahkan telah mencapai kesepakatan agar universitas tersebut ditutup saja. Kesepakatan tersebut dicapai oleh para mahasiswa saat diadakannya Sarasehan Sehari, di ruang sholat wanita, Masjid Raya Al-Fatah, Ambon, Selasa (11/7).

Sarasehan yang mengambil tema "Solusi Alternatif Penanganan Calon dan atau Mahasiswa Muslim Universitas Pattimura Pasca Konflik" yang menghadirkan 4 orang panelis, yakni Lutfi Sanaki, SH (anggota DPRD), Drs. Ismail Titapele, M.Pd (dosen Unpatti), Idrus Agil, S.Pd (mantan aktivis Unpatti) dan Syarifuddin (mahasiswa) menghasilkan keputusan bahwa Unpatti harus ditutup.

Diambilnya keputusan tersebut karena menurut pemaparan dari semua panelis, selama ini universitas tersebut melakukan tindakan diskriminasi terhadap mahasiswa yang muslim, dalam berbagai bidang, seperti dipersulitnya mahasiswa muslim yang akan mengikuti ujian akhir. Seperti yang dialami Lutfi Sanaki, dimana saat dirinya menjadi mahasiswa akhir di fakultas Hukum, dirinya dipermainkan Rektor, Dekan maupun Dosennya selama 3 tahun dengan alasan yang tidak masuk akal dan dibuat-buat. "Saat itu banyak mahasiswa muslim yang mengalami nasib seperti saya dan tidak mampu berbuat apa-apa," katanya.

Pernyataan anggota DPRD dari Fraksi PPP tersebut dibenarkan dan diperkuat oleh beberapa anggota sarasehan saat diadakannya dialog, seperti diungkapkan Nasir Rahawarin, SE bahwa dirinya menjadi korban permainan dan diskriminasi di universitas yang didominasi orang-orang Kristen tersebut. Selain praktek diskriminasi, Unpatti juga dijadikan sebagai basis serta lokasi penggodokan kader-kader muda Kristen RMS untuk dilatih menjadi pemuda militan untuk mengobarkan permusuhan dengan umat Islam dan mendukung gerakan pendahulunya yakni gerakan separatis RMS. Bahkan di Politeknik Unpatti dan Fakultas Teknik Unpatti dipakai untuk merakit senjata untuk membasmi Muslimin demi mendapatkan wilayah bagi RMS. Dan semua praktek culas tersebut berlangsung bertahun-tahun dan secara terang-terangan.

Hal itu terjadi karena semua posisi pimpinan dan komposisi dosen didominasi oleh orang-orang Kristen RMS, dengan perbandingan 80% Kristen dan 20% Muslim. Bahkan untuk fakultas Hukum, Teknik dan Ekonomi, 98% diisi oleh orang Kristen RMS dan 3 fakultas itulah yang selama ini menjadi markas pergerakan Kristen RMS. Dan yang paling membuat dada umat Islam, digunakannya Politeknik Unpatti sebagai alat pembuatan senjata bagi orang Kristen selama pertikaian. Dengan semua kenyataan tersebut, maka tidak ada pilihan lain kecuali universitas tersebut ditutup, karena umat Islam yang jumlahnya lebih besar daripada Kristen RMS tidak mendapatkan keuntungan bahkan sangat dirugikan sekali.

Sudah Habis
Selain didasarkan semua fakta yang sudah terjadi tersebut, keinginan menutup Unpatti juga didasarkan pada kenyataan yang terjadi saat ini, yakni Unpatti sudah hancur sehingga walaupun tidak ditutup secara resmi, keberadaan Unpatti sudah tidak ada lagi. Hal itu terlihat dan terjadi sejak umat Islam berhasil menguasai desa Poka?Rumahtiga dan meratakan kampus Unpatti yang ada didalamnya, sehingga saat ini di kampus tersebut sudah tidak lagi perkuliahan. Bahkan dosen-dosen Kristen RMS dan mahasiswanya berlarian mengungsi.

Dengan begitu, saat ini umat Islam Ambon telah mempunyai kekuatan untuk menentukan keberlangsungan Unpatti setelah beberapa puluh tahun diinjak-injak oleh orang-orang Kristen RMS. Dan yang menjadi keinginan mahasiswa muslim saat ini adalah menutup saja kampus tersebut, sebab kalau tetap dipaksakan berdiri, tidak akan mampu menghapus trauma yang dialami mahasiswa muslim.

Dalam rangka merealisasikan kesepakatan yang diambil tersebut, maka dalam waktu dekat akan dibentuk suatu tim yang akan melakukan lobi guna memperoleh kekuatan legitimasi dalam memperjuangkan keinginannya. Sebab walau bagaimanapun, pihak Kristen RMS tidak ingin kalau kampus itu dibubarkan sebab selama ini Unpatti menjadi kekuatan tersendiri bagi mereka

Tokoh muslim Maluku, Brigjen (Purn) TNI Rustam Kastor yang juga hadir dalam acara tersebut menyatakan, dengan dikuasainya Poka-Rumahtiga, maka saat ini umat Islam memiliki kekuatan untuk mengadakan penekanan kepada orang Kristen RMS kalau diadakan suatu perundingan yang menentukan keberadaan Unpatti di masa mendatang. "Saat ini giliran kita menginjak kepala mereka, untuk memaksa mengikuti kemauan umat Islam," katanya.

Adapun sebagai sarana pendidikan pengganti untuk generasi muslim di masa mendatang, maka sejumlah tokoh di Ambon sepakat untuk memperjuangkan Universitas Darussalam (Unidar) sebagai universitas negeri. Dan saat ini tim lobi dari Ambon telah bertolak ke Jakarta untuk melakukan negosiasi. (Imk, Ekj)

Kelaparan, Warga Kristen RMS Serahkan Diri

Ambon, MHI (13/7)
Kelaparan yang mewabah dikalangan RMS Kristen, menyebabkan salah satu warga Kristen RMS di desa Tanah Lapang Kecil (Talake), Kota Ambon, keluar dari tempat persembunyiannya dan memasuki wilayah pemukiman Muslim untuk menyerahkan diri, Rabu (12/7) pukul 10.00 WIT. Warga Kristen yang mengaku bernama Jhon tersebut, ketika memasuki perkampungan muslim di Talake langsung menemui warga muslim yang saat itu berjaga-jaga dan langsung mengutarakan maksudnya yakni menyerahkan diri dan meminta bantuan makanan.

Menurut orang Kristen RMS tadi, dirinya menyatakan pasrah terhadap kemauan umat Islam di Talake. Oleh kaum muslim Talake, warga Kristen yang berumur 47 tahun tersebut tidak dibunuh, bahkan ditolong dengan memberikan makanan dan beras untuk persediaan. Selanjutnya Kristen tersebut diserahkan ke aparat yang berjaga-jaga untuk diamankan dan dikeluarkan dari Talake.

Dari kejadian tersebut menunjukkan bahwa umat Islam lain dengan orang-orang Kristen yang tergabung dalam gerakan RMS, dimana dengan kebencian yang dimiliknya, orang-orang Kristen RMS tidak membiarkan hidup setiap orang Islam yang ditemuinya. Sedangkan Muslimin bukanlah mesin pembunuh yang tidak berperikemanusiaan namun Muslimin memiliiki adab-adab diantaranya tidak membunuh orang-orang yang tidak berbahaya diantaranya musuh yang sudah menyerah, lemah, tua, masih balitak, wanita-wanita dsb.

Menyerahnya seorang warga Kristen RMS tersebut menunjukkan bahwa saat ini mereka merasakan kesulitan dalam memperoleh makanan sekaligus persediaannya. Dan hal itu wajar, karena semua jalur distribusi baik darat maupun laut telah dikuasai umat Islam. Diperkirakan tindakan satu warga Kristen tadi akan mendorong teman-temannya untuk melakukan jalan yang serupa yaitu menyerah kepada kaum muslimin. Dalam hal ini, Muslimin mendapatkan keuntungan karena dengan begitu kekuatan Kristen RMS mulai berkurang dan tinggal tokoh-tokohnya saja. Selain itu posisi dan kekuatan RMS Kristen cepat terdeteksi. Artinya, kehancuran dan kekalahan Kristen RMS hanya tinggal menunggu waktu saja. Insya ALLAH. (Imk, Ekj)

Menyusup di Bameda, 2 Kristen Tewas

Ambon, MHI (13/7)
Sebanyak 2 penyusup kristen yang berusaha menyelinap ke desa Batu Merah Dalam(Bameda), kota Ambon berhasil dipergoki Muslimin yang sedang siaga dipos-pos penjagaan, sekitar pukul 23.30 WIT, kemarin. Selanjutnya penyusup tersebut dihujani tembakan yang mengakibatkan 2 penyusup tewas di tempat.

Menurut sejumlah warga, gerakan penyusup yang datang dari arah Karang panjang tersebut sebenarnya sudah terdeteksi sejak mereka ada di sebuah bukit yang berada di sebelah selatan Bameda " Kami memang sengaja membiarkan mereka lebih mendekat, agar bidikan kami lebih tepat " kata sejumlah Muslimin.

Keberhasilan Muslimin mendeteksi gerak-gerik para penyusup tersebut disebabkan dari kecerobohan penyusup sendiri, yang saat itu mengisap rokok. Dengan begitu posisi dan arah mereka dapat diketahui dengan tepat, dan Mujahidin tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melepas bidikan.

Dimungkinkan penyusup tersebut akan menaruh atau melempar bom di Bameda, yang memang letaknya di bawah bukit. Dan hal itu, memang sering terjadi yakni dari tempat ketinggian tersebut warga Kristen RMS selalu melempari bom warga Muslimin Bameda.

Sampai pagi hari, mayat dari dua penyusup tersebut belum diambil oleh orang-orang Kristen RMS, mungkin RMS Kristen tidak berani mengambil mayat temannya, sehingga warga Bameda melaporkan kejadian tersebut kepada Aparat. Selanjutnya Aparat Darurat Sipil-lah yang mengevakuasi penyusup Kristen RMS tadi. "Itu merupakan pelajaran sekaligus balasan terhadap tindakan orang-orang Kristen RMS yang selama ini mengganggu kami melalui lemparan bom dan tembakan rakitan," kata sejumlah warga (Imk, Rif).

14 Juli 2000

Kota Ambon kembali memanas

Ambon, MHI
Setelah beberapa hari tercipta suatu jeda dari pertempuran, pada hari Kamis (13/7) kondisi kota Ambon kembali memanas. Kondisi panas tersebut disebabkan karena ulah kelompok Kristen RMS yang menghadang dan melepaskan tembakan terhadap speedboat Muslim di perairan Gudang Arang, yang meluncur dari Laha menuju Batu Merah, sekitar pukul 09.00 WIT.

Mendapatkan serangan dari 2 speedboat Kristen RMS tersebut, beberapa Muslimin yang berada di dalam speedboat dibantu seorang aparat yang mengawal, melakukan perlawanan sengit. Merasa mendapatkan perlawanan, 2 speedboat Kristen RMS yang meluncur dari arah Gudang Arang yang bermuatan sekitar 15 orang tersebut menjadi kecut nyalinya dan akhirnya melarikan diri. Bahkan beberapa dari mereka diperkirakan terkena tembakan muslimin.

Pada pertempuran yang tidak berimbang tersebut, 4 orang muslimin yakni Basir dan Muhammad (40), warga Laha, terkena tembakan di tangan, sedangkan Gondo (38) dan Lilik (23), warga Air Salobar, masing-masing terkena tembakan di bagian pinggang dan perut. Saat ini 3 korban sudah mendapatkan perawatan di RS Al-Fatah dan seorang lainnya dilarikan ke RS Tentara (RST)

Membalas Tindakan RMS

Mengetahui adanya kaum Muslimin yang ditembaki di perairan Gudang Arang oleh pihak Kristen RMS, maka Muslimin dari Laha langsung meluncurkan 10 anggota terbaiknya untuk melakukan pembalasan terhadap kafir-kafir Kristen RMS di Gudang Arang. Dengan mengendarai speedboat bermesin ganda dan perlengkapan senjata rakitan, 10 Muslimin tersebut meluncur ke Gudang Arang untuk melakukan serangan balasan. Dengan kecepatan tinggi mereka mendekati dermaga speedboat di Gudang Arang dan begitu jarak ke dermaga tinggal 100 meter, Muslimin mulai melepaskan tembakan.

Berdasarkan keterangan Muslimin yang ikut dalam tim tersebut, dari tembakan yang dilancarkan secara sporadis itu, orang-orang Kristen RMS yang berada di tepian dermaga bergelimpangan terkena tembakan mereka. Dari pengamatannya, sekitar 5 orang langsung jatuh terjungkal terkena tembakan di kepala.

Sementara itu, di pusat kota Ambon, begitu mendengar terjadinya insiden penembakan, secara spontan Muslimin langsung mengadakan koordinasi. Dalam waktu sekejap, ratusan Muslimin telah terkonsentrasi di Masjid Raya Al Fatah dan kampung Suabali. Selanjutnya Muslimin bergerak ke arah kampung Pohon Pule dan sepanjang jalan A.Y. Patty, yang merupakan batas wilayah antara daerah Muslim dan Kristen RMS di pusat kota. Akibat konsentrasi massa tersebut, orang-orang Kristen RMS tidak berani lagi keluar rumah.

Keadaan Ambon Kota yang memanas tersebut dilanjutkan dengan pembalasan pada Kristen RMS yang berada di jalur AY Patty. Sebuah mobil yang dikendarai Obet langsung dilempar bom oleh Muslimin, akibatnya penumpangnya hanya mampu melarikan diri. Kepada tim liputan MHI, sejumlah warga menyatakan,"Semua yang terjadi saat ini merupakan ulah dari orang-orang Kristen RMS yang selalu memulai dengan memancing pertikaian. Maka karena mereka yang memulai mengadakan peperangan, kami hanya melayani saja," jelas seorang Muslimin (Imk, Ekj).

                           Kampung Ponegoro Meradang

Ambon, MHI
Kawasan berpenduduk mayoritas muslim, kampung Ponegoro, yang sebelumnya tidak pernah tersentuh api pertempuran, kemarin hari Kamis (13/7) hingga Sabtu (15/7) bergejolak dan terjadi pertempuran antara Muslimin dengan kaum Kristen RMS.

Pertempuran ini bermula pada hari Kamis (13/7) menjelang waktu Maghrib, dimana kaum Kristen RMS dari kampung Air Kolam yang berbatasan dengan kampung Ponegoro membuat tindakan provokasi terhadap Muslimin. Kristen RMS dari Air Kolam menyerang kampung Ponegoro dengan cara melempari perkampungan muslimin tersebut dengan bom dan menghujaninya dengan tembakan-tembakan. Sedangkan provokasi RMS di laut menurut Malik Selang, Sekretaris MUI Ambon, berawal dari penyerangan terhadap penumpang speedboat Muslim di Teluk Dalam Ambon, pada Kamis pagi sekitar pukul 08.00 WIT.

Merasa keselamatan jiwa terancam, Muslimin setempat memberikan perlawanan. Menjelang waktu Subuh Jum’at (15/7), Muslimin menyerang dan membakar perumahan Kristen RMS di daerah perbatasan Ponegoro – Air Kolam yang memang sudah kosong ditinggalkan penghuninya menyelamatkan diri.

Dalam menangani pertempuran tersebut, terlihat ketimpangan dari aparat Yon 509 Jember. Mereka menghalangi umat Islam dari lain kawasan yang ingin membantu muslimin Ponegoro dengan cara menahan dan melarang mereka memasuki perbatasan Diponegoro – Air Kolam. Selain itu, aparat juga mencegah datangnya bantuan dari kawasan lain ke kampung muslim tersebut. Bahkan 7 orang Muslim asal Ponegoro yang baru pulang mengantar rekannya yang terluka ke RS Al-Fatah, sempat ditahan sampai menjelang subuh. Setelah diprotes dan ditekan oleh Muslimin, barulah korban luka-luka tersebut diantar ke gedung Asari komplek Al-Fatah.

Bersamaan dengan meletusnya pertempuran di kawasan Ponegoro, terjadi pula tembak-menembak antara Mujahidin dengan Kristen RMS di Asrama Polisi Parigi Lima. Pertempuran ini diawali oleh aksi pengecut sniper-sniper Kristen RMS yang menembaki aparat di Asrama Polisi tersebut dan umat Islam di sekitarnya. Serentak Muslimin setempat membela diri dan mengadakan perlawanan sehingga pertempuran tidak dapat lagi dihindari.

Dalam dua insiden tersebut, 10 orang Muslimin terluka akibat tembakan di bagian tangan dan kaki, dan 4 orang meninggal. Diantaranya masing-masing 2 orang dari aparat Polda Maluku, seorang anak usia SMP dan seorang penduduk setempat. Adapun korban tewas dari pihak Kristen RMS setidaknya telah lima korban tewas dan 17 luka-luka dalam bentrokan yang terjadi di Kampung Kolam, Kampung Galemo dan Ponegoro itu. Data dari RSUD Dr Hallusy Bakti Rahayu, korban dari RMS Kristen yang tewas adalah Stevie Matahelomual, Hengki Prayogo, Elisa Leasa, Ongki Remas, dan Charles Kaimarehe.

Setelah merasa kewalahan menghadapi serangan balasan Muslimin, sebagian besar warga Kristen RMS di ketiga kampung itu (Kampung Kolam, Galemo, Ponegoro), terutama orang tua, perempuan dan anak-anak mengungsi. Diantaranya mengungsi ke daerah Soya, Kayu Putih dan Urimesing, yang juga cenderung berbukit-bukit, namun dianggap aman. Alhamdulillah, pembalasan setimpal dari ALLAH Ta’ala yang menyebabkan ratusan ribu Muslimin mengungsi ke luar Ambon mulai terealisir. (Imk, Ekj)

Kedubes AS Meradang Kembali

Ambon, MHI
Salah satu negara promotor RMS, Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Jakarta mengungkapkan rasa prihatin atas kekerasan yang terus terjadi di Maluku dan Ambon. “Kami tetap sangat prihatin dengan berlanjutnya kekerasan dan pembalasan antara masyarakat Kristen dan Muslim di provinsi Maluku dan Maluku Utara,” demikian siaran pers yang diterima, Jumat (14/7), di Jakarta.

Kedubes AS mendesak pemerintah Indonesia agar melakukan upaya lebih jauh untuk mencegah pertumpahan darah dan menindak mereka yang memulai kekerasan. Di samping itu, pemerintah juga diminta mengindahkan standar internasional bagi perlindungan hak asasi manusia dan menahan diri sebagaimana mestinya. “Kami terus mendesak pemerintah untuk menghentikan para ekstremis dari luar daerah itu yang memanaskan situasi dan ikut dalam tindak kekerasan,” tulis keterangan tersebut. “Kami mengimbau, semua pihak untuk menahan diri, menjauhi kekerasan, dan menyelesaikan perbedaan mereka melalui dialog dan perundingan,” lanjut informasi yang dikeluarkan kedubes AS tersebut. Alhamdulillah, dengan adanya kekompakan Muslimin menghadapi makar Kristen Intrernasional ini, akhirnya satu-persatu promotor disintegrasi mulai bermunculan, walaupun Muslimin telah kecolongan propinsi Timor-Timur yang terampas berkat keuletan Australia dan PBB.

Insiden-insiden yang masih terjadi di Ambon setelah diberlakukannya darurat sipil di Maluku, menunjukkan bahwa orang Kristen RMS disana secara nyata memprakarsai kerusuhan dan melanggar aturan penguasa Darurat Sipil. Hal ini dapat dilihat dari penyerangan mereka terhadap aparat yang sedang melakukan penjagaan dan penolakan mereka terhadap sweeping senjata oleh aparat di daerah-daerah yang dikuasai Kristen RMS. Wallahu Musta’an (Imk, Ekj).